Bab 8

1.2K 160 23
                                    

Sesampainya di rumah, mereka langsung mencari kakek dan nenek Baim. "Kakek, nenek kami pulang."

"Kok baru pulang? Ya sudah mandi dulu sana. Setelah itu kita makan malam ya," ujar Sarinah.

"Iya nek, kami habis jalan-jalan. Oh iya, ini buat nenek sama kakek." sahut Leo sambil memberikan baju yang di belikan tadi.

"Kamu gak perlu repot-repot nak," ujar kek Bayu.

"Gak repot kok kek, kan aku cucu kakek dan nenek juga." ujar Leo.

"Terimakasih ya nak, ya sudah mandi dulu ya." ujar Sarinah lagi.

Leo dan Baim mengangguk, saat di kamar Leo berbicara. "Cucu menantu tepatnya,"

"Huh? Kau sinting?" ujar Baim.

"Sinting karenamu... Ya sudah abang tampan mandi dulu, atau mau mandi sama abang?" ujar Leo.

"Ciiiiiih, buuuuuweeeeeek... Abang  yang tampan, pengen rasanya aku tabok muka abang pakai nampan, abang Leo mandi duluan gih sana. Dedek Baim emesh mau beresin ini dulu." sahut Baim dengan muka datarnya.

"Baiklah, panggil suami dulu, baru aku pergi mandi." Ujar Leo memaksa.

"Apa? Pergi mandi sana, jangan mengada-ngada. Kesambet setan di danau tadi kali ya, otakmu jadi geser." ujar Baim sambil melempar handuk.

Leo hanya tertawa cekikikan melihat ekspresi kesal Baim. Baim duduk di tepi tempat tidurnya, lalu ia melihat tempat tidurnya sudah berpindah tempat, alias ada dua tempat tidur di kamar itu. Baim menahan tawanya dan bergegas pergi mandi di kamar kakek dan neneknya, Leo selesai mandi, Baim pun sudah selesai mandi juga. Lalu Leo masuk kedalam kamar dan melihat Baim sudah berganti pakaian.

"Kamu sudah mandi? Mandi dimana?" ujar Leo.

"Di kamar kakek dan nenek ada satu kamar mandi, dan sengaja di buat disana satu." ujar Baim.

"Ya sudah ayo kita makan." ujar Leo.

Leo dan Baim pergi keruang makan, lalu saat di meja makan kakek Bayu dan nenek Sarinah berbicara. "Leo, makan yang banyak, jangan kamu kasih ke Baim terus."

"Iya nek, ini makan banyak kok. Tapi Baim butuh makan banyak juga," sahut Leo.

Baim hanya tersenyum sambil menunggu kata-kata apa yang keluar dari mulut kakeknya. Tidak lama kemudian, Bayu berbicara. "Leo, kakek sudah membelikan tempat tidur untukmu. Jadi sekarang tidak perlu sempit-sempitan lagi."

Seketika darah Leo berdesir, bagaikan   ombak di lautan, bergemuruh hingga ke ubun-ubun. Leo diam sesaat lalu menjawab kata-kata Bayu. "Terimakasih kek,"

"Ppppfffff, Ahahahahhahaha.... Ooops.." Baim tidak dapat menahan tawanya lagi.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Leo.

"Wajahmu lucu sekali, aduh... Perutku sakit." ujar Baim sambil tertawa geli.

Sarinah yang melihat itu langsung ikut tertawa. Mereka semua selesai dengan makan malam sederhana itu. Kemudian Leo dan Baim masuk kekemar untuk mengerjakan tugas sekolah mereka. Leo duduk di tempat tidur barunya, ia mengelus kasur itu.  Baim tau apa yang Leo rasakan, ia tidak ingin terpisah dari Baim. Tapi Baim sengaja membiarkan anak itu merengek.

"Hah, padahal baru saja dekat tapi sudah di pisahkan begini." seru Leo.

"Sudah, kerjakan dulu tugas sekolahnya." ujar Baim.

Leo mengangguk, Baim bangkit dari bangku, lalu Leo duduk dan mulai mengerjakan tugas sekolahnya. Lalu Leo berbicara. "Sayang, sini duduknya jangan jauh-jauh."

BL- PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang