"Jeno dapet surat lagi?" tanya Renjun saat melihat Jeno mengantungi sebuah surat kedalam kantong seragamnya. Jeno tersenyum tipis lalu mengangguk sebagai jawaban. Benar, dia dapat surat itu lagi.
"Siapa dah? Hatters lu kali, Jen!" ujar Haechan menebak namun membuat Jeno membuang nafasnya, lelah.
Jaemin yang kesel mendengar tebakan Haechan yang tak masuk akal pun memukul perut Haechan.
"Kalau hatters, kata-kata yang disurat itu gak mungkin manis begitu, anying!" geram Jaemin.
Yang dipukul hanya menyengir tak jelas lalu mengangguk setuju dengan ucapan Jaemin.
"Eh, tapi kan siapa tau itu hatters yang caper gitu ke Jeno." Haechan kembali menebak lagi dan tentu tebakan yang tak masuk akal lagi.
Renjun berdecak mendengar tebakan dari Haechan, mengapa sangat yakin kalau itu dari hatters?
"Eh, Samsudin! Lu tuh selama 17 tahun idup make otak gak sih? Mikir napa, mikir! Ya kali hatters rela-relain bangun pagi, nulis surat, terus naro suratnya di meja Jeno?" Renjun berseru emosi, kaki kanannya menginjak kencang kaki Haechan membuat sang empu berteriak sakit.
"ADUH, EE! SAKIT, NJUN!" teriak Haechan lalu mengelus-elus kakinya, Renjun hanya menghela nafas lelah saja.
"Males lah! Cina satu ini ngegas mulu ke gua. Ke pacarnya aja bucin, najis." Haechan memonyongkan bibirnya.
"Muka lu najis, Chan! Najis!" Jaemin mendelik sebal kearah Haechan yang sedang cemberut.
"Nih juga sama!" Kesal Haechan menyentil jidat Jaemin.
"Lu kalau ama gua sensi mulu, kalau sama Jeno mah dipeluk terus Jeno nya! Pilih kasih tau, gak?" sungut Haechan, lalu sedetik kemudian matanya melebar.
"Pasti mikir aneh-aneh lagi," ucap ketiganya dalam hati saat melihat ekspresi Haechan yang berubah.
"GUE TAUUUU!" teriak Haechan menggantungkan kalimatnya.
"JANGAN-JANGAN KALIAN YA, YANG NGIRIM SURAT KE JENO? NGAKU BURU!"
Mendengar tebakan asal dari Haechan kali ini berhasil memancing emosi Renjun dan Jaemin. Keduanya pun reflek menendang Haechan sampai lelaki itu terjatuh dari kursi.
Jeno hanya diam saja, terlalu speechless mendengar tebakan asbun dari Haechan.
"LO O'ON KATA GUA MAH! MIKIR AJA, MASA GUA YANG NGASIH KE JENO?" sungut Renjun penuh emosi.
"GEBETAN GUA MAU DIKEMANAIN, MALIKAA?" Diikuti oleh Jaemin tak kalah emosi.
Pelaku yang membuat emosi, yaitu Haechan justru lebih memedulikan bokongnya yang mencium lantai kelas daripada teriakan kesal dari kedua sahabatnya.
Jeno yang daritadi diam dan melihat keributan mereka hanya tertawa pelan saja. Jeno jadi teringat saat mereka pertama kali bertemu.
Sebenarnya, saat kelas satu SD Jeno tak mempunyai temen sama sekali. Bukan dijauhi sebenarnya, hanya memang ada jarak saja. Menurut Jeno sendiri, ia merespon teman-teman sekelasnya ini cukup baik. Jeno terkadang mengobrol dan bercanda, namun sejujurnya ia merasa teman-temannya ini hanya datang disaat butuh saja. Jeno yang sadar akan hal itu tentu saja memilih diam namun menjauh perlahan.
Awal mereka kenal saat kelas tiga SD, sebagai Haechan yang menjadi pelaku dan Jeno korbannya.
Mari kita mundur kebelakang saat pertama kali mereka bertemu. Haechan tak sengaja menumpahkan minuman dia ke Jeno. Sebenernya salah Haechan, karena anak kecil itu membawa minuman sembari menggoda cewek-cewek yang lewat dan di depan ada Jeno yang sedang berjalan sambil menundukkan kepalanya. Bertabrakan lah mereka berdua dan sial minuman Haechan tumpah, mengenai seragamnya Jeno.
Namun, dengan tidak tahu dirinya Haechan malah menyalahkan Jeno lalu meminta ganti atas minumannya yang tumpah. Jeno jelas menolaknya, Haechan yang salah mengapa dia yang harus tanggung jawab?
Haechan terus saja mengoceh tanpa berhenti yang isinya hanya menyalahkan Jeno dan meminta ganti. Jeno sebenernya sudah malas dan muak mendengarnya, tapi kalau ditinggal rasanya tak sopan, jadi Jeno hanya bisa diam pasrah.
Lalu datanglah Jaemin dan Renjun. Jaemin dengan sok akrabnya langsung merangkul Jeno dan membawa dia ke kantin, sedangkan Renjun menjewer telinga Haechan.
Intinya mereka deket karena kegoblogan Haechan dan sokabnya Jaemin.
"WOI, SETUND! BALIK OI! BENGONGIN APAAN SIH LU?" Teriakan dari Haechan membuat lamunan Jeno buyar, sialan memang.
"Bacot," kesal Jeno lalu mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Haechan yang langsung misuh-misuh saat ditinggal.
"TUNGGUIN DONG, CINTA! GUE KAN BALIK BARENG LOOOO!" teriak Haechan yang menggema lalu lari mengejar Jeno, padahal Jeno jalannya santai.
"Apaan sih? Lu nya aja yang lama, orang daritadi gua jalannya santai," balas Jeno kesal karena Haechan yang berisik.
"Gak fren luh, njing!"
"FRIEND OI!"
"TULISANNYA GIMANA?"
"F-R-I-E-N-D!"
"Opps, we just friend! So don't go look at me with that look in your eyeeee!"
"APAAN SIH!"
to be continued.
mohon dimaafkan bila ada kesalahan kata.cerita ini murni dari ide ku sendiri ya, kalau ada kesamaan dengan cerita orang lain, mungkin hanya kebetulan.
jangan lupa mampir ke cerita sebelah ya, hehe 💚🌱dan jangan lupa klik tombol bintang dan komen, terimakasih sudah membaca cerita nojaem !💚🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER
Fiksi PenggemarJefan Nicolas Faresta, cowok dengan panggilan Jeno. Cowok garing yang selalu dapat surat setiap pagi di meja belajar sekolahnya. Menjalani hari seperti anak-anak remaja biasa itu adalah rencana Jeno. Namun, mendapatkan surat setiap pagi itu diluar r...