[5]

791 92 2
                                    

"Oh ... Rumah lo yang ini?" tanya Minho.

Hyunjin mengangguk. "Mau mampir dulu?"

Minho menggeleng.

"Beneran? Ayo lah mampir ...."

"Males, ah," katanya. "Gue pulang dulu."

Minho berbalik, melenggang pergi menuju rumahnya yang berada tepat di depan rumah Hyunjin. Sebelum benar-benar menghilng di balik pintu, Minho menyempatkan diri untuk berbalik, sekadar memastikan apa Hyunjin masih berada di tempatnya atau tidak. Dan benar, Hyunjin masih di situ lengkap dengan cengiran ciri khasnya.

Cantik banget sumpah, batin Minho.

Setelah, Minho berlari kemudian secepat mungkin menutup pintu. Kalau diperhatikan teru s bisa-bisa kejadian beberapa hari yang lalu bersama Jisung mungkin bisa terjadi pada Hyunjin. Alias tanpa sadar Minho meminta Hyunjin menjadi miliknya.

Sedangkan Hyunjin malah mengernyit bingung.

"Kenapa sih?"

°°°

Malam tiba, dengan ditemani secangkir kopi buatannya, Minho terus mengerjakan tugasnya yang tinggal setengah itu, sesekali matanya melirik jam di dinding yang sekarang mulai menunjukkan angka 9.

"Kalian gak bakal tidur?" tanyanya yang tentu saja tidak akan mendapat jawaban.

Teman-temannya masih asik bermain, seolah tidak kenal lelah mereka bermain dari siang. Kecuali Winwin yang sudah tertidur di atas kursi, sisanya masih asik teriak-teriak.

Minho menghela napas, kemudian beranjak dari duduknya kemudian bergegas mencabut kabel PS.

"Buruan tidur, udah malem."

"YAHHHHHH! APAAN! INI BARU JAM 9," protes Mingi.

"Lo mah ganggu mulu! Lagi asik juga." Changbin ikut bersuara.

"Gak asik ah, gue baru aja main." Dan kali ini ditambah Subin. Gak bisa dibayangkan seperti apa keadaan rumah Minho.

Seonghwa mengusap wajahnya kasar. "Ya udah, gue mau tidur. Kalian juga jangan lupa tidur," katanya sambil berlalu menuju ke kamarnya.

"Ini rumah gue lama-lama udah kaya asrama," gumam Minho. "Buruan sisanya tidur!"

Mingi mengangguk saja sambil berlalu pergi, begitupun Changbin. Kediaman Minho yang luas ini memang terkadang dijadikan pelarian oleh teman-temannya. Minho sendiri tidak masalah asal teman-temannya itu mampu menjaga kebersihan.

"Siapa tuh?" tanya Subin sambil menunjuk ponsel Minho yang menunjukkan adanya telpon dari seseorang.

"Bukan siapa-siapa, udah sana lo tidur juga!"

Subin menggeleng. "Itu siapa sih? Gue kaya kenal, coba liat."

Subin bersiap mengambil ponsel pria di hadapannya itu, namun Minho dengan cekatan segera menyembunyikan ponselnya.

"Buruan tidur!"

"Ck! Iya!"

Selepas kepergian Subin, dilihatnya Hyunjin masih menelponnya, dan tanpa pikir panjang Minho segera menekan tombol hijau.

Minho masih bungkam, belum mengeluarkan sepatah kata pun, dan di sebrang sana malah terdengar isakan.

Hingga akhirnya Minho memutuskan untuk berbicara. "Lo nangis?"

"Gue flu," jawab Hyunjin. "Gue telepon lo cuma mau minta bantuan. Besok tolong bilangin gue izin ya. Sebenernya gue bisa aja sih minta si Nathan asu, tapi dia juga sakit."

"Hmmm."

"Kenapa? Gak mau ya? Gapapa deh, gue absen aja besok."

"Udah segitu aja?"

"Apanya?"

"Gue tutup ya."

°°°

Jisung terdiam memperhatikan ponselnya yang akhir-akhir ini berhenti menerima pesan dari Minho. Sebenarnya, kenapa? Kenapa Jisung merasa Minho menjauh?

Pria itu menggeleng, berusaha menghilangkan pikiran negatifnya. Karena sepertinya tidak mungkin jika Minho benar-benar menjauh. Sembari berjalan menuju kelasnya, Jisung bekalih-kali menggeleng jika pikiran negatif itu kembali singgah.

"Aduh, Sat! Hati-hati dong!" serunya kala Felix tak sengaja menyenggol tubuhnya.

"Iya-iya, buruan bareng!" Felix segera menggiring Jisung menuju kelas.

Keduanya terduduk di kursi, Jisung masih memperhaikan Felix yang pagi ini terlihat aneh. Maksudnya, tidak biasanya Felix terburu-buru.

Felix yang merasa diperhatikan itu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal sama sekali. "Gue bingung mau ngomong dari mana," katanya.

"Ngomong aja."

"Tadi kak Rama nanyain Rafael ke gue, katanya Rafael hari ini masuk sekolah atau enggak. Tapi gue kan gak sekelas sama anak baru itu," jelasnya.

Jisung mengangguk. "Terus apa?"

"Lo gak ngerasa aneh gitu? Ngapain dia pagi-pagi nanyain Rafael?"

"Ares maksudnya?"

Felix mengangguk.

"Ya ... Gue gak tau, nanti aja gue tanyain orangnya."

"JANGAN!" seru Felix. "Nanti kalian malah berantem, udah, anggap aja lo gak pernah denger ini dari gue, Yan."

Jisung mengangguk saja, meski dirinya masih penasaran kenapa Minho mencari di mana kelas Hyunjin. Tapi sepertinya Jisung memilih untuk menutupnya dalam-dalam, membiarkan waktu saja yang menjawabnya.

Tapi tetap saja, setengah dari dirinya berpikiran apa mungkin gara-gara anak baru itu Minho mulai berubah? Minho sudah tidak lagi memberinya kabar, tidak lagi menyapanya jika bertemu. Sekarang mereka malah seperti orang asing.

[26 September 2020]


































Cut!

I'm Serious || HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang