Who are You
Hangyul markirin motornya di depan kostan baru Eunsang. Pas udah parkir tepat di depan pintu pagar, ada orang pengangguran yang tiba-tiba datang langsung main buka pagar aja.
"Eh bang, lu tinggal di sini?" Tanya Hangyul. Mana tau kalau tinggal di sini kan bisa langsung minta panggilin Eunsang. Tapi sangat disayangkan orang pengangguran itu menggelengkan kepalanya.
"Gua nyari adek gua. Kaga pulang dari semalam" kata orang pengangguran itu.
Hangyul mau nanya, kok nyarinya di sini? Apa jangan-jangan adeknya orang pengangguran ini ternyata kaya dan uangnya mau ditarik oleh abangnya sendiri. Masalahnya jika Hangyul nanya dia bakal terkesan orang asing yang kepo. Jadi Hangyul cuma bisa berasumsu doang.
Ngeliat orang pengangguran yang sudah mengetuk pintu kostan baru Eunsang, Hangyul pun berinisiatif untuk jalan ke depan pintu juga. Siapa tau yang buka pintunya adalah Eunsang.
Tapi sekali lagi Hangyul dikecewakan karena yang buka bukanlah Eunsang, melainkan sepupunya, Xion namanya.
"Kenapa bang?" Tanya Xion kepada orang pengangguran.
"Lu nampak adek gua ga? Kaga pulang dia. Siapa tau tidur di sini lagi"
"Yah bang Gon kalau numpang tidur di sini cuma karena elu buat party aja bang" jawab Xion, kemudian Xion nampak ada Hangyul yang berdiri di dekat June. "Eh bang Hangyul"
Hangyul cuma senyum terpaksa aja. Bukan karena dipaksa tapi karena mau mencoba untuk sopan tapi ga bisa jadi dia senyum dibuat-buat.
June menghela nafasnya pasrah, Gon pernah ga pulang tapi biasanya dia bakal ngabarin June dulu kalau mau nginep. Apa jangan-jangan Gon nginep di tempat cewe? Kalau gitu kan mana sempat Gon ngabarin June. Tapi.... Gon bukan tipe cowo yang kayak gitu, bang Gon mah lagi fokus sama tugas akhir makanya cewe yang ngantri di pending dulu antriannya.
TUGAS AKHIR!
June mencoba membuka ponselnya untuk memeriksa pesan yang dikirim oleh Gon kepadanya. Ternyata benar, setelah scrolling karena tertimbun chat dari grup main among us, chat dari Gon ketemu.
Si Gon
Bg gw mau buat tgs
Ga ush nungguJune ga tau pula tugas akhir Gon apa, dia cuma tau siapa dosennya dan siapa teman seperjuangannya.
Setelah nanya kepada Moonbin, June berbalik ke arah Hangyul dan menatap Xion. June ingat kalau salah satu anak baru yang menetap di kostan bu Jazz ini salah satu anak Ekswan.
"Lu siapa?" Tanya June ke Hangyul.
Moonbin
Kalau ga salah dia nugas di rumah ekswanYou
Siapa aja anak ekswan?Moonbin
Han Seungwoo, Kim Wooseok, Cho Seungyoun, Lee Hangyul.....June ngantongin balik Hp-nya dan natap Hangyul dengan tatapan mautnya.
"Lu ikut gua!"
Hangyul kagetlah, masa dia mau ikut-ikut aja sama orang pengangguran. Mana tau nanti dia dirampok atau digimanain. Mending ga usah ikut lah.
"Ikut gua! Adek gua kejebak di rumah lo!"
Hangyul ga butuh dijelasin lebih lanjut tentang rumahnya. Anak itu ga jadi nyamperin Eunsang karena Hangyul tau dimana adek pengangguran ini. Dan entah kenapa Hangyul bersedia untuk menolong.
Jadi Hangyul pamit sama Xion dan keluar ngikutin June ke rumahnya yang dekat banget. Ternyata waktu di depan pager nampak ada Serim sama beberapa orang yang Hangyul ga kenal lagi nongkrong di sebuah warung.
Serimnya nampak Hangyul jadi dia nyapa Hangyul duluan dan permisi sama entah siapa Hangyul ga kenal.
"Oy bro!" Sapa Serim.
"Yop"
Serim ngeliat June yang masih nunggu di depan pintu dengan muka yang gak sabaran. Serim mah kenal ni orang pengangguran. Dulu Serim pernah asrama di sekitaran sini.
"Bang" sapa Serim.
Betapa sempitnya dunia bagi Hangyul karena Serim mengenal orang pengangguran.
"Eh Rim, lu sekelompok sama Moonbin?" Tanya June sambil buka pagar yang super ribet.
"Iya, bang Gon lagi nyelidikin rumah Ekswan" jawab Serim. Tapi Serim bingung kenapa Hangyul kayak pet di Among Us, nungguin June nyelesain task.
"Lu punya sepupu cenayang kan?" Tanya June ke Serim. Serim ngangguk aja, soalnya dulu waktu Serim masih asrama di dekat sini, sepupunya itu sering ngunjungi warung pak Johnny dan suka cerita hal mistis.
Sementara cenayang yang Hangyul kenal cuma Yang Hongwon, dan anaknya susah dicari in real life.
Akhirnya pagar ribet June kebuka dan Hangyul diajak masuk ke dalam rumah June dimana ada dua satu mobil dan satu motor di garasinya. Hangyul can't relate, garasinya mah lima mobilnya (punya dia semua) tapi karena lagi ngekost jadi dia bawa motor aja.
June masuk ke rumahnya dan langsung keluar lagi dengan jaket dan kunci mobil.
"Rim lu bisa hubungin sepupu cenanyang lu?" Tanya June yang udah bunyiin kunci mobilnya.
Serim terdiam, dia gatau gimana mau jelasin ke June. Bukannya beritanya udah kesebar luas. Serim gatau apa yang terjadi, jadi dia diam aja dan mencoba memikirkan sebuah alasan untuk menghindari pertanyaan yang dilontarkan oleh June kepadanya.
"Umm...."
"Cmon Rim! My lil bro is in the house, I need your cousin to be a magic man!" Ujar June yang anak sastra Inggris.
"I can't tell you his position precisely"
"What do you mean man!"
"Yeah! What is the meaning?" Celetuk Hangyul yang ga tau bahasa Inggris. Dia cuma tau what is the meaning aja soalnya kan memang dia gatau apa artinya.
"It means Hangyul, gua nanya sepupu dia dimana tapi dia ga mau ngasih tau!" Ini June bilangnya dengan muka yang sadis. "Gua minta tolong banget sama lu Rim! Taruhannya Gon"
Memang walaupun sering berantem, June ga bakal biarin hal buruk terjadi kepada Gon. Biarkan aja dia yang ngalamin hal buruk, jangan Gon.
Serim melihat ke arah kelompok proyek Moonbin lalu kembali melihat ke June yang lagi nunggu jawaban Serim.
"Ah lama, bang gua kenal sama cenayang tapi susah ngetrack dia" celetuk Hangyul.
"Iya deh gua telfon!" Akhirnya Serim menyerah dan mulai menekan tombol pada ponselnya.
Hangyul masih gak bisa berhenti mikir Serim ini mirip siapa. Asli mirip banget tapi Hangyul gatau sama siapa. Kayak pernah ngeliat muka Serim sebelumnya tapi bukan Serim karena orangnya lebih kurus dan lebih rapi.
Ketika Hangyul sadar, di situlah Serim tersenyum miring.
A/N : Hallo, stay tuned for the next chapter of Gon
KAMU SEDANG MEMBACA
The Watch | cix ft x1
FanficLima bocah kepo menguak apa yang sebenarnya terjadi di rumah kediaman keluarga Ekswan. Sequel of The Conjuring through the visions of five boys' perspective.