06. Merindu

2.9K 340 119
                                    

[18+]

🌟○○•♧•○○🌟

Jeno memasuki ruang rawat dengan beberapa obat dari dokter ditangannya. Kali ini dia datang sendirian, berniat untuk menghabiskan waktu hanya berdua dengan Bunda tercinta.

Mungkin ada beberapa sebab lain kenapa dia memilih untuk datang kepada Bundanya dibanding menyendiri seperti biasa.

Dia kembali bimbang, merasa bingung atas apa yang telah dilakukan.

Ini sudah memasuki bulan ketiga setelah dia dan Hyeobin tidak saling bicara. Jeno sadar betul pengaruh dari itu semua. Mereka tidak pernah bertatap muka, bercengkrama walau hanya beberapa kata. Hyeobin menjadikan Lucas sebagai pengganti, menggeser posisinya sebagai seorang ojek spesial- mungkin.

Jeno berjalan guntai, menghampiri Bunda Yuri yang sedang menutup mata dengan cantik bak putri tidur. Dia mendekat, mendaratkat bokongnya untuk duduk disamping ranjang.

Lalu diusaplah tangan mulus nan kecil itu pelan-pelan, "Bunda, bangun dulu. Jeno mau ngomong." Satu kalimat yang langsung dijawab oleh bukaan kelopak mata.

Bunda terbangun, atau mungkin dia memang tidak benar-benar tertidur. Matanya melirik, agak sulit. Melihat itu, Jeno membantu agar Bundanya dapat menoleh dengan baik.

"Bun, Jeno janji bakal buat Bunda sembuh." Dia tertunduk, merasa malu hanya untuk menunjukan wajahnya didepan sang Bunda. Sedangkan yang diajak bicara diam membisu, tidak dapat bergerak barang seincipun.

Jeno mengingat masa-masa indah, kala dia dan Bunda Yuri bermain jungkat jungkit bersama. Saat Bunda melindunginya dari anjing-anjing buas yang akan menerkam, mengingat masa indah ketika Bunda tersenyum senang sambil merentangkan kedua tangan untuk merangkup tubuhnya yang kecil.

Tangan Jeno bergetar, "Jeno mau main lagi sama Bunda kaya dulu." Dia menangis, sebuah rintihan sunyi yang tidak dapat terdengar oleh siapapun.

"Peluk Bunda, sayang." Mendengar Bunda memohon, Jeno lantas mendekat. Membenamkan kepala di sela-sela kepala ibunya.

"Bunda mau bales peluk kamu, Nak." Mereka sama-sama menangis, sama-sama menderukan nafas sekencang mungkin. Bunda Yuri tidak dapat bergerak, padahal niat hati ingin sekali memeluk putranya tercinta,

menepuk-nepuk tengkuk kepala Jeno pelan-pelan sambil sedikit menimang.

Dia terisak, tidak mampu menahan rasa pedih didada atas ketidak bersalahan anaknya. "Kamu gak salah, kamu gak bersalah." Tangisan Bunda terdengar begitu pilu, bahkan dia menangis seperti anak kecil. Membuat tangisan Jeno semakin menjadi.

"Semua berawal dari ayah kamu."

Jeno sangat kalut, dia tidak pernah menangis sekencang ini didepan siapapun, "J-Jeno harus apa Bunda? Jeno... sayang Hyeobin."

Mendengar itu, suara Bunda melemah, "Lia gak akan seneng kalo denger itu semua, Jeno."

Namun Jeno benar-benar tidak dapat memutuskan untuk memilih diantara dua wanita pendampingnya.

Dia bingung setengah mati, "Jeno gak mau lagi ngelanjutin permainan itu, tapi Hyeobin udah masuk daftar benang merah untuk di bunuh. Jeno gak mau siapapun lagi ninggalin Jeno, Bunda..." Dia terisak, menangis kuat seperti anak kecil sampai bibirnya terbuka.

OLETHROS || Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang