"Assalamualaikum. Keano pulang!" Teriak seorang anak berusia 15 tahun seraya memasuki rumah yang tampak sunyi.
Gedebuk!
Brak!
Mendengar suara cukup keras tersebut, Keano segera berlari menuju sumber suara yang ternyata berasal dari kamar kakaknya. Ia langsung masuk dan melihat seluruh penjuru kamar yang sangat berantakan. Matanya tak sengaja mengarah pada pintu balkon yang terbuka lebar, kemudian dengan langkah tergesah menuju ke arah balkon.
Tubuhnya tegang, jiwanya seakan direnggut paksa dari raganya, dunianya seakan berhenti berputar melihat tubuh kakaknya dengan darah mengelilingi hampir seluruh tubuhnya. Mata Keano seakan enggan untuk berkedip barang sedetik saja. Berulang kali dia menampar wajahnya memastikan dia bermimpi atau tidak. Namun, dunia seakan tak berpihak padanya, ini nyata, dia sedang tidak bermimpi.
Dengan langkah tertatih Keano menghampiri kakaknya. "Kak? B-bilang ke Keano kalo ini cuma mimpi! Kakak nggak bakal ninggalin Keano, kakak udah janji bakal nemenin Keano terus. Keano mohon buka mata kakak. Demi Tuhan tolong kak buka mata kakak!" Lirihnya dengan tubuh bergetar seraya mennguncangkan tubuh kakaknya
"K-keano, m-maafkan k-kakak. M-maaf belum bisa jadi kakak yang baik untuk kamu, maaf sudah merepotkan kamu dan maaf karena kakak selalu merebut apa yang kamu inginkan. Tapi, satu yang harus Keano tau kalau kakak sayang sama Keano," ujar Rista dengan terbata.
"Enggak, kakak nggak boleh ngomong gitu. Kakak tidak pernah merepotkan Keano. Kakak tolong bertahan sebentar lagi, Keano akan cari bantuan," racaunya.
"Enggak, ini memang sudah saatnya. Apapun nanti yang terjadi, kakak sangat mohon sama Keano. Kakak mohon jangan pernah balas dendam yah? Keano anak baik dan akan selalu menjadi yang terbaik," pintanya seraya mengelus pelan pipi Keano kemudian kembali menutup mata.
Bertepatan dengan itu orang tua Keano pulang dan melihat Keano yang sedang menopang tubuh tak bernyawa Rista.
"RISTA!" Teriak Dinara Favian-Mama Keano.
Keano terkejut mendengar teriakan mamanya dan menyingkir dari tempatnya untuk memberi ruang kepada mamanya.
"Kamu apakan anak saya?!" Tuding Bramantyo Favian-Papa Keano marah.
"K-keano nggak tau pah. Pas pulang Keano sudah melihat Kak Rista seperti ini," jelas Keano dengan suara bergetar.
"Jangan bawa-bawa nama Tuhan kamu! Saya tau kamu iri kan sama Rista? Karena selama ini dia yang lebih unggul, dia yang lebih disayang, dia yang lebih segalanya daripada kamu. Iyakan?!" Tuduhnya.
Keano terkejut mendengar ucapan sosok di depannya. Sosok yang selalu menjadi idolanya, sosok yang selalu dia bangga-banggakan di depan teman-temannya. "Walaupun Keano tidak segalanya seperti kakak, tapi demi Tuhan nggak ada."
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di wajah Keano yang membuatnya terhuyung ke belakang, bukannya membalas yang Keano lakukan adalah diam dan tetap menunduk seraya memegang pipi kanannya bekas tamparan papanya.
Keano sudah lelah selalu di perlakukan seperti ini. Entah dosa apa yang sudah ia perbuat sampai-sampai kedua orang tuanya selalu memperlakukannya dengan tidak baik.
"Mas, sudah! Saat ini keselamatan Rista lebih penting daripada bocah sialan itu. Tolong telfon ambulance!" Teriak Dinara mengingatkan dua orang yang sedang berdebat.
***
Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya bila menunda cerita ini terlalu lama, because saya sedang berusaha membuat karya saya pantas untuk dinikmati oleh kalian. Ya, walaupun sekarang masih agak gimana gitu. Asli nggak pede banget sebenarnya, tapi karena banyak dari kalian yang terus nanya kapan Bobrok Girl Vs Cold Boy publish lagi, jadi saya putuskan untuk mempublishnya kembali.
Semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobrok Girl Vs Cold Boy
Teen FictionShaquita Queensha Revanza gadis cantik dengan sejuta keceriaan dan kewarasan yang diluar nalar manusia yang tiap kali memberikan kejutan-kejutan ajaib dengan segala tingkah ajaibnya. Siswi pindahan dari Semarang yang kedatangannya membawa dampak cuk...