Bab 6

1.2K 156 36
                                    

Hai jangan lupa komen dan votenya ya... Thank u...

_______________________________________

Di sisi lain tepatnya di rumah mewah milik Leo dan keluarganya, Glen tengah sibuk mengurus atau mencari Universitas yang bagus. Impian terbesarnya adalah ia ingin kuliah di luar negeri, dan ketika lulus ia akan meneruskan bisnis keluarganya. Glen membuka dompetnya, ia merasa ada yang hilang di dompetnya.

"Foto itu...?" ujar Glen, lalu dia baru saja ingat kalau ia sudah membuangnya. "Ah, aku lupa kalau sudah membuangnya. Lagi pula, dia bukan siapa-siapaku,"

Glen kembali mencari daftar nama Universitas terbaik di luar negeri, tidak lama kemudian Hendra datang membawa dua es krim yang ia beli pinggir jalan. Glen menyambut hangat kekasihnya itu. Lalu mereka makan es krim berdua. Mira dan Adiwijaya sedang pergi kekantor mengurus pekerjaan mereka.

"Glen, jalan-jalan yuk. Bosan ni di rumah aja," ujar Hendra.

Hendra juga anak orang kaya, setara dengan Glen. Lalu Glen membalas perkataan Hendra. "Boleh, kebetulan aku sudah selesai. Mau kemana kita, hm?"

"Ke Mall yuk, ada yang mau ku cari." ujar Hendra.

"Baiklah, ayo." ujar Glen.

Mereka pun pergi kesebuah Mall terbesar di kota mereka. Di sepanjang perjalanan, Glen selalu mencium punggung tangan Hendra, ia sangat mencintai Hendra. Padahal, dulu ia sangat mencintai Baim, di mata Glen, Baim hanya seonggok sampah yang tidak ada artinya. Karena derajat dan status Baim yang miskin.

Di lain tempat, tepatnya di sekolah Baim dan Leo. Baim tidur saat di jam pelajaran, tapi meski tidur Baim masih mampu menangkap sebuah pelajaran atau menjawab dengan benar pertanyaan yang di berikan oleh gurunya. Tidak berapa lama, jam pelajaran pertama telah usai. Lalu tiba-tiba datang seorang murid yang memanggil Baim.

"Baim..." seru murid itu.

Baim menoleh lalu melihat murid itu, kemudian murid itu berbicara. "Jangan mentang-mentang kau murid berprestasi di sekolah ini kau bisa menutupi aibmu. Aku tau semuanya, dan mereka semua berhak tau."

Baim beridiri lalu berjalan kearah murid yang nyerocos gak jelas itu, Leo pun mendekati anak itu dan berdiri di belakang Baim. Lalu Baim berbicara. "Apa yang kau tau?"

"Ciiiih, jangan kau pikir aku tidak tau. Kau itu anak haram, kau bahkan tidak di inginkan oleh ibumu, itu sebabnya kau di tinggal ibumu. Ibumu itu lain tidak bukan adalah seorang jalang." seru murid itu.

Baim tersenyum miring, Baim menahan amarahnya. Baim baru saja akan melayangkan tinjunya tetapi...

Buuuuuk

Baim menoleh dan melihat Leo sudah menghajar murid itu duluan. Baim terkejut, lalu ia berusaha melerai Leo. "Brengsek, minta maaf kepadanya, bangsat!"

Buuuuk
Buuuuk

"Ibumu yang jalang, minta maaf kepadanya!" ujar Leo masih memukuli anak itu.

"Leo, cukup. Berhenti Leo..." Baim melerai Leo, lalu membawa Leo menjauh dari sana.

Guru datang, lalu melihat anak itu sudah berlumuran darah. Baim menghela napas panjang, ia juga frustasi. Ia juga marah dan kesal karena sudah di hina semacam itu, tetapi ia sebisa mungkin tidak memukul karena itu akan berdampak pada beasiswanya. Makanya ia harus menjaga perilaku baiknya. Tetapi, ia juga tidak ingin orang lain terlibat. Leo di panggil oleh kepala sekolah  bersama anak itu. Baim mengkhawatirkan Leo, Baim takut Leo akan di keluarkan dari sekolah. Jam pelajaran telah usai, semua murid sudah pulang. Sementara Leo masih ada di ruang kepala sekolah,  Dan Baim masih menunggu di kela.

BL- PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang