Epilog

32.7K 2.7K 171
                                    

Gian: Lo nggak jadi ke Jakarta?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gian: Lo nggak jadi ke Jakarta?

Nayla tersenyum tipis membaca chat dari Gian yang memang sering berkomunikasi dengannya. Bahkan, keduanya sudah sangat akrab dengan panggilan yang lebih santai seperti lo-gue.

Kini Nayla menetap di pulau Sumatera, dia berada di Palembang. Bekerja sebagai admin di sebuah cabang perusahaan. Nayla menikmati hidupnya sekarang, pekerjaannya yang membuatnya nyaman. Lingkungannya di Palembang membuat Nayla merasa nyaman, walaupun dia rindu dengan Jakarta.

Nayla: Jadi, bawel bener sih Mas.

Nayla menarik koper kecilnya setelah membalas chat dari Gian. Dia melangkah dengan langkah ringan dan bibir yang tersenyum. Nayla keluar dari pintu kedatangan, senyumnya semakin lebar saat melihat hiruk pikuk bandara soekarno hatta.

Tiba-tiba Nayla berhenti mendadak, dia kaget dengan sosok yang berdiri di hadapannya. Siapa lagi jika bukan Gian?

"Kok?" Nayla mengernyitkan dahinya menatap Gian heran.

"Udah jangan heran, gue datang buat jemput lo." Gian mengambil alih koper milik Nayla.

∞∞∞

Nayla berdiri di depan foto yang berdiri tegak di dekat pintu ballroom sebuah hotel. Dia tersenyum melihat foto prewedding tersebut. Sosok pengantin yang sama-sama rupawan dan tersenyum bahagia.

Kaki Nayla yang dibalut dengan high heel hitam melangkah menuju buku tamu, dia meletakkan sebuah kado di tumpukan kado lainnya. Dia tidak menuliskan nama di buku tamu, tidak juga masuk ke dalam ballroom.

Nayla hanya melihat sekilas tawa dan senyum Devan serta Anyelir di sana. Dia ikut merasa senang dengan keputusan yang diambilnya. Jika dia tetap keras kepala dulu, mungkin pesta pernikahannya dan Devan tidak akan memancarkan kebahagiaan seperti ini.

Nayla kemudian berbalik, dia menjauh dari kemeriahan yang ada di ballroom tersebut. Tidak ada air mata, hanya ada senyuman di bibir Nayla. Benar kata orang, ketika kita merasa ikhlas, maka semuanya akan terasa indah, meskipun itu perpisahan.

Apa yang diberikan Nayla tidak seberapa dengan apa yang pernah Devan lakukan untuknya. Tentang bagaimana Devan memperlakukan Nayla selayaknya adik perempuan, tentang perasaan yang tak saling bersambut, semua hanya tinggal masa lalu dan kenangan untuk Nayla.

Ini cerita tentang bagaimana Nayla memulai dirinya menjadi lebih dewasa. Tidak perlu kecewa jika dirinya tidak dipilih. Mungkin, dia bukan pilihan terbaik. Tapi, apa yang dipilihnya saat ini merupakan keputusan yang terbaik.

"Terima kasih." Nayla bergumam seraya mendongak pada langit cerah, tersenyum dengan sangat cantiknya.

∞∞∞

Habis ini ada ucapan terima kasih dan juga sedikit penjelasan dari aku mengenai cerita ini ya~

Habis ini ada ucapan terima kasih dan juga sedikit penjelasan dari aku mengenai cerita ini ya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Choose Me, Please (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang