Rumah Siyeon, 04.00 pagi.
Siyeon terbangun, dan seperti biasa keadaan rumahnya selalu sama, sepi. Hanya ada dia sendiri. Papanya? Mamanya? Keluarganya? Entah, Siyeon tak mau membahasnya.
Siyeon langsung saja berdiri dan mengambil handuk kemudian berjalan kearah kamar mandi.
Siyeon mandi dengan cepat karna jujur ia sedikit takut. Selepas mandi ia mengenakan seragam dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Sekarang Siyeon sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Naik apa? Jalan kaki, harus hemat duit kalau kata Mama. Bapak walaupun ngasih uang bulanan lumayan banyak, Siyeon juga tetep harus hemat. Apalagi Siyeon tinggal sendirian, jadi harus bisa menghemat.
Maka dari itu Siyeon memilih jalan kaki, ya walaupun kakinya masih sakit gara-gara kemarin jatuh. Tapi diam-diam Siyeon seneng, akhirnya dia bisa pulang bareng Jeno.
Omong-omong soal Jeno, Siyeon bingung ingin tertawa atau menangis saat tak sengaja menguping teman-temannya Jeno membicarakan siapa yang mengirim surat kepada Jeno.
Padahal jawaban sudah ada didepan mata, namun tidak ada yang menyadarinya.
Iya, Siyeon yang mengirim surat itu ke Jeno, bagus tidak ada yang menyadari hal itu. Namun sakit hati juga sih saat temannya Jeno tak percaya jika penganggum rahasia Jeno adalah dirinya.
Terkadang juga Siyeon berpikir, mengapa ia mengirim surat kepada Jeno padahal ia dekat dengan Jeno? Bisa saja langsung confess, kan?
Pertanyaan itu selalu saja sama dan jawabannya yang ia temukan selalu sama. Pertama, Siyeon masih belum pasti perasaan dia ke Jeno rasa suka atau hanya kagum. Siyeon bingung, Siyeon tak mau langsung confess begitu saja.
Kedua, Siyeon terlalu malu buat mengaku jika ternyata dia menyukai Jeno. Selain karena dirinya dan Jeno sering ribut, Siyeon juga sering menguping teman-temannya Jeno yang menebak-nebak siapa pengagum rahasia Jeno, dan nama Siyeon tak pernah disebut.
Ketiga, Siyeon takut saat dirinya menyatakan perasaannya ke Jeno, jawaban dari Jeno tak sesuai dengan harapan Siyeon, yaitu dirinya ditolak. Meskipun hanya menyatakan bukan menembak, tetap saja Siyeon takut jawaban yang keluar dari mulut Jeno.
Siyeon takut sakit hati dan tak mau hubungan keduanya menjadi canggung. Jadi Siyeon hanya bisa mengutarakan perasaan-perasaannya kepada Jeno dengan mengirim surat saja.
Nah, inilah mengapa Siyeon berangkat jam 5 terus. Mau menaruh surat dan tak mau juga di rumah lama-lama, serem soalnya.
SMA Dream, 05.45 pagi
Siyeon udah sampai, pastinya keadaan sekolah bener-bener sepi. Hanya ada beberapa petugas kebersihan, satpam, dan beberapa guru. Dia murid pertama yang datang sepertinya.
"Pagi, Pak Dadang!" sapa Siyeon ceria ke satpam yang lagi jaga gerbang.
"Wahh, Neng Siyeon! Pagi juga, Neng," balas Pak Dadang, tak lupa juga dengan senyuman. Mendengarnya Siyeon cengengesan.
"Siyeon masuk ya, Pakk. Semangat!" pamit Siyeon memberi semangat terus lari sambil kasih flying kiss ke Pak Dadang, dan Pak Dadang meresponnya dengan kekehan.
Siyeon lari lalu berdiam diri ditengah lapangan, ia mengambil nafasnya banyak-banyak lalu—
"PAGI IBU GURU YANG SIYEON SAYANGI DAN BAPAK GURU YANG SIYEON CINTAI."
Selesai teriak, Siyeon langsung kabur. Takut diomelin sama guru. Sebenarnya ia tak seperti itu, namun karena mood-nya sedang bagus jadi sesekali gapapa menyapa semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET ADMIRER
FanfictionJefan Nicolas Faresta, cowok dengan panggilan Jeno. Cowok garing yang selalu dapat surat setiap pagi di meja belajar sekolahnya. Menjalani hari seperti anak-anak remaja biasa itu adalah rencana Jeno. Namun, mendapatkan surat setiap pagi itu diluar r...