10. Aku Takut

2.2K 337 125
                                    

🌟○○•♧•○○🌟

Didalam ruangan tanpa ventilasi, Hyeobin terus merintih perih menahan sakit dibagian kedua matanya. Dia tidak bisa melakukan apapun kecuali terisak sendirian, tidak dapat mengeluarkan sepatah kata walau niat hati menginginkan.

"A-abang.." Hyeobin takut, di seluruh sudut hanya kegelapan yang ia lihat. Perutnya lapar, namun mulut tak ingin berkompromi untuk memasukan makanan.

"Makan dulu. Kamu harus sehat sebelum di eksekusi." Xiaojun menempelkan sendok berisi nasi di ujung bibir Hyeobin. Berharap anak itu membuka mulut dan makan walau hanya dua suap.

Tapi Hyeobin hanya terus menangis.

Dia rindu kakaknya, rindu kedua orang tuanya.

"Pak, saya t-takut."

Mendengar isakan Hyeobin yang tak kunjung berhenti, Xiaojun membuang nafas kasar. Kemudian menatap muridnya walau mata itu masih tertutup perban.

"Saya gak bisa lepas kamu. Tidak tanpa izin dari Johnny selaku pimpinan." Kemudian dia mambuang tatap.

"Pak-"

"Hyeobin, saya seneng banget bisa liat Jeno menderita. Liat orang-orang nangis kesakitan itu kesenangan tersendiri untuk saya." Xiaojun tertawa pelan, namun dari nadanya..

terdengar sedikit sendu.

"Saya dan Kakak kamu itu adalah orang-orang pilihan. Cuma karena nama saya sudah tercatat sebagai pembunuh bayaran dalam buku dunia hitam, Johnny jadi ngambil saya untuk dijadikan budak dengan bayaran luar biasa." Xiaojun menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa.

"Kak Taeyong juga-"

Xiaojun menggeleng cepat, walau dia tahu jika Hyeobin tidak dapat melihat, "Taeyong aktif sebagai 'kurir' penjualan organ manusia. Dia bekerja untuk Johnny pada awalnya seperti itu."

Hyeobin meremas selimutnya. Dia dan Taeyong sangatlah dekat, namun kenapa rasanya begitu jauh untuk sekedar di mengerti?

"Tapi, Johnny ngangkat Taeyong yang pintar bela diri dengan embel-embel untuk mengasah kemampuannya itu. Mungkin Taeyong tertarik, jadi dia ambil pekerjaan sebagai eksekutor."

Hyeobin sudah menangis, bibirnya bergetar hebat. Sangat sakit hatinya ketika mengetahui semua rahasia besar yang tertutup sempurna.

"Tapi setelah Taeyong ngerti cara kerja nya. Dia nyesel. Dia gak bisa berhenti sebelum membunuh 50 orang. Kalo dia maksa berhenti.." Xiaojun berhenti sejenak, memberi sedikit jeda untuk melanjutkan kalimat terputusnya,

"Mau gak mau dia harus dapet hukuman untuk jadi 'pemain' seperti Jeno."

Xiaojun memejamkan matanya secara paksa ketika mendengar isakan pelan dari bibir Hyeobin. Isakan yang terdengar begitu pilu dari biasanya, tercampur aduk dengan tarikan nafas yang tidak teratur dari bibirnya, "H-Hyeobin tetep sayang Bang Taeyong kok."

Kalau Tuhan mengizinkan, dia benar-benar berharap jika Taeyong akan datang untuk memeluk tubuhnya sebelum eksekusi dilakukan.

Sedangkan Xiaojun malah mengepalkan tangannya sendiri, "Saya punya jiwa shyco. Saya suka pas liat Jeno nangis-nangis kaya kemarin lusa.."

".. tapi entah kenapa, pas saya nusuk mata kamu, hati saya malah sakit."

Hyeobin meraba-raba kasur disamping, meraba-raba udara demi mendapatkan Xiaojun disana. Melihat itu, Xiaojun menangkap tangan Hyeobin.

Digenggam, tak ingin dilepaskan.

"Kalo gitu Pak Dejun bisa bantu saya keluar dari sini kan?" Nada bicara yang penuh harap, membuat Xiaojun menunduk untuk kembali memejamkan matanya.

OLETHROS || Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang