[12]

1.1K 91 16
                                    

Gemericik air hujan masih terus saja menghiasi pendengarannya, dengan pakaian yang terbilang tipis, Jisung terus saja mengusapkan kedua lengannya, berharap bisa mengantarkan rasa hangat ke seluruh tubuhnya. Sekali lagi, Jisung melirik sebuah kafe di sampingnya itu, dia heran, kenapa dirinya tidak diizinkan masuk ke dalam? Padahal cuaca sedang buruk, harusnya pemilik kafe itu mengizinkan Jisung masuk untuk sekadar berteduh, lagi pula papan yamg tergantung di pintu itu menunjukkan kata open.

Satu hembusan napas lolos begitu saja dari mulut mungilnya itu, jika memang dia tidak diperbolehkan masuk, ya sudah. Jisung akan terus berdiri di teras sambil menunggu hujan reda. Tunggu, kenapa Jisung tidak menelpon saja? Itu masalahnya, dia tidak membawa ponsel.

"Bye, gue mau pulang aja."

Eh? Suara yang tidak asing memasuki indera pendengarnya. Jisung menoleh, dan benar saja. Kini keduanya saling menatap dalam diam, Minho yang baru saja menutup pintu kafe itu sedikit tercengang dengan kehadiran Jisung.

"Eh, Bian ... Kenapa di luar sini? Hujannya lumayan deras," ujar Minho, tetap berusaha kalem sambil berjalan mendekat ke arah Jisung.

Jisung menggeleng. "Kok kakak bisa masuk kafe itu? Aku tadi mau masuk dilarang, katanya cuma cewe yang boleh masuk," tanya Jisung dengan mata bingungnya.

"Oh itu. Pemiliknya temen aku, jadi dia ngasih izin."

"Perempuan?"

"Iya, perempuan."

"Hey, Daffa! Untung belum pergi. Eh, ini siapa?"

Kini atensi Jisung dan Minho tertuju pada seorang gadis yang baru keluar dari kafe tersebut.

Dan ini bukanlah keadaan yang bagus bagi Minho. Maka cepat-cepat pria itu merangkul Jisung yang berada di sampingnya sambil tersenyum kaku.

"Yang gue ceritain tadi, Ta." Minho menatap Aisha, berusaha memberi kode agar Aisha tidak banyak bicara, apalagi kalau sampai keceplosan bicara soal Hyunjin.

"Oh ... Ini yang pertama atau yang kedua?"

Jisung yang mendengar itu mengerutkan keningnya. "Maksudnya apa?"

"Eh? Bukan apa-apa. Ayo pulang, aku anter kamu," ujar Minho sambil berusaha membawa Jisung pergi. Namun sialnya Aisha malah kembali memanggil Minho.

"Maaf ganggu, gue cuma mau bilang buat pacarnya Daffa. Dia selingkuh, hahahah," katanya. "Udah ah, gue mau masuk lagi."

"Sialan," umpat Minho dalam hati.

Ditatapnya Jisung yang tampak mematung di tempat, pria manis itu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi terkejutnya, atau apa pun, wajahnya tampak datar.

"Bian?"

"Dia bohong, kan? Iya, dia pasti bohong. Ayo pulang, kak."

Saat ini, mungkin Minho bisa bernapas lega karena ternyata Jisung mempercayainya. Tapi diam-diam hati kecilnya justru malah teriris mengetahui fakta bahwa Jisung mempercayainya, lalu dengan mudahnya Minho merusak kepercayaan itu. Lalu, jika saatnya telah tiba, kira-kira reaksi seperti apa yang akan Jisung berikan?

°°°

"Lo ke mana aja? Pesan gue gak dibales."

Senyumnya mengembang begitu suara yang dirindukan tersebut menyambutnya dengan sedikit ketus.

"Menurut lo, ke mana?"

"Kok malah balik tanya?" Hyunjin mengerucutkan bibirnya. "Mana sini pesenan gue!" Dengan ketus, tangannya itu merebut kresek yang masih Minho pegang.

Dan tak lama senyumnya mengembang, didekapnya kresek berisi cemilan itu di dadanya, Hyunjin kemudian mendudukkan dirinya di depan tv, bersiap menonton acara kesukaannya.

"Gue gak diajak?" tanya Minho yang masih berdiri di tempatnya.

"Ya ayo sini deketan."

Karena sudah dipersilakan duduk oleh si pemilik rumah, Minho mengangguk setuju dan mendudukkan dirinya di samping Hyunjin. Selingkuhannya itu.

"Orang tua lo ke mana? Khususnya si Nathan ke mana?" tanya Minho.

Hyunjin menoleh, ekspresinya masih ketus. "Jadi ke sini bukan mau nyamperin gue nih? Ke sini niatnya mau ketemu abang gue?"

"Ya gak gitu, cuma nanya aja."

"Udah sana pulang aja, ngeselin."

Minho terkekeh kecil, tangannya segera merangkul pinggang ramping Hyunjin dan dipeluknya sang kekasih dari samping.

"Ih apa sih, kok peluk-peluk!" Hyunjin berusaha melepas pelukannya. Namun tidak semudah itu, hingga akhirnya dia hanya berdiam diri saja, membiarkan Minho memeluknya.

Tak lama tangannya itu terangkat mengusap rambut Minho perlahan. "Gue kesel, kenapa lo gak ngasih kabar? Terus datang-datang kaya gini," ujarnya sambil terus mengusap rambut kekasihnya.

Mendengarnya, Minho menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Hyunjin, masih belum siap jika harus memberitahu semuanya pada Hyunjin. Maksudnya, dia tidak mau merusak momen ini.

"Ih geli! Jawab dong ayo."

"Aku sibuk," bisik Minho.

"Sibuk ngapain?"

Minho terdiam, apa sebaiknya dia beritahu saja ya?

[26 Januari 2021]


















































Cut!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Serious || HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang