[2]

1.3K 122 4
                                    

"Ada yang hilang ...."

°°°

"APA?! LO MAU BILANG SAMA MAMA KALO GUE GAK MAU MANDI?!"

Lucas terdiam, menatap adiknya ini dengan ekspresi yang sulit ditebak. Dalam hati ia terus saja merutuki adik iblisnya itu. Jika bukan adiknya, mungkin sudah Lucas buang jauh-jauh bersama dengan kenangan mantan.

"Terserah," katanya kemudian sambil berjalan pergi.

"KANG BENTAR! GUE BELUM MINTA DUIT SAMA IBU NEGARA!" teriak Hyunjin panik yang langsung mendapat tatapan tak peduli dari Lucas.

"Gue duluan. Lo minta uang saku aja kaya mau main drama anjir. Lama."

Hyunjin mendesah kesal, ia harus merelakan uangnya yang pasti dipakai untuk membayar angkutan umum.

Dengan wajah lesu, Hyunjin berjalan ke luar rumah. Matanya menyipit melihat seorang pria di kejauhan yang tampak sedang bersiap berangkat sekolah sepertinya. Enggak, Hyunjin enggak punya niat buat nebeng, dia masih punya muka buat ikut nebeng ke orang tak dikenal.

Hingga pada akhirnya pria alay itu malah berbalik masuk ke dalam rumah, kemudian mengurung diri di kamarnya tanpa diketahui sang ibu.

°°°

Kembali dengan kegiatan membosankan. Ya, bagi Minho belajar adalah kegiatan membosankan. Namun dirinya sebisa mungkin menahan diri untuk tidak kembali bolos. Mungkin karena adanya murid baru di kelasnya yang katanya cantik itu. Lumayan buat cuci mata.

Mata kucingnya itu terus saja menatap ciptaan Tuhan yang terduduk tak jauh darinya. Minho bahkan tidak berkedip, mungkin saking cantiknya dia.

Minho sampai tidak sadar jika figur yang tengah ditatapnya itu juga tengah memandanginya.

"Beuh, udah kaya drama di TV," celetuk Lia yang tidak Minho hiraukan. "Lo suka sama cewe itu?" tanya Lia yang geram melihat temannya itu mendadak seperti orang gila.

"Liat deh tas-nya, lucu," balas Minho.

Lia segera berbalik, matanya menyipit berusaha melihat tas anak baru itu.

"Hah? Tas-nya biasa aja."

"Itu liat ... Dia pake gantungan kucing, lucu. Kayanya dia suka kucing juga."

"Bodo amat, Fa."

Lia kemudian memilih untuk kembali menatap ke depan, dan ternyata kursi guru telah kosong. Itu artinya jam kosong. Gadis itu kembali berbalik, dan Minho masih setia menatap anak baru itu dengan mata indahnya.

"Sana samperin, ajak jadian!" titah Lia.

Minho menoleh. "Hah? Gak kenal ... Masa langsung jadian."

"Kalau gitu ya ajal kenalan aja."

Namun pria itu malah menggeleng. "Gue gak suka dia. Biasa aja ah."

"Yah ... Lo mah kebiasaan, bo--"

"Gue sukanya dia," potong Minho.

Telunjuk Minho mengarah ke luar sana, tepat pada seorang pria manis yang mengenakan pakaian olahraga. Dahi Lia mengernyit cukup dalam, Minho tidak salah tunjuk orang, kan? Enggak mungkin dia suka sesama jenis.

"Lo ... Suka cowo?" tanya Lia ragu.

"Hmm? Lagi pula dia manis."

Gadis itu bergidik ngeri, tidak terbayang jika ternyata Minho enggak normal.

Minho mengernyit, menatap temannya itu keheranan. "Kenapa? Gak mau temenan sama gue ya pas tau gue gak normal?" tanyanya.

Namun cepat-cepat Lia menggeleng. "Enggak, biasa aja. Gue gak peduli juga."

I'm Serious || HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang