"Siyeon!" panggil seseorang saat Siyeon baru saja keluar dari kamar mandi.
"Eh, Naku? Aaaaa, kangen!" rengek Siyeon bergelayut manja ditangan Nakyung.
"Kangen jugaa! Maaf ya? Aku sibuk les." Seseorang itu Nakyung, teman Siyeon dari SMP.
"Besok Naku kosong nih, main yukk?" ajak Nakyung bersemangat.
"Ayukk! Siren juga kosong kok kalau Sabtu!" ucap Siyeon menyetujui langsung ajakan Nakyung.
"Tapi Naku ajak pacar Naku, boleh?" tanya Nakyung dengan wajah yang tak enak.
"Gapapa! Kenalin ke Sirenn! Jahat ih, punya pacar gak bilang-bilang!" jawab Siyeon kesal memukul pelan pundak Nakyung.
"Maaf, tapi pacar Naku nyebelin parah!" cercolnya kepada Siyeon.
"Terus kenapa dipacarin?" tanya Siyeon bingung.
"Ya namanya juga sayang, Si," jawab Nakyung dengan senyuman manisnya.
"Uuuuu, susah bucin mah!" goda Siyeon mencolek dagu Nakyung.
"Kamu sendiri gimana? Lancar sama Jeno?" tanya Nakyung menggoda Siyeon.
Nakyung adalah satu-satunya orang yang tahu jika ia adalah pengagum rahasia Jeno. Tapi karena Nakyung sangat sibuk jadi Siyeon tak menceritakan masalah ini. Lagipula semuanya berjalan dengan lancar kan?
"Aku makin deket sama dia, tapi gak tau kenapa? Tiba-tiba deket aja," jawab Siyeon membuat Nakyung merasa tertarik.
"Bagus dong? Kamu ada niatan untuk ngaku?"
Siyeon tersenyum tipis lalu menggeleng. "Gak deh kayaknya. Aku takut dia malah kecewa ternyata aku yang ngirim," ucap Siyeon tak percaya diri.
"Apa sih? Jangan gitu. Besok ceritain detailnya, siapa tau aku bisa bantu."
"Pokoknya besok harus jadi! Nanti malem aku kabarin yaaaaa! Paipai, dia udah jemput aku!" Nakyung pun memeluk Siyeon sebentar sebelum akhirnya berlari menuju parkiran. Meninggalkan Siyeon yang sedang tersenyum manis sembari melambaikan tangannya kearah Nakyung.
"Kiw, cewek. Bengong aja."
Dan tiba-tiba ada yang merangkul Siyeon dari belakang, karena panik Siyeon pun mengambil tangan seseorang itu dan memelintirnya. Saat melihat wajahnya, betapa terkejutnya ia saat melihat wajah Jeno yang tengah menahan sakit.
"Duh, maafin!" rengeknya memijat-mijat tangan Jeno dan memasang wajah melasnya.
"Yeon, lu tuh punya kepribadian ganda ya? Suka tiba-tiba galak, nyeremin, misterius, manja, cengeng, imut!" heran Jeno.
"Enak aja! Dah ah, ayo anterin gua pulang!" Siyeon dengan tak tahu malunya menarik tangan Jeno menuju parkiran, sedangkan yang ditarik cuman bisa mendengus kesal saja.
"Wajib banget nganterin lu apa?" tanya Jeno malas.
Siyeon yang mendengarnya pun terkekeh dan meninju pelan lengan Jeno. "Anak gadis masa lu biarin jalan sendiri sih?"
"Alah, biasanya juga berangkat-pulang sendiri!" balas Jeno sengit kemudian menaiki motornya dan tak lupa memakai helm.
"Ayo naik. Gua anterin," titah Jeno. Siyeon pun langsung bergegas naik dan berpegangan kepada tas Jeno.
💌💌💌💌💌
"Renjon, kenapa diem disitu sih? Ayo balik!" ajak Haechan kesal karena sedari tadi ia mengajak Renjun pulang tapi si Renjun Renjun ini hanya memainkan ponselnya saja.
"RONJOOON!" pekik Haechan sebal namun tetap saja ia diabaikan oleh pria berkacamata itu.
"Temen lu tuh ngapa sih?" tanya Haechan ke Jeno dan Jaemin yang tengah main gunting-kertas-batu.
"Intip aja, biasanya juga lu kepo," jawab Jaemin semangat lalu mencubit Jeno dengan keras karena ia menang.
Haechan yang mendengar usulan Jaemin pun menerimanya dengan senang hati dan berjalan menghampiri Renjun. Diintipnya benda persegi panjang tersebut dan ia pun langsung tersenyum jail saat melihat isinya.
"UWAW, JADI RONJON BESOK PENGEN KENCAN YAAA OHOOOOOOOO!" Seru Haechan mengguncang-guncangkan bahu Renjun.
"Sial, sejak kapan lu disitu?" tanya Renjun kesal lalu menampar keras pipi Haechan.
"Temen biadab! Daritadi temen-temen mu nungguin toh ndooooo! Kenapa kau malah fokus ke handphone mu sajaaa?" gemas Jaemin memukul-mukul jok motor Jeno.
"Iyakah? Maap-maap. Ya udah lah ayo balik," ajak Renjun dengan wajah tanpa dosanya. Sedangkan Jeno dan Jaemin langsung mencoba menahan Haechan yang ingin melemparkan batu besar kearah Renjun.
"EMANG DASAR KOKOH CINA!"
💌💌💌💌💌
Rumah Siyeon
"Permisi, Sireen!"
Siyeon yang mendengar sapaan tersebut pun langsung berlari antusias menuju pintu rumah untuk mempersilahkan temannya itu masuk.
"Iya, Naku— Lah, Renjun?" Kaget Siyeon saat melihat Renjun yang sedang memasang senyuman tengilnya.
"Bentar, jangan bilang pacar Naku itu titisan setan ini?" tanya Siyeon tak percaya sembari menunjuk kearah Renjun.
"Ya iya, pacar ku. Bener sih emang dia titisan setan," balas Nakyung menyetujui Siyeon yang bilang bahwa pacarnya ini adalah titisan setan.
Mendengar pengakuan dari Nakyung membuat Renjun terkekeh dan meraup muka Nakyung. "Kurangajar ya," gemasnya diikuti oleh tawa kecil dari Nakyung.
"Yah, jadi nyamuk deh gua," lirih Siyeon melihat keromantisan dari pasangan didepannya ini.
"Nyamuk? Kagak bakal! Noh gebetan lu lagi ada diatas pohon," ucap Renjun lalu menunjukkan kearah pohon besar menggunakan bibirnya.
Siyeon yang penasaran pun mengalihkan pandangannya kearah pohon tersebut dan tersenyum kaku saat melihat titisan setan lainnya.
"Ke ... kenapa mereka ik ... ikut?" tanya Siyeon gagap. Sedangkan Jeno, Haechan, Jaemin hanya bisa mengangkat jempol mereka saja sembari memasang wajah 'kami tau kami tampan'.
"Eh, baru sadar." Suara Jeno pun membuat mereka semua menjadi menatap penasaran kearah Jeno.
"Sadar apa?" tanya Siyeon.
"Kalau lagi ada bidadari cantik bernama Siyeon yang lagi natap gue," gombal Jeno melemparkan senyuman manisnya.
braak!
"ADOOHH!" teriak Jeno kesakitan saat sendal itu mendarat tepat di wajahnya.
"HAHAHAHAHAHA MANTAAAP!" Jaemin dan Haechan tertawa puas saat melihat Siyeon melempar sendalnya kearah Jeno.
"LO ANJING!" sebal Siyeon berjalan duluan.
"Kiw, Neng. Sendalnya mau dibawain gak?" goda Jeno lagi sambil mengibas-ibaskan sendal Siyeon.
Merasa kesal pun akhirnya Siyeon kembali mencopot sendalnya dan dilempar lagi ke Jeno.
"PERGI LO SONO, KUTIL KADAL!"
to be continued.
mohon dimaafkan bila ada kesalahan kata.
jangan lupa klik tombol bintang dan komen, terimakasih sudah membaca cerita nojaem 🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER
FanfictionJefan Nicolas Faresta, cowok dengan panggilan Jeno. Cowok garing yang selalu dapat surat setiap pagi di meja belajar sekolahnya. Menjalani hari seperti anak-anak remaja biasa itu adalah rencana Jeno. Namun, mendapatkan surat setiap pagi itu diluar r...