[11]

586 68 3
                                    

"Kenapa?" Saerom menatap Minho lekat, bahkan terus mengikuti ke mana pria itu pergi. "Dek, kenapa?" tanya Saerom lagi.

Minho terus berjalan tanpa mempedulikan ucapan kakak sepupunya itu, hingga langkahnya terhenti di depan pintu kamarnya. Tangannya terangkat, berniat membuka pintu, namun tak lama diurungkannya. Minho berbalik, menatap Saerom dengan tatapan bingungnya.

"Kak, selingkuh itu gak boleh, ya?"

Hening.

Saerom masih mencerna apa yang dikatakan Minho, hingga akhirnya.

Bugh!

"Ya gak boleh atuh, dek! Kamu kira gak sakit diselingkuhin?"

Minho hanya berdecih pelan sambil mengusak rambutnya. "Dasar cewe," gumamnya.

"Apa?" tanya Saerom. "Coba kamu bayangin dek, kamu diselingkuhin sama pacar kamu. Sakit gak?"

Dan hanya sebuah gelengan yang Saerom terima.

Bugh!

Saerom kembali melayangkan tinjunya ke lengan Minho.

"Belegug!" umpatnya. "Eh, kenapa nanya ginian? Kamu selingkuh?"

"Iya, kak."

"Heh, sia belegug! Putusin buru! Jangan selingkuh gitu. Kamu sendiri kalo diselingkuhin pasti gak mau, jangan serakah," cerca Saerom.

Lagi-lagi Minho hanya berdecih pelan sembari berbalik, bersiap masuk ke kamarnya. Namun belum sampai kakinya menginjak lantai kamar, Minho berbalik.

"Aku kalau diselingkuhin ya udah, berarti dia gak ada rasa sama aku, kak. Sederhana," katanya sambil berlalu.

Saerom mengerjapkan matanya, seperti tidak percaya dengan apa yang keluar dari mulut adik sepupunya itu.

"HEH BONTOT KELUAR! SINI JELASIN!" serunya sambil menggedor pintu kamar Minho keras.

Saerom terus menggedor, berharap Minho membukakan pintunya, namun beberapa menit berlalu yang dilihatnya hanya sebuah pintu tertutup. Pria itu sama sekali tidak membukakan pintu untuknya.

"Sialan, bikin penasaran," gumamnya.

"Kak, lagi ngapain? Ini kak Jovan kan, ya?" Jari telunjuk Subin terarah persis ke depan wajah Saerom.

Saerom menghela napas. "Kemaren kan kita udah ketemu, Zra."

"Oh iya .... Iya gitu?"

"Tau ah anjir, gue mau makan dulu," ujar Saerom sambil berlalu.

Subin menggaruk dagunya yang tidak gatal itu. Apa dia melupakan sesuatu?

°°°

Selepas membalas pesan singkat dari kekasihnya itu, jarinya cepat-cepat menekan tombol home, kemudian melempar ponselnya ke sembarang arah. Tak lama satu helaan napas lolos dari mulutnya. Minho menutup matanya dengan tangan kanannya, bagaimanapun juga, dia mulai kepikiran kalimat yang diucapkan Lia juga Saerom.

Meskipun dirinya terlihat tidak peduli, namun diam-diam Minho memikirkan jalan keluarnya.

Maksudnya, siapa yang harus dipilihnya.

Ya, akhirnya dia sadar jika tindakannya itu tidaklah benar.

Mempunyai dua kekasih sekaligus? Menarik. Namun itu bukan tindakan yang benar, ya. Mempermainkan perasaan orang lain itu tidak bisa dibenarkan.

Memang benar Jisung maupun Hyunjin tidak ada yang tahu jika mereka telah diduakan, namun justru fakta bahwa dirinya belum ketahuan lah yang membuat Minho panik.

Drttt ... Drrtt ...

Ponselnya bergetar, segera Minho mengambilnya. Untuk sesaat dia hanya diam melihat nama Jia terpampang di layar ponselnya. Untuk apa gadis itu menelpon malam-malam begini?

°°°

"Dateng juga, kirain lo gak bakal dateng, Daf," ujar Yeji sembari menyodorkan segelas air pada Minho.

Yang disuguhi itu hanya diam menatap gelas di meja dengan kosong. Minho masih tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Maksudnya, kenapa lagi-lagi dia harus berkumpul dengan para wanita ini?!

"Kenapa? Lo banyak pikiran, yaaaa?" terka Aisha.

Minho segera menggeleng. "Mana ada. Kalian ngapain manggil gue ke sini?"

"Ya buat kumpul-kumpul lah, apa lagi?" ujar Yeji.

"Iya bener, kita mau arisan." Aisha tersenyum lebar, seolah arisan itu sesuatu yang sangat menarik.

Namun Minho malah tersenyum miring. "Kalian mau arisan ngapain ngajak gue?"

Kali ini Aisha melirik Yeji dan memasang senyum penuh arti, tak lama gadis itu merangkul Minho dan mengeratkan rangkulannya. "Karena lo bagian dari kita sekarang," ujarnya.

"Anjing yang bener aja! Gue ikut arisan gitu?!" Minho yang tak terima pun segera melepas rangkulannya.

Aisha tertawa. "Iya! Jadi lo udah bagian dari kita sekarang!"

Minho menghela napas gusar. "Gue? Jadi bagian dari perkumpulan orang sinting ini? Jangan gila."

Setelah mengatakan itu, keadaan menjadi hening. Minho melirik semuanya sekilas, para gadis itu, semuanya perempuan, dan Minho menjadi satu-satunya pria? Itu rasanya aneh.

"Kenapa? Anggap aja kita cowo. Mau cewe mau cowo sama aja," ujar Dahyun.

Jiwon mengangguk. "Iya, Daf. Lagian gue perhatiin lo gak punya temen cowo, ya?"

Hah?

Itu tidak benar kok. Minho mau menggeleng, namun pada akhirnya dia hanya terdiam. Teman pria yang dia punya hanya Subin. Sisanya? Tidak dia anggap.

Dan sejauh ini, bagi Minho yang menjadi temannya itu hanya Lia dan Subin. Jadi, untuk apa dia ikut dengan Aisha?

"Terserahlah. Pokoknya, kalau lo punya masalah, atau mau cerita, sini cerita sama kita. Kita usahain bakal selalu ada." Aisha menepuk bahu Minho sekilas sembari memberi senyuman hangatnya.

[18 JANUARI 2021]













































Cut!

I'm Serious || HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang