"Sorry banget Kak! Gue tadi ada ketemu client di luar."
Anyelir menyapa Wenny yang sudah menunggunya di butik, di sebelah Wenny ada Nayla. Tentu saja, Wenny sudah membuat janji dengan Anyelir kemarin. Tujuan kedatangan Wenny dan Nayla tentu untuk memesan gaun pengantin Nayla.
"Nayla," ucap Nayla sembari mengangsurkan tangannya kepada Anyelir.
"Anyelir, bisa panggil Anye." Uluran tangan Nayla disambut Anyelir.
Sebenarnya, Wenny dan Anyelir jarang sekali bertemu dan nongkrong bareng. Wenny yang seorang pegawai negeri sipil jelas hanya memiliki waktu pada weekend, sedangkan dia mendahulukan untuk bersama Arlo dibandingkan pergi nongkrong. Anyelir juga terlalu sibuk semenjak membuka cabang butik baru.
"Jadi? Nayla yang mau nikah? Karena nggak mungkin dong Kak Wenny nikah lagi," seloroh Anyelir yang disambut kekehan Wenny. Nayla hanya menanggapinya dengan senyuman tanggung.
Anyelir berjalan menuju meja kerjanya, Nayla memperhatikan gerakan Anyelir yang mirip seperti model. Mulai dari cara jalan, cara berdiri, cara tersenyum dan bahkan cara Anyelir berbicara. Mungkin lebih tepat seperti Miss Indonesia.
"Cantik ya Kak," kata Nayla berbisik sambal melirik Anyelir.
Nayla merasa dia benar-benar seperti gadis kampung di sana, Wenny yang sederhana namun tetap terlihat modis dan Anyelir yang sudah pasti modis luar biasa, dia seorang designer. Entah kenapa, Nayla suka sekali melihat cara Wenny bercanda dengannya dan Wenny tadi.
"Ini cantik buat Nayla yang cantiknya natural." Anyelir datang membawakan Wenny dan Nayla sebuah buku sketch.
"Ada yang lain nggak? Masih gambar kurang oke, ada yang mirip gitu nggak sih yang udah jadi? Jadi bisa ngebayangin gitu," komentar Wenny.
Padahal Nayla sudah ingin bertanya mengenai kebaya biasa yang sekira harganya tidak begitu mahal. Nayla merasa tidak enak jika harus menghabiskan banyak uang keluarga Singgih hanya untuk pakaian yang dipakai sekali. Walaupun di dalam hati Nayla dia merasa senang dan ingin memimpikan pernikahan seperti perempuan lainnya.
"Ada kok, nanti ya si Cika lagi carikan ke dalam." Anyelir memandangi Nayla, dia kemudian menarik Nayla untuk berdiri. "Body-nya pas nih. Lekuk tubuhnya harus ditonjolin biar lebih wah lagi!" seru Anyelir semangat.
Wenny tersenyum dan ikut berdiri. Dia setuju dengan pengamatan Anyelir. "Devan pasti setuju deh sama pilihan Anye. Soalnya, dia pernah bilang kalau nikah istrinya harus pesan di tempatku nikah dulu," tutur Wenny.
Tangan Anyelir langsung berhenti di udara, dia membatalkan niatnya untuk memperbaiki rambut Nayla. "Devan?" tanya Anyelir sembari menatap Wenny.
"Iya! Adik iparku Nye." Wenny menganggukkan kepalanya sembari tersenyum pada Nayla.
"Oh!" tanggap Anyelir pelan.
Nayla memperhatikan perubahan Anyelir yang mendadak, entah kenapa Nayla merasa bahwa Anyelir mengenal Devan. "Mba Anye kenal Mas Devan?" tanya Nayla hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Me, Please (Selesai)
Romance(Spin Off My Reason of Love, bisa dibaca terpisah) Cerita ini hanya berupa mini novel, tidak begitu panjang. *** Devan Singgih, menghabiskan waktunya untuk mencari keberadaan Anyelir. Perempuan yang sudah mencuri hatinya sejak SMA. Bertahun-tahun me...