[1]

2.4K 164 4
                                    

"Halo, apa kabar?"

°°°

Siang ini ditemani secangkir es jeruk segar Minho terduduk di bawah pohon, terlindungi dari teriknya matahari yang begitu menyengat. Tangannya perlahan mengaduk es dengan tempo yang pelan, dengan pandangan yang terus menatap lurus ke depan. Kosong.

Jemarinya perlahan berhenti seiring dengan tepukan bertubi-tubi di punggungnya itu. Minho menoleh, menatap gadis di belakangnya itu garang.

"Jam nya masuk. Ayo, jangan bolos lagi," katanya.

Tak ada jawaban, Minho memilih kembali menatap kosong ke depan sana, membiarkan ucapan gadis itu menguap ke udara.

Lia menghela napas, berusaha menahan diri untuk diri tidak mengeluarkan kata-kata andalannya. Yaitu, bangsat.

"Lo mau sampe kapan bolos-bolosan? Kek bocah. Buru masuk!" serunya.

"Apa sih. Masuk ya masuk aja sendiri, gue males belajar," sanggah Minho.

"Lo mau bolos?" tanya Lia yang langsung mendapat anggukan. "Gue juga."

Selanjutnya Minho hanya mengangguk saja, membiarkan perempuan itu menemaninya duduk di bawah pohon dengan perasaan yang dibuat tak nyaman.

°°°

Jisung menguap lebar mendengar penjelasan guru di depan sana yang menurutnya sangat membosankan. Pria itu sudah berkali-kali melakukan peregangan kecil, namun tetap saja kantuknya tak hilang. Oh, bahkan Jisung berharap dia dikeluarkan dari kelas.

"Segini dulu, ya. Bapak mendadak ada urusan."

Dan seketika itu juga mata Jisung terbuka lebar, seperti habis diguyur air hujan. Mata kantuknya mendadak hilang tergantikan rasa bahagia.

"Yan, liat deh!" seru Felix sembari menunjukkan ponselnya pada Jisung.

"Hah? Apaan?"

"Gue dapet pesan dari Ezra. Romantis banget gak sih?" tanya Felix dengan senyuman yang terus menghiasi wajahnya.

Mendengarnya, Jisung malah menggeleng tak paham. Ah, bukan tak paham, tapi Jisung itu uwuphobia. Alasannya ya karena dia jomblo terus.

Pada akhirnya Jisung malah menendang Felix, menyuruh teman sebangkunya itu hengkang dari hadapannya. Muak juga Jisung jika setiap hari harus melihat keuwuan orang lain. Kan Jisung juga mau uwu-uwuan. Tapi sayangnya dia gak punya pasangan.

"Sana pepet terus tuh kak Rama! Biar bisa uwu," celetuk Felix.

Jisung mendecih pelan, dalam hatinya jika bisa dia pasti sudah berusaha. Namun kakak kelasnya itu masih normal.

Felix mengangkat sebelah alisnya menyadari perubahan ekspresi temannya itu. "Kenapa?"

"Kak Rama normal, Sat."

"Cih. Ya udah bikin dia gak normal!"

"Udah gue coba, dia masih lurus-lurus aja."

"Yah ... Kasian banget. Ya udah jomblo aja lo, Yan."

Tuh, kan. Seperti dugaannya, Felix pada akhirnya akan mengatakan itu. Dan jika sudah begini, Jisung malah tidak tau harus apa.

Di sisi lain, dia suka Minho. Dia ingin memiliki Minho seutuhnya. Namun kenyataan membuat Jisung mundur secara perlahan. Lagi pula, jomblo juga bukan sesuatu yang buruk, kan? Maka dari itu, Jisung memutuskan untuk mengubur rasa sukanya sedalam mungkin. Sedalam Palung Mariana.

°°°

"WOY DAKJAL! AMBIL TAS LO NIH!" Lia berjalan dengan emosi yang mengelilingi dirinya, kemudian melempar tas hitam itu pada pemiliknya dengan tidak berperasaan.

"Apaan sih?!" seru Minho kesal.

"TAS LO AMBIL! BURUAN BALIK!"

Minho berdecih pelan, dengan malas pria itu mulai merangkul tas punggungnya, membawanya dengan malas. Matanya benar-benar menunjukkan jika dia lelah.

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, dan karena dua sejoli ini memilih untuk bolos, maka mereka memutuskan untuk mengambil tas saat semua siswa telah pulang.

Dan ternyata tidak semua anak sudah pulang. Buktinya Jisung, Felix, dengan seorang lainnya itu masih ada di parkiran.

Lia yang melihat mereka bertiga hanya tersenyum kecil, sebagai sapaan. Namun Minho malah menunjukkan ekspresi datarnya.

Keduanya terus berjalan melewati tiga orang adik kelas itu, tanpa sadar jika pandangan Jisung terus tertuju pada Minho.

Padahal biasanya jika tidak kebetulan bertemu seperti itu, Minho selalu menyapanya, atau paling tidak melemparkan senyumnya. Dan sekarang Minho bahkan tidak tersenyum.

"Fa, lo kenapa sih? Wajah lo nyeremin sumpah," bisik Lia.

"Gue ngantuk."

Lia memasang ekspresi terkejutnya, namun tak lama menggiring temannya itu agar berjalan lebih cepat. Gadis itu menengadahkan tangannya, meminta Minho menyerahkan kunci motor padanya, dan Minho menurut saja meski tau jika beberapa saat kemudian dia akan dibawa uji nyali.

"Gak usah pegangan," ucap Lia sebelum akhirnya menginjak gas.

[20 September 2020]























































Cut!

I'm Serious || HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang