10 - Perasaan yang Tidak Pantas

19 1 0
                                    

--oOo--

"Tunggu!"

Namun tak ada yang menyahut. Lelaki itu sudah menghilang dari pandangan bahkan sebelum menit pertama berlalu.

Mutia melihat noda darah di lengannya lagi, karena tidak sakit dia tahu darah ini bukan miliknya. Mutia yakin Sepertinya lelaki itu telah terluka saat terjatuh tadi.

Mengingatnya lagi, Mutia menjadi merasa tidak enak. Lelaki itu terluka karenanya. Tetapi, karena dia telah pergi, Mutia tidak tahu harus berbuat apa.

Pada akhirnya Mutia hanya bergumam, "Semoga dia baik-baik saja."


Mutia hampir saja melupakan tujuannya. Daun sirih bahkan belum dia dapatkan. Dihadapannya seekor kelinci tengah meringkuk diantara dedaunan. Mutia menatapnya, agak malu karena ternyata kelinci bersurai putih keabu-abuan inilah biang kerok keterkejutannya. Mutia kesal, namun tidak tega untuk memarahi hewan lucu ini.

Mutia berjongkok mendekati kelinci itu. "Mengapa kau bisa ada disini?" Mutia bertanya sambil mengusap bulu kelinci itu yang lembut.

Kelinci itu terlihat nyaman dalam elusan Mutia. Dan saat Mutia menghentikan elusannya, kelinci itu akhirnya lari keluar dari perkebunan. Meninggalkan Mutia yang menatap kepergiannya dan kembali mencari dimana tanaman sirih berada.

--oOo--


"Kakak menemukan Lilu?" Seorang gadis kecil menatap kedatangan kakaknya dan bertanya dengan harap. Tampaknya gadis itu telah menunggu kedatangan lelaki yang cukup tinggi itu sedari tadi.

Lelaki itu baru ingat jika dia tujuannya pergi untuk mencari kelinci kesayangan adiknya. Sebelumnya, di lapangan luas ini, dia berlatih pedang seperti rutinitasnya setiap hari. Namun, berbeda dengan hari biasanya, adik perempuannya yang kini sudah berumur 7 tahun ikut bergabung walaupun hanya untuk menonton sambil bermain bersama kelinci kesayangannya--Lilu.

Sampai suatu waktu kemudian, kelinci itu kabur ke dalam perkebunan yang cukup lebat. Tentu saja adik perempuannya itu berteriak dan berusaha untuk mengejar. Melihat itu, dia segera menghentikannya. "Jangan, biar kakak saja yang ambil," kata lelaki itu menahan kepergian adiknya. Gadis kecil itu menurut. 

Dan saat dia kembali dengan tangan kosong, tentu saja membuat adiknya bertanya-tanya.

Apa yang harus dia katakan?

"Lilu!!"

Gadis kecil itu berteriak saat seekor kelinci berlari menghampiri mereka.

Lelaki itu menghela napas lega karena setidaknya tidak perlu menjelaskan alasan mengapa dia tidak membawa kembali kelinci kesayangan adiknya itu.

"Lilu, kamu nggak terluka 'kan?" tanya adiknya pada kelinci bernama Lilu itu. Gadis itu memeluk kelincinya dengan sayang.

Terluka?

Ah!

Lelaki itu memegang lengan baju kirinya yang sedikit basah. Dilihatnya ada sedikit noda darah merembes keluar. Dia baru sadar jika ternyata dirinya terluka, karena memang sebelumnya luka ini sama sekali tidak terasa.

Namun, dia bertanya-tanya darimana asal luka ini.

Setelah beberapa saat, akhirnya dia ingat.

Pasti karena kejadian tadi.

LADY MUTIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang