11 - Menanti Pertemuan Kembali

10 1 0
                                    

Pagi ini, Mutia tengah menulis beberapa nama tanaman obat yang seminggu lalu dia pelajari bersama paman Yudha. Sudah sepekan dia belum berkunjung lagi ke istana. Sagara sedang banyak tugas di luar istana. Mutia tahu dengan jelas bahwa istana bukan tempat yang mudah dikunjungi oleh sembarang orang. Apalagi untuk gadis biasa sepertinya. Tanpa Sagara, dia tidak akan bisa masuk kesana.

"Apa kau pernah bertemu seseorang yang berhasil membuat perasaanmu tidak karuan, Mutia?"

Mutia menghentikan aktivitasnya saat Thalia yang sedari tadi duduk diam akhirnya berbicara. Pertanyaan Thalia berhasil membuat gerakan tangan Mutia terhenti. Tanpa sadar, pertanyaan itu langsung memunculkan bayangan Sagara dalam benak Mutia.

"Ya. Aku pernah bahkan seringkali bertemu dengannya." Tetapi kata itu hanya sampai dibatas tenggorokannya. Kata yang berhasil keluar hanyalah, "Tidak ada."

"Sayang sekali."

"Bagaimana dengan anda?"

Thalia mengangguk bersemangat. "Aku bertemu dengannya saat awal musim dingin yang lalu."

Mutia tersenyum. Dia salut pada Thalia yang mudah menyuarakan perasaannya.

"Anda sudah bertemu dengannya lagi?"

Thalia menggeleng. "Tidak. Beberapa kali setiap perayaan festival tiap musim aku pergi keluar hanya agar aku bisa bertemu lagi dengan dia. Tapi dia tidak pernah muncul kembali." Ada seraut kekecewaan dalam wajah Thalia, yang sepertinya gadis itu tidak menyadarinya.

"Sayang sekali. Apakah anda ingat bagaimana dia?" Mutia bertanya lagi.

Thalia mengangguk. "Saat itu dia mengenakan penutup wajah. Tapi walaupun begitu, aku yakin dia sangat tampan."

"Bagaimana rasanya?"

"Hm?"

Mutia tersenyum penuh arti. "Anda pasti tahu maksud saya."

Beberapa saat kemudian, wajah Thalia memerah. Sambil tersenyum malu-malu dia mulai menjelaskan. Mutia hampir tertawa geli melihat sikap Thalia. Thalia yang biasanya blak-blakan ternyata sama seperti seorang gadis biasa jika jatuh cinta.

"Festival musim dingin tahun lalu, itulah kali pertama aku bertemu dengan dia."

"Bagaimana kalian bisa bertemu?"

Pertemuan itu bisa terjadi secara tiba-tiba, namun tentu ada benang merah yang memunculkan pertemuan itu.

"Saat itu, perayaan sangat ramai. Seseorang tiba-tiba menarik hairpinku. Pencuri itu sepertinya tertarik dengan hairpinku yang berhiaskan batu Ruby. Aku kaget dan hanya bisa memandangi pencuri itu pergi. Namun seseorang menghalangi pencuri itu dan berhasil melumpuhkannya. Dan tanpa kata, dia mengembalikan hairpinku kemudian pergi." Thalia mengambil napas sejenak di tengah ceritanya yang mulai menggebu-gebu. "Sejak dia melangkahkan kaki mendekat ke arahku, aku tidak bisa mengedipkan mataku dan jantungku rasanya ingin meledak," tuturnya.

"Dan aku bahkan belum sempat berterimakasih." Thalia menyayangkan pertemuannya yang singkat.

"Pertemuan yang singkat. Tetapi ternyata membekas begitu lama." Mutia berkomentar. "Apa anda sudah bertemu dengannya lagi?"

Thalia menggeleng.

"Sayang sekali."

"Tidak lama lagi akan ada festival musim panas disini. Semoga saja aku bisa bertemu dengannya lagi saat itu," harap Thalia, "Sebelum akhirnya aku akan sibuk seperti gadis-gadis bangsawan lain." Dia melanjutkan.

Ah, benar. Pemilihan putri mahkota. Thalia yang termasuk gadis bangsawan dari keluarga terhormat dan cukup umur tentu saja ikut serta dalam pemilihan itu.

LADY MUTIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang