[8]

704 86 2
                                    

"Lembaran baru ya? Kira-kira bakal berakhir gimana?" -Ares.

°°°

"Dicariin dari tadi, taunya ada di sini. Lo lagi ngapain, Ca?" Minho langsung saja mendudukkan dirinya tepat di samping Lia yang tengah sibuk dengan buku-bukunya.

"Ini gue lagi nyatet anjir. Gak liat?" balas Lia dengan nada ketusnya, seperti biasa.

"Mau minum? Gue beliin deh."

"Tumben baik. Sana pergi, beliin yang dingin ya!" titah Lia masih dengan pandangan mata yang tertunduk fokus mencatat.

Minho mengangguk saja sambil berlalu pergi.

Hari ini, guru-guru mengadakan rapat, tadinya Minho mau mengusili Lia saja sampai waktunya pulang, namun teman perempuannya itu malah asik mencatat di gazebo. Alhasil, Minho hanya terduduk diam sendirian di kelas sebelum akhirnya memutuskan untuk mencari Lia.

Dan sekarang, di sinilah dirinya berada. Kantin. Pria itu bersenandung kecil sambil menunggu bu Surti memberi kembalian. Tangan Minho bergerak mengetuk-ngetuk meja seiring dengan senandungannya. Hingga tak lama Minho menoleh saat merasakan seseorang menepuk bahunya cukup keras.

"Kang! Lo seharian ke mana aja?! Gue telpon gak diangkat, dichat juga gak dibales. Gue kira mati."

Minho tidak kunjung membalas, pria itu memilih untuk menerima uang kembalian yang bu Surti berikan.

"Jangan di sini ngobrolnya," bisik Minho sambil menggiring Hyunjin pergi dengannya.

Sedangkan pria berparas cantik itu hanya mengangguk setuju, membiarkan Minho menggiringnya pergi.

°°°

Hyunjin memutar botol kosong di tangannya, mulutnya terus mengeluarkan sumpah serapah untuk pria di hadapannya ini. Sedangkan Minho hanya mengangguk-angguk saja diiringi dengan sudut bibirnya yang perlahan naik.

Entah kenapa mendengar Hyunjin berbicara, apa lagi diiringi dengan sumpah serapah untuknya, Minho tidak pernah malah. Di telinganya, ucapan Hyunjin malah terdengar seperti rengekan.

"Lo denger gak sih?"

Dan saat itu juga Minho mengangguk. "Iya denger. Nanti lagi gue kasih kabar deh," balasnya.

"Beneran ya? Males banget gue kalo harus spam lo."

"Kenapa?"

"Ya nanti gak lo buka, lo ilfil. Gimana?"

Minho terkekeh kecil. "Mana mungkin ilfil lah. Yang bener aja."

Dan sedetik itu juga Minho teringat jika niat dia ke kantin kan untuk membelikan Lia minum, dan sekarang dia malah duduk di depan kelas bersama Hyunjin. Bangku yang memang sering di sediakan di depan setiap kelas ini ternyata ada fungsinya, dulu Minho kira hanya untuk pajangan saja, namun ternyata jadi tempat berpacaran juga bisa.

"Lo ... Gak main-main sama gue, kan?" tanya Hyunjin.

Kening Minho berkerut cukup dalam. "Apa maksud?"

"Lo gak main-main, kan? Lo gak bakal tinggalin gue kaya di bangsat itu kan? Dan ... Lo serius, kan?"

"Kenapa lo tanya ini, Fa? Gue serius, kalo enggak, gue gak mungkin ada di sini," jelas Minho berusaha meyakinkan Hyunjin.

Hyunjin menggeleng, tangannya berkali-kali membuka tutup botol, kemudian menutupnya. Gerakan itu dia lakukan secara berulang. Entah kenapa pertanyaan-pertanyaan itu muncul begitu saja, entah kenapa rasa takut malah datang menghampiri pria itu. Hyunjin hanya takut Minho sama brengseknya dengan mantan dia yang lalu.

"Sini janji sama gue. Janji kalo lo gak bakal nyakitin gue, kang."

Minho terdiam. Dia masih terdiam di tempatnya dengan pandangan yang tertuju pada Hyunjin. Dalam pikirnya, kenapa Hyunjin harus meminta janji darinya?

"Hmm?"

"Janji, kang," ulang Hyunjin.

"Apa harus?"

"Iya."

"Gue gak mau." Minho memalingkan wajahnya. "Gue gak bisa janji. Kenapa? Karena gue gak tau di depan sana ada apa."

[20 Oktober 2020]






































Cut!

I'm Serious || HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang