Langit di Jam 2 Malam

3 0 0
                                    

Kita duduk berdua diatas atap rumah sakit. Seperti biasa membicarakan hal yang penting, bahkan sampai hal yang tidak penting pun dibicarakan. Langit di jam 2 malam seperti biasa cerah sampai ribuan bintang terlihat, bahkan menghitung pun sampai tidak ada habisnya. Memang malam yang sangat indah. Seperti biasa kau terlihat cantik, bahkan hanya dengan pajamas, walaupun terlihat sedikit pucat.

Kau bilang, "siapapun orang pertama yang melihat bintang jatuh, ucapkan 1 permintaan dan harus dikabulkan." Aku mengangguk setuju. Dari sekian ribu, bahkan juta bintang, ternyata ada yang jatuh melewati bumi, melewati malam ini.

"Itu dia! Bintang jatuh! Aku melihatnya pertama kali bukan?" Teriakmu dengan antusias. Aku hanya bisa tersenyum melihatmu seperti ini.

"Jadi, permintaanmu apa?" Tanyaku.

"Hmm..." lalu, kau memejamkan mata. " Aku ingin tetap hidup, sampai melihatmu bahagia." Ujarmu.

Melihatku bahagia? Sungguh, awalnya itu adalah permintaan yang amat sulit. Tapi saat bersamamu, permintaanmu sungguhlah tidak sulit.

Suatu hari, aku bertanya tentang bagaimana cara mendapatkan kebahagian. Kau malah balik bertanya. Jawaban nya, ya aku tidak tahu.

Aku malah menjawab, "aku sudah cukup bahagia, bersamamu. Sungguh."

Namun sepertinya jawabanku kurang memuaskanmu, karena kau malah meledek ku gombal. Padahal aku serius. Kau menyuruhku mencoba untuk mencari kebahagiaanku sendiri. Awalnya memang sulit.

Kemudian, kau meyakiniku dan berkata, "kebahagiaan mungkin bisa dicari. Misalnya, kalo aku melakukan hal yang di suka seperti hobi."

Lalu, aku mengikuti caramu. Curang memang, tapi ternyata kau benar. Aku suka menulis. Aku menulis apapun yang aku suka. Mulai dari puisi, lirik lagu, cerita pendek, bahkan kamu. Ternyata, kamu menyukai tulisan-tulisan yang aku buat. Aku menjalankan hobiku, bahkan sampai mengubah hobi menulis menjadi sebuah profesi. Bahkan, kamu adalah pembeli pertama dari novel pertamaku.

Ya, aku bahagia karena sudah menjadi penulis. Apalagi di saat kamu selalu disampingku saat aku sedang bahagia.

Sekarang, kau sedang berbaring di dalam peti. Masih terlihat pucat, namun tetap terlihat cantik. Kau seperti tersenyum meledek, seakan puas karena permintaanmu sudah ku kabulkan. Terima kasih sudah menjadi saksi dan pendamping kebahagianku.

Jam 2 malam, aku kembali menduduki atap rumah sakit yang biasa kita duduki di jam 2 malam. Seperti biasa langit sangat cerah sampai ribuan bintang terlihat. Aku melihat bintang jatuh. Seperti yang kau bilang, orang pertama harus mengucap permintaan bukan? Lalu, aku memejamkan mata sejenak.

"Terima kasih. Untuk sekarang dan selanjutnya, aku berjanji akan tetap bahagia walau tanpamu. Lihat saja!"

The Slight Glimpse of Our MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang