19. Ensiti Mimpi : The Last Mission

288 48 38
                                    

"Terakhir, gua harap kalian bisa. Kita bakal berangkat pagi sekitar jam lima mungkin? Ngumpet di kelas sebelah. Kita liat, Siyeon jam segitu udah datang atau belum. Kalau udah dan saat dia sampe sekolah suratnya ada di meja gua, berarti emang dia. Tapi kalau pas saat itu bukan Siyeon, tetep videoin ya?"

"Nyamuknya kebangetan anjir!" dumel Haikal menepuk-nepuk seluruh badannya karena merasa nyamuk sedang mengigit kulit eksotisnya.

"Ini Jemian mana dah? Lama bener," ucap Arjuna menahan sabar sembari tiduran di atas kap mobil.
"Enak banget ya lu tiduran," ucap Haikal mendengus sebal.

"Lu kira enak kali tidur di atas besi," balas Arjuna judes membuat Haikal berdecih.

"Halo, teman-temanku. Maaf lama karena tadi Nyokap gua curiga gua berangkat jam segini. Dikata gua mau ngedugem dong jiink!" Terdengar suara Jemian yang baru saja datang. Lelaki itu tampak kacau dengan dasi yang longgar, seragam berantakan, dan rambut yang berdiri.

"Buset, abis dikejar anjing lu, Jem?" tanya Haikal melihat keadaan Jemian.

"Kurang ajar nih anak! Kita nunggu sepuluh menit di sini! Dikira gak dingin apa?" sebal Arjuna menjitak gemas kepala Jemian.

"Maaf, sumpah. Ayo lah, berangkat ke rumah Siyeon," ajak Jemian, ketiga sahabatnya pun mengangguk dan masuk ke mobil dengan Arjuna yang mengendarai mobil tersebut.

"Nanti yang di rumah Siyeon, gue sama lu. Jemjan sama Haikal tunggu di sekolah," ucap Arjuna sambil memberikan instruksi, yang dibalas anggukan setuju.

"Jadi, kita anterin dua monyet ini ke sekolah dulu, ya?" tanya Jefan sambil menunjuk Jemian dan Haikal yang sudah kembali terlelap di jok belakang.

"Enggak, kita yang turun duluan. Biar mereka aja yang bawa mobil ke sekolah," jawab Arjuna santai, disambut anggukan dari Jefan.

Di perjalanan, suasana menjadi lebih hening, hingga Jefan tiba-tiba membuka suara, merasa sedikit bersalah. "Sorry, ide gue mungkin kelewatan banget, ya?"

"Kita dari kecil udah bareng-bareng, Jejep! Lu seneng, kita seneng. Lu sedih, kita baku hantam orang yang bikin lu sedih. Kalau lu butuh bantuan, kita bantuin lu sepenuh hati," ucap Haikal tiba-tiba, memukul pundak Jefan cukup keras.

"Anjing, sakit bego!" Jefan meringis sambil memegangi pundaknya.

"Nggak usah ngerasa nggak enak sama sahabat sendiri," lanjut Jemian dengan mata setengah tertutup. "Kita bantu karena mau, bukan karena terpaksa. Lagian lu juga sering bantuin kita, walau lawakan lu garing parah."

"Tapi kan—"

"Udah, nggak usah kebanyakan mikir," potong Arjuna yang tetap fokus menyetir.

Mendengar ucapan mereka, Jefan tersenyum tipis. "Makasih, ya."

Hening sesaat sebelum Haikal tiba-tiba menatap Jefan lewat kaca. "Random nih, perasaan lu ke Siyeon tuh apa? Penasaran atau suka beneran?"

"Perasaan gue ke Siyeon, ya?" gumam Jefan lalu terdiam.

Bagaimana menjelaskannya, ya? Jefan juga bingung saat Haikal memberikan pertanyaan tentang perasaannya. Gadis itu, Sirenna Yeoncellyn Atana yang akrab dipanggil Siyeon itu entah dari kapan sudah menjadi bagian dari hidupnya.

Jefan merasa jantungnya berdegup lebih kencang jika berada di dekat Siyeon. Apakah itu yang dinamakan jatuh cinta? Untuk Jefan sendiri juga ia tak tahu tentang apa itu jatuh cinta.

"Jatuh cinta itu kayak gimana?" tanya Jefan mengeluarkan suaranya.

Jemian berdeham dengan matanya yang tertutup lalu berucap, "Jatuh cinta itu suatu anugerah, Jep. Perasaan yang indah yang udah Tuhan ciptakan. Dimana hati dengan hati saling berbincang. Indah pokoknya, Jep. Kalau lu denger orang jatuh cinta itu sakit, berarti mereka bloon."

SECRET ADMIRERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang