"Nay ..." Devan memanggil Nayla ketika mereka sampai di depan Gedung sebuah butik. Devan ingat sekali dengan nama butik milik Anyelir, dia rencana akan kemari nanti setelah menemani Nayla.
Ternyata, Nayla justru membawa Devan lebih dahulu kemari. Saat Nayla mendorong pintu butik, Devan semakin yakin bahwa Nayla tidak salah butik. Dari posisi Devan berdiri, dia dapat melihat sosok dua orang perempuan, berdiri berbincang di depan meja kasir.
Salah satunya Anyelir, walaupun penampilan Anyelir banyak berubah, dia masih tetap dapat dikenali oleh Devan dengan baik. Devan langsung menyusul Nayla, saat itu lah dia melihat langsung mata kaget Anyelir.
"Mbak Anye!" panggil Nayla mendekat dengan senyum manisnya.
Sementara Anyelir dan Devan sama-sama terdiam. Saling memindai satu sama lainnya. Saat itulah Nayla sadar dengan raut wajah Anyelir. Senyum Nayla menghilang, dia kemudian berbalik menatap Devan yang masih berdiri di depan pintu butik.
Nayla merasa bingung harus bagaimana, dia memilih menyingkir dari hadapan Anyelir. Nayla justru berbalik, berjalan menuju deretan pakaian yang ada di sudut lain. Dia berkali-kali menenangkan dirinya, menarik napas berkali-kali. Orang bodoh mana pun tahu, bahwa ada sesuatu antara Devan dan Anyelir.
"Ada yang bisa dibantu Kak? Mau cari model yang bagaimana?" seorang pegawai butik menghapiri Nayla yang berdiri di depan deretan pakaian mahal.
Kepala Nayla menggeleng pelan, tangannya teremas di bagian bawah baju berbahan chiffon yang dikenakannya. Dia menggigit bagian bawah bibirnya, mengendalikan matanya yang mulai berkaca-kaca. Kemudian Nayla menarik napas berkali-kali, dia butuh banyak oksigen.
Pegawai butik hanya menatap Nayla bingung. Saat Nayla berbalik, dia melihat Devan dan Anyelir berhadapan. Tangan Devan menarik tangan Anyelir, keduanya bertatapan lama.
"Maaf saya nggak jadi," ucap Nayla pelan.
Langkah kaki Nayla mempercepat, dia tidak bisa terus-terusan berada di sana. Menyaksika sesuatu yang berhasil membuat hatinya remuk redam. Nayla keluar dari butik, Devan bahkan tidak memperdulikan keberadaan Nayla lagi.
Kaki mungil Nayla terus melangkah, dia berjalan di atas trotoar. Air mata mulai jatuh dari pelupuk mata Nayla. Jika di dalam film adegan ini akan dibarengi dengan hujan, kini Nayla justru disorot oleh matahari terik.
Nayla akhirnya berhenti berjalan, dia berjongkok di tengah-tengah Trotoar. Nayla menenggelamkan kepalanya di atas tangan yang dilipatnya. Dia menangis sejadi-jadinya, bersamaan dengan suara knalpon kendaraan yang lalu lalang.
∞∞∞
"Alir ..." Devan memanggil nama panggilan Anyelir saat remaja. Keduanya sedang duduk di ruang kerja Anyelir.
"Apa kabar Dev?" tanya Anyelir basa-basi.
"Kenapa Lir?" tanya Devan pelan, suaranya sangat rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Me, Please (Selesai)
Romance(Spin Off My Reason of Love, bisa dibaca terpisah) Cerita ini hanya berupa mini novel, tidak begitu panjang. *** Devan Singgih, menghabiskan waktunya untuk mencari keberadaan Anyelir. Perempuan yang sudah mencuri hatinya sejak SMA. Bertahun-tahun me...