Prolog

19.7K 2.9K 117
                                    

Nayla dan Devan duduk berdampingan, di depan keduanya ada keluarga Devan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nayla dan Devan duduk berdampingan, di depan keduanya ada keluarga Devan. Nayla hanya bisa menundukkan kepalanya, dia tidak berani memperlihatkan wajahnya di depan keluarga Singgih. Keluarga besar yang sudah banyak membantunya.

Sementara Devan, dia melirik Nayla sesekali. Telinga Devan sudah panas dinasihati oleh Gilang dan kedua orangtuanya. Sementara Wenny, memberikan jeweran ke telinga Devan.

Seminggu yang lalu Nayla pindah kontrakan, Devan seperti biasa membantu Nayla pindahan. Sekarang, Nayla sudah tidak membantu Gilang di rumah produksi, melainkan bekerja di perusahaan keluarga Singgih sebagai admin sales.

Sudah berapa hari ini semenjak Nayla pindah kontrakan Devan sering mampir. Entah hanya sekedar numpang ke kamar kecil, minta minum, atau mengajak Nayla mengobrol. Sebenarnya tidak ada yang aneh, keduanya mengobrol juga di teras kontrakan, hanya saja warga sekitar kurang nyaman.

Sampai akhirnya, Devan dan Nayla didatangi ketua RT setempat kemarin malam. Kebetulan ketua RT mengenal Gilang yang beberapa kali membina ibu-ibu di lingkungan sekitar. Permasalahan Devan dan Nayla sampailah ke telingan Gilang dan Wenny.

"Jadi bagaimana Nayla?" Wenny bertanya dengan lembut, dia telah berpindah duduk di sebelah Nayla.

Kepala Nayla terangkat, dia memandang Wenny dengan bingung. Devan juga sejak tadi hanya diam saja, tidak berniat mengatakan apa pun. Seolah-olah pria itu tidak begitu perduli dengan lamaran keluarganya terhadap Nayla.

"Ini demi kebaikan kamu juga Nay, lagi pula kamu sama Devan sudah lama kenal. Kuliah kamu juga mau selesai kan?" Wenny sangat ingin Nayla menjadi iparnya, sejak lama dia selalu menjodohkan Nayla dan Devan.

Akhirnya Nayla menganggukkan kepalanya. Helaan napas dari semua yang ada di sana langsung terdengar, kecuali Devan tentunya. Pria itu lebih seperti helaan pasrah yang terdengar dari bibirnya.

"Lo Dev, jangan suka mampir-mampir sendirian ke sini. Sampai sah, awas lo!" Gilang mengancam Devan yang menganggukkan kepalanya.

Devan dan Nayla sudah berteman sejak lama. Keduanya bisa dibilang dekat, walaupun terkadang Devan masih menjaga jarak dengan Nayla. Berbeda dengan Nayla yang memang selalu baik, dia merasa berhutang budi pada keluarga Singgih. Sehingga tidak masalah jika harus membantu Devan.

∞∞∞

"Nay!" Wenny memanggil Nayla yang ada di dapurnya. Walaupun sudah tidak bekerja sebagai asisten rumah tangga Wenny, Nayla tetap sering mampir membantu Wenny.

"Kenapa Kak?" Nayla duduk di sebelah Wenny yang sedang membuka-buka majalah.

Wenny dan Nayla bersantai di ruang keluarga yang sudah seperti kapal pecah. Pelakunya sudah jelas jagoan Wenny dan Gilang. Bocah laki-laki berumur tiga tahun itu bernama Arlo Danadyaksa Singgih, sedang aktif-aktifnya.

"Bagus-bagus kan?" Wenny bertanya sembari memperlihatkan majalah di tangannya kepada Nayla.

Senyum Nayla terbit melihat baju-baju pengantin yang cantik, beberapa kebaya modern yang sangat indah. Kepala Nayla mengangguk cepat, tangannya ikut membuka-buka lembar demi lembar majalah tersebut.

"Ini butiknya punya teman Kakak. Kamu mau pesan kebaya di sini?" tawar Wenny kemudian.

Kepala Nayla langsung menggeleng, dia mengembalikan majalah tersebut kepada Wenny. "Jangan Kak, mahal banget. Nayla pakai yang pesan dengan penjahit biasa saja Kak, atau sewa saja," jawab Nayla.

Wenny jelas menolak jawaban Nayla tersebut. "Nggak papa, kalau soal harga kamu jangan khawatir. Dia ini teman Kakak, terus juga kamu itu sudah dianggap adik oleh Gilang. Nggak mungkin Gilang lepas tangan gitu saja, aku pun juga nggak setuju kalau kamu terus sungkan-sungkan begini," nasihat Wenny Panjang lebar.

Pembicaraan Wenny dan Nayla tiba-tiba terhenti karena Arlo yang menangis. Bocah itu ternyata ketakutan melihat boneka barbie milik anak Wika yang ada di dalam keranjang mainan Arlo. Bone barbie tersebut sudah tidak berbentuk, rambutnya sudah setengah botak, tidak memiliki tangan dan kaki, wajahnya penuh dengan coretan spidol biru.

Nayla hanya diam saja ketika Wenny sibuk mendiamkan Arlo. Dia sedang melamunkan banyak hal, memikirkan masa depannya. Nayla tidak bisa memungkiri bahwa dia menyukai Devan, tapi dia tahu bahwa hati Devan bukanlah untuknya.

∞∞∞

Siapkan mental! Karena cerita ini akan sinetron abisssss!
Jangan lupa untuk vote dan komentarnya~

Siapkan mental! Karena cerita ini akan sinetron abisssss!Jangan lupa untuk vote dan komentarnya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Choose Me, Please (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang