"Pintunya biarin terbuka aja ya?"
Emak emak terakhir yang berjalan keluar dari rumah itu menepuk kusen dan mendorong agar pintunya tetap terbuka.
Sekarang hanya tinggal Aldo dan Dora. Keduanya menarik atensi dari arah pintu, mereka saling berhadapan dengan tatapan yang tidak dapat dimengerti sedikitpun.
Sejurus kemudian, Aldo mengalihkan pandangannya dari Dora.
Cewek itu sudah duduk bersandar disofa. Menepuk posisi kosong disebelahnya "duduk sini, Do" Dora menunggu pergerakan Aldo.
Alih alih beranjak dari lesehan dilantai, cowok itu malah menatap liar kemana mana.
Agaknya dia tengah salah tingkah.
Bibir Dora berkedut menahan tawa, matanya berpejam agar gejolak itu tidak pecah. Sejurus kemudian dia malah terbahak lepas.
Aldo melongo melihat Dora tertawa seperti itu, sambil memegangi perut yang terasa menggelitik, telunjuk cewek itu terarah kepada wajah tampan dihadapannya.
"Di chatan lo paling bawel, giliran face to face gini lo kicep duluan. Kenapa Do? Masih mikir kalo gue ini setan, iya?" Tawa Dora menggema disudut ruangan.
Aldo hanya diam.
Bahu Dora perlahan kembali tenang, dia sudah tidak tertawa lagi.
Kemudian menarik tangan Aldo untuk ikut duduk disofa.
Dora menatap Dalam kedua mata sayu itu. Aldo sudah duduk dan berhadapan dengannya.
Mereka terdiam cukup lama.
Ketika kepala Aldo bergerak ingin menghindari tatapan Dora, cewek itu malah menahan kedua pipinya agar mereka tetap berhadapan.
Sejurus kemudian, Dora menyentil dahi Aldo pelan.
"Ngapain lo bawa emak emak kesini, Do? Rempong banget lagi" celetuk Dora memberengut.
Aldo sedikit mundur.
Jarak sedekat itu benar benar membuat kontraksi jantungnya berpaju lebih hebat.
Cowok itu menggaruk bagian belakang telinganya. Sedikit nyengir lalu berkata "aku nggak tau harus gimana"
Sebelah alis Dora terangkat "gimana apanya?"
"Dirumah lagi nggak ada orang, jadi aku panggil ibu ibu itu buat nemenin kamu waktu pingsan. Kalo cuma aku yang jagain kamu, jatuhnya kita lagi berduaan dirumah ini. Aku nggak enak"
"Jadi?" Tanya Dora.
"Jadi apanya?" Aldo balik bertanya.
Pundak Dora merosot ketika baru saja dia menghela napas "yang nolongin gue tadi, elo?"
Aldo mengangguk dua kali.
Tapi itu sudah cukup menjawab pertanyaan Dora barusan.Baiklah.
Dora menelisik suasana rumah itu, minimalis tapi terkesan lebih mewah.
"Kamu pucet banget"
Dora tidak dengar, dia menoleh berkilat. "apanya?" Beo Dora.
Aldo menunjuk wajah Dora sekilas "wajah kamu pucet" air mukanya berubah khawatir "makan nasi dulu ya, Ra? Dikit aja."
Dora diam, sembari mengusap perut yang sempat terisi martabak seloyangan tadi.
Tubuhnya memang masih lemas, mungkin hanya kuat untuk sekedar berjalan beberapa langkah saja.
Belum ada asupan nasi sejak pagi.
"Ya udah deh, dikit aja tapi"
Aldo berdiri cepat, sembari mengangguk antusias "aku ambilin dulu" cowok itu berjalan menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
NETRAL
RandomBerada diantara dua pihak yang sama sama memiliki rahasia sakit terbesar, membuat Dora sendiri bingung mau bagaimana. Mereka sungguh dua kutub yang berbeda. Berlawanan dalam menunjuk 'kan perih yang menjejali. Namun keduanya berakar pada masalah yan...