09. A Team

2.2K 348 99
                                    

🌟○○•♧•○○🌟

"Gue gak tau harus gimana lagi, jadi gue tusuk matanya supaya Taeyong berhenti."

"Gak papa, untuk saat ini jagain Hyeobin. Gue mau dia disiksa didepan Jeno sama Taeyong."

Suara berdengung itu memasuki pendengaran Hyeobin yang sedang berbaring di ruang rawat rumah Johnny.

Hyeobin menggerakan jarinya, merasa pening dan perih yang teramat sakit dibagian kepala serta mata, "S-sakit.." Dia bergumam, tidak dapat melihat apapun karena matanya ditutup perban tebal.

"Ambil air." Johnny memerintahi Xiaojun untuk segera keluar, lantas dia melangkah mendekat, menyentuh wajah Hyeobin pelan-pelan, kemudian dia mengelus-ngelus dagu Hyeobin dengan lembut, "Waktu kematian lo diundur sebentar."

Hyeobin meraih tangan Johnny, menggenggam menggunakan kedua tangannya yang mungil, "Om, aku mau pulang." Suaranya bergetar, mengingat seluruh kejadian dua hari lalu begitu sakit untuk di pendam.

Sulit baginya untuk sekedar mengerti. Dia hanya sedikit paham, jika Taeyong adalah seorang pembunuh yang membuat nyawa-nyawa orang tidak bersalah mati.

"Nanti malem, Pa! Taeyong nginep di rumah Jaehyun ya!"

"Gue hari ini gak pulang, mau mabar PUBG sama Jaehyun"

Hyeobin berfikir dalam diam, memikirkan beberapa alibi yang sama kenapa Kakaknya sering tidak ada dirumah.

Sebuah kebohongan kecil yang mempu menampar nalarnya sedikit demi sedikit. Kenapa dia tidak sadar bahwa Taeyong menyembunyikan rahasia sebesar ini?

Rasa bingungnya sudah terjawab telak, kebingungan saat memikirkan kenapa Taeyong memiliki kekayaan bersih yang begitu banyak, padahal dia hanya bekerja sebagai pendiri rumah makan yang tidak begitu terkenal.

Dada Hyeobin sesak, dia menarik nafas dalam-dalam.

"Abang! Kaki Hyeobin tatitttt."

"Sstt jangan nangis, gak papa kok. Satu jam lagi juga sembuh."

Seorang Kakak yang melindungi dengan penuh cinta, yang menemani dengan berbagai rasa, kini malah membuat hatinya putus asa.

"Dek? Makan yuk, kalo lo gak mau makan bareng sama Papa Mama gara-gara abis di omelin, makannya sama gue aja. Gue gak mau lo sakit."

Pada nyatanya Hyeobin tidak dapat membenci. Tidak peduli sekejam apapun pekerjaan Taeyong. Baginya, Taeyong tetaplah Kakak terbaik.

Hyeobin terisak kecil, terus mengenggam tangan hangat Seo Johnny dengan kelembutan hati. Berharap dia segera mendapatkan belas kasih, "Om, a-aku mau ketemu Bang Taeyong.." Dia menangis, tidak peduli jika matanya terasa amat perih.

Johnny terdengar tertawa kecil dari deruan nafas. Dia tidak menjawab, hanya terus menatap mata Hyeobin yang tertutup perban.

Merasakan remasan di tangannya semakin kuat, Johnny yakin jika Hyeobin sedang menangis dalam diam, "Kalo gak boleh ketemu.. Gak apa-apa. Asalkan om jangan jahat sama Bang Taeyong ya?"

Johnny terus terdiam, tidak berekspresi sama sekali.

"Aku boleh video call sama Bang Taeyong gak? S-sebentar aja." Hyeobin sedikit terisak, tidak ingin melepaskan tangan Johnny barang sedikitpun.

Namun jawaban Johnny berikutnya, membuat dia bungkam seribu bahasa. Hingga luka robekan dihati kembali mengaga, meraup habis sebagian jiwa.

"Gak bisa. Lo buta sekarang."

•○●○•

"Nak, ayah gak kuat. Kamu harus selesaikan ini semua ya?"

OLETHROS || Lee Jeno ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang