5. berharap

313 51 43
                                    

Sebenarnya, sejak kejadian Siyeon terjatuh akibat ulahnya, Jeno tak bisa tenang karena kepikiran Siyeon terus. Jeno merasa bersalah. Melihat lukanya saja membuat Jeno meringis, apalagi Siyeon yang merasakan?

Dia semakin merasa bersalah saat menurunkan Siyeon di tengah jalan. Sebenarnya itu kemauan Siyeon, bukan kemauan Jeno.

Ingin memaksa agar ia mengantarkan gadis itu sampai depan rumahnya, namun sayang Siyeon sudah lebih dulu turun dan lari meskipun tertatih-tatih. Jeno kembali bimbang, masalahnya jika ia mengejar bukankah Siyeon malah menambahkan kecepatan larinya? Kalau begitu bukankah kaki Siyeon akan semakin sakit?

Pada akhirnya Jeno hanya berteriak kepada Siyeon untuk berhati-hati dan kembali ke rumahnya dengan perasaan tak tenang.

SMA Dream

"Siyeon mau kemana?" tanya Jeno saat melihat Siyeon berjalan.

Siyeon memberhentikan langkahnya lalu mengernyitkan keningnya bingung. "Ke kantin, kenapa?"

"IKOT!" Jeno langsung berdiri membuat Renjun yang berada disampingnya terlonjak kaget. Ya gimana tak kaget, orang lagi molor si kampret Jeno malah teriak.

"Juanco!" umpat Renjun dan kembali mencari posisi enaknya lagi untuk tidur.

"Ngapain? Udah disitu aja!" Siyeon panik lalu berjalan dengan tertatih-tatih. Jeno yang melihatnya pun jadi tak tega.

"Noh, lu jalan aja belum bener. Udah sini, gua bantuin!" sungut Jeno memaksa lalu mengambil tangan Siyeon dan menaruhnya di pundak Jeno.

"Ayo jalan," ajaknya, Siyeon yang sudah pasrah pun mengangguk lalu mereka berdua berjalan keluar kelas.

"Jen, udah lepas aja. Cewek-cewek lu ngeliatin gua terus," pinta Siyeon yang risih.

Masalahnya dari koridor lantai tiga, tangga, dan sekarang di koridor lantai satu mereka berdua menjadi pusat perhatian. Siyeon tentu saja risih karena rata-rata para perempuan pemuja Jeno lah yang memerhatikan keduanya, tatapan iri dan tak sukanya sangat terlihat jelas membuat Siyeon tertekan.

Jeno pun memperhatikan sekitar lalu menghela nafas. "Gue gak punya cewek," jawab Jeno acuh tak acuh. Siyeon pun hanya bisa menghela nafasnya pasrah dan mereka pun kembali berjalan.

Saat melewati lapangan, Siyeon salah fokus saat melihat adik kelas yang tengah bermain bola.

"Ih, Jen! Liat deh dede kelas yang tinggi. Ganteng, ya?" tanya Siyeon semangat saat melihat kearah lapangan. Jeno pun mengikuti arah pandang Siyeon dan berdecih tak suka.

"Ck, cakepan gua," balas Jeno percaya diri membuat Siyeon berdecak sebal.

"Iya, lo ganteng tapi gantengan dia—"

"EH, KAK, AWAS BOLAAA!"

Mendengar teriakan tersebut dengan sigap Jeno pun menarik Siyeon kedalam pelukannya demi melindungi gadis itu dari bola basket yang datang dengan kencang.

"Duh, Kak. Saya minta maaf," ujar si adik kelas yang sudah menghampiri mereka.

Jeno pun melepaskan pelukannya dan dengan sebal menatap garang kearah adik kelasnya. "Heh, bocah sableng! Kalau nendang bola jangan kenceng-kenceng! Kalau cewek gua kena gimana?" bentak Jeno mengomel kepada adik kelas tersebut.

SECRET ADMIRERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang