[7]

741 90 8
                                    

"Kalo lo mau tau, ayo tanya. Gue pasti jawab jujur." -Daffa.

°°°

"LO ANJING! TOLOL TAU GAK?! ARRGHHHH! PUSING GUE NGOMONG SAMA ORANG TOLOL KAYA LO!" teriak Lia kesal. "Ya Tuhan ... Maafin gue udah toxic sama manusia bangsat kaya dia." Gadis itu mengusap wajahnya kasar, kemudian memilih untuk berlalu pergi.

Minho mengurut pelipisnya pelan diiringi dengan helaan napas yang cukup panjang. Dia pikir, datang ke rumah Lia dan bercerita soal hari ini akan membantunya untuk memecahkan masalah. Namun Minho salah, karena akhirnya dia hanya akan diceramahi oleh teman perempuannya itu.

Lia berjalan dari arah dapur dengan segelas air di tangannya, gadis itu memberikannya pada Minho, menyuruh Minho meminumnya. Mungkin dengan begitu Minho dapat berpikir dengan jernih.

"Coba buka mata lo. Buka mata lo, anjing! Lo stres apa begimana?!"

"Iya iya ... Gak lagi deh," balas Minho sambil meletakkan gelas.

"Lo ... Aduh, dahlah. Pusing gue."

Minho mengernyit, dipikirnya dia tidak melakukan kesalahan yang besar tapi kenapa reaksi Lia malah seperti ini?

"Lo kenapa sih? Gue cuma minta anter buat ke rumah sakit doang, tapi reaksinya malah kaya orang kesetanan."

"Daffa! Lo itu harus gue bilangin berapa kali?! Gue bilang stop makan mie! Emosi gue jadinya. Lo gak bisa gitu nurut sehari aja sama gue?!"

Respon Minho hanya sebuah anggukan. "Gue kemaren nurut sama lo. Sehari gak makan mie."

"Anjing. Dahlah, pusing kepala gue." Lia mengurut pelipisnya pelan, kemudian gadis itu berlalu pergi.

Minho sendiri hanya menatap kepergian temannya itu dengan bingung. Memang apa sih yang Minho harapkan jika bercerita sama Lia? Kata-kata manis? Atau bentuk kepedulian yang lembut? Mustahil. Karena pada akhirnya Minho hanya akan menerima kalimat,

"LO BEGO, ANJING! UDAH GUE BILANG GUNAIN OTAKNYA! PUNYA OTAK GAK?! BEGO BANGET LO BANGSAT!"

Kurang lebih isinya umpatan. Tapi justru Minho malah lebih suka kalimat itu daripada, "Yang sabar ya ... Aku tau kamu kuat."

"Buruan! Besok-besok gue gak terima ya kalo lo minta dianter lagi!" Gadis itu sudah berdiri di ambang pintu.

Minho mengangguk saja sambil mengikuti Lia dari belakang.

°°

"Gib, si Daffa ke mana?" Mingi menggaruk kepalanya, tak lama pria itu menguap lebar, membiarkan Changbin menatapnya dengan sebal.

Changbin meletakkan gelasnya di meja, kemudian diliriknya jam di dinding yang jarum pendeknya sudah menunjukkan angka sembilan.

"Iya juga ya, si Daffa ke mana?" gumamnya.

Jisung yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya pun mendongak. Benar juga, niat awal dia ke rumah Minho kan untuk menemui Minho, tapi akhirnya dia malah sibuk bermain dengan yang lain. Pria manis itu beranjak pergi, berniat kenghampiri Yujin yang tengah berada di dapur.

"Dik, kak Rama ke mana?" tanya Jisung.

Yujin menoleh. "Oh ... Gak tau, dia dari pagi pergi, pulang sebentar, terus pergi lagi. Pacaran kali," jawab Yujin.

Jisung mengangguk saja, kemudian memilih untuk menelpon Minho. Namun sudah 3 kali Jisung telpon, Minho tak kunjung mengangkatnya. Ke mana Minho?

Pikiran Jisung mulai negatif, dia mulai berpikiran jika Minho memang pergi berkencan. Diam-diam Jisung menggigit jarinya sambil berlalu dari dapur. Sebelumnya, salahkah jika Jisung se-khawatir ini pada Minho? Sebelumnya pria itu tidak pernah telat memberi kabar, bahkan tidak pernah mengacuhkan telpon dari Jisung. Namun sekarang, kenapa keadaan justru terlihat sangat berbeda?

Pada akhirnya Jisung terduduk di teras rumah Minho sendirian, menunggu. Dan tak lama sosok yang ditunggunya pun tiba.

Tunggu, Minho sendirian. Maksudnya dia tidak membawa kendaraan. Jisung beranjak dari duduknya, berlari kecil menghampiri Minho yang tengah menutup pagar.

"Kak Rama habis dari mana?"

Minho sedikit terkejut, tapi kemudian mengembangkan senyumnya. "Dari rumah Akyla," jawabnya.

"Beneran?" selidik Jisung. "Tadi aku ke rumah kak Akyla tapi kata ibunya kak Akyla pergi sama kak Rama. Hayoooo."

"Iya, habis pergi sama Akyla," jawab Minho, satu tangannya terulur mengusak rambut Jisung pelan. "Kamu kok di sini? Tumben banget. Gak banyak tugas?"

"Ada sih ... Cuma mau main bentar. Kenapa? Kakak sibuk?" Jisung meraih tangan Minho, kemudian menggiringnya masuk ke dalam.

"Yan ...," panggil Minho.

Jisung berhenti. "Kenapa, kak?"

"Sini coba, peluk. Malam ini kamu gemesin banget."

Mendengarnya, Jisung segera menghampiri Minho yang telah merentangkan tangannya lebar. Jisung tersenyum lebar, membiarkan Minho mengusap punggungnya perlahan.

"Aduh anjir gue uwuphobia," celetuk Winwin.

"Dugaan gue bener ternyata." Seonghwa ikut bicara.

Mendengar suara lain, Minho segera melepaskan pelukannya. "Kalian kenapa ke sini?" tanyanya.

"Gapapa, di dalem pengap," jawab Winwin.

Seonghwa menggelengkan kepalanya, benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Udah berapa lama kalian pacaran?"

°°°

"BANGSAT! SINI ANJIR! DASAR ADEK DURHAKA!"

Dilihatnya sang kakak yang mengamuk seperti gorilla, Hyunjin memilih untuk berlari pergi meninggalkan kamar Lucas yang sudah seperti kandang singa itu.

"HEH! ARES BALIK SINI LO, ANJING! BALIKIN KOLOR GUE!" seru Lucas sambil menggedor pintu kamar Hyunji.

"MAMAAAAAA! KAK NATHAN PANGGIL AKU ANJING!"

"BACOT LO! BURUAN KELUAR! BALIKIN KOLOR GUE SET--"

"NATHAN! UDAH BERAPA KALI MAMA BILANG JANGAN NGOMONG KOTOR!" tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya datang dan menarik daun telinga Lucas dengan geramnya.

"Tapi, Maaaa ... Dia adek durhaka!" bela Lucas.

Mama hanya menggeleng. "Udah malem, buruan tidur! Kamu ganggu tetangga terus bisanya!" titah Mama sambil melepaskan cengkramannya pada telinga Lucas.

"Jahat banget aku disebut pengganggu," gumam Lucas sambil berlalu pergi. "Awas aja lo, Res."

Hyunjin yang mendengar ucapan terakhir Lucas itu hanya terkikik geli. Tidak disangka, akhirnya dia menang lagi.

Pria itu menghela napas, kemudian memilih untuk merebahkan dirinya di atas ranjang empuknya itu. Oh mungkin menelpon Minho malam begini asik juga.

Maka dari itu Hyunjin segera mengambil ponselnya dan mencari nama Minho. Namun sialnya, tidak ada satupun panggilan yang Minho jawab.

"Ini orang ke mana sih ...," gumamnya sambil terus mencoba menelpon Minho.

Namun pada akhirnya Hyunjin berhenti saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Udah tidur kali ya."

[4 Oktober 2020]



































Cut!

Ini beberapa panggilan buat Hyunjin sama Minho. Siapa tau kalian pusing karena panggilannya banyak.

Hyunjin : Ares & Rafa
Minho : Daffa, Rama, Adhan

Diinget ya, biar gak pusing

I'm Serious || HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang