Bab 10

14.6K 2.7K 314
                                    

Playlist: Tentang Aku Kau dan Dia – Kangen Band (Cover oleh Vioshie)

Playlist: Tentang Aku Kau dan Dia – Kangen Band (Cover oleh Vioshie)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak Anye, ini ada kiriman buat Mbak." Seorang pegawai Anyelir menyerahkan sebuah amplop. Dahi Anyelir mengernyit menerima amplop putih panjang tersebut, seperti surat isinya.

"Astaga!" Anyelir tersadar bahwa dia sudah terlalu lama meninggalkan Devan sendirian di rumah sakit. "Saya titip butik ya, kalau ada apa-apa segera kabari saya," pesan Anyelir sembari memasukkan amplop putih di tangannya ke dalam tas.

Anyelir mengendarai mobilnya menuju rumah sakit. Sudah hampir sebulan Anyelir pulang pergi dari rumah sakit. Dia menjaga Devan dengan baik, bahkan Anyelir orang pertama yang dilihat Devan ketika dia siuman.

Sebenranya, Anyelir bertanya-tanya mengenai keberadaan Nayla. Terakhir Anyelir melihat Nayla satu bulan yang lalu, di rumah sakit menjenguk Devan diam-diam. Anyelir ingin bertanya pada Wenny atau Gilang, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana berucap.

"Nayla kemana Mas? Gue nggak lihat Nayla, dia nggak jengukin gue?"

Anyelir berhenti di depan pintu kamar Devan. Dia tidak sengaja mendengar suara Devan, bertanya dengan Gilang mengenai keberadaan Nayla. Bibir Anyelir bungkam, dia ingin tahu pembicaraan kedua orang itu.

"Sibuk dengan skripsinya," sahut Gilang apa adanya. Dia memang sering bertemu Nayla di kampus ketika sore hari, melihat Nayla yang rajin bimbingan membuat Gilang merasa bahwa Nayla sedang menyibukkan dirinya sendiri.

Anyelir perlahan mengintip ke dalam melalui celah pintu yang terbuka sedikit. Dia melihat wajah Devan yang kecewa. Entah kenapa, Anyelir menjadi merasa bersalah. Dia merasa bahwa dirinya di samping Devan justru bukan hal yang benar.

"Cepat pulih. Mas sudah tidak tahan harus sering-sering melihat perusahaan lo yang besar itu," tutur Gilang pada Devan yang terkekeh pelan.

Melihat Gilang yang sepertinya akan pergi, Anyelir bersiap masuk ke dalam kamar. Anyelir mengetuk pelan pintu kamar. Dia menarik senyum tipis saat Gilang dan Devan melihat ke arahnya.

"Karena sudah ada Anyelir, Mas pulang dulu. Arlo perlu dijemput soalnya," kata Gilang yang bangun dari duduknya. "Titip Devan ya Nye," tutur Gilang pada Anyelir yang menganggukkan kepalanya.

Anyelir duduk di kursi yang diduduki Gilang tadi. Dia tersenyum pada Devan yang juga tersenyum padanya. Anyelir meletakkan tasnya di atas meja di sebelah tempat tidur Devan.

"Mau jeruk?" tawar Anyelir yang diangguki oleh Devan.

Posisi tempat tidur Devan sedang dalam posisi duduk, sepertinya Gilang tadi yang mengaturkannya. Karena, saat Anyelir tinggal Devan masih tertidur. Kondisi Devan juga sudah mulai membaik, kaki Devan juga sudah mulai membaik, beberapa kali sudah dapat diajak ke taman rumah sakit dengan kursi roda.

∞∞∞

Nayla berdiri di depan pintu kamar Devan, dia mengintip dari kaca persegi yang tidak terlalu besar di pintu. Selalu, Nayla tidak pernah absen datang. Hanya sekedar melihat dari jauh, tidak berani masuk ke dalam.

Choose Me, Please (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang