Bab 5

1.3K 166 20
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak Vote dan komennya ya. Thank u... Jadi gini ya semua. Cerita ini Remake dari semangkuk sup, di bab 4 ada kok mereka makan sup ikan.
.
.
.
______________________________________

Hari sudah malam, Sarinah dan Bayu sudah menyiapkan makan malam untuk semuanya. Nenek Sarinah memasak sup ikan kesukaan Baim, dan ternyata Leo juga suka Sup ikan. Terlebih di masak dengan cinta dan kasih sayang. Mereka menyantap makanan itu, seperti biasa Leo selalu melebihkan porsinya untuk Baim. Baim sudah terbiasa akan hal itu jadi ia tidak melarang Leo lagi. Mereka selesai makan, lalu Baim berbicara.

"Kau tidak pulang?" ujar Baim.

"Aku mau tidur disini lagi, habis dirumah sepi tidak ada teman." ujar Leo.

"Kau pikir aku tidak tau, rumah itu bahkan sudah dijual oleh pemiliknya tadi siang. Dan kau tidak punya tempat tinggal. Sudah berapa lama kau tinggal disana?" ujar Baim.

"Sudah hampir tiga bulanan, tapi dari mana kau tau?" tanya Leo.

"Kakek dan nenek mengenal pemilik rumah itu," ujar Baim.

"Leo, kalau mau tinggal disini juga tidak apa-apa. Biar Baim juga ada temannya, nenek dan kekek tidak keberatan." ujar Sarinah.

"Iya nak, lagi pula kamu sudah kami anggap seperti cucu kami sendiri." sahut kakek Bayu.

Baim hanya diam, ia merasa kalah. Sebisa mungkin ia menolak agar Leo tidak tinggal bersamanya, tetapi pada akhirnya Leo tetap tinggal bersama Baim. Baim pergi kerumah kontrakan yang di tinggali Leo sebelumnya, lalu mengemasi barang-barang Leo dan kemudian membawanya kerumah Baim. Mau tidak mau, Baim kini harus berbagi kamar, dan tempat tidur.

"Kau, jangan kau pikir tinggal disini gratis." seru Baim.

"Aku tahu..." sahut Leo.

"Dan aku tempe..." balas Baim.

"Enak tuh kayaknya makan tahu dan tempe goreng. Tapi memangnya ada orang jual gorengan malam-malam begini ya?" ujar Leo.

"Gak usah halu jadi orang, udah jam berapa ini pak? Lihat jam." ujar Baim.

"Gila sudah jam dua subuh, besok sekolah lagi. Ayo tidur!" ujar Leo.

"Kau tidur diatas, aku di bawah." ujar Baim.

Leo mengerutkan keningnya lalu berbicara. "Memang seharusnya posisimu dibawah, biar aku saja yang diatas."

"....." Baim diam.

"Heh, nanti kau masuk angin. Sini naik," ujar Leo.

"Iya iya bawel banget jadi orang. Grrr..." ujar Baim sambil mengerang.

Baim naik keatas tempat tidur, lalu ia membatasinya dengan bantal guling. Lalu Leo berbicara. "Maksudmu apa, pakai dibatasi bantal guling segala? Menyemak saja."

"Jauh-jauh jangan peluk-peluk aku, bukan muhrim tau gak?" ujar Baim.

"Kita kan sama-sama laki-laki, emang apa salahnya. Gak haram kok," ujar Leo.

"Terserah..." ujar Baim..

Leo tersenyum, Baim mulai mejamkan matanya. Sebenarnya selama ini Baim tidak bisa tidur nyenyak, tetapi kemarin saat dirinya tidur berbantal lengan Leo, ia langsung tertidur pulas. Rasa hangat dan nyaman ia rasakan saat tidur di dalam pelukan Leo. Namun karena Leo otaknya mesum, Baim sedikit lebih waspada. Berkali-kali Leo memeluk Baim, bahkan tangannya meraba-raba dada Baim. Baim selalu menepis dan melawan, Baim menendang Leo hingga tersungkur kelantai. Baim hanya diam, ia melihat lutut Leo yang terluka.

"Kau kasar sekali... Sssstt sakitnya... Aduuh." ujar Leo kesakitan.

"Maaf, sini aku obatin lukanya." ujar Baim.

BL- PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang