Bab 15 END.

1.8K 137 27
                                    

"Aku punya rencana," ujar Baim.

"Apa itu, katakan." sahut Leo.

"Satu-satunya cara, aku harus pura-pura baik kepada Glen." ujar Baim.

"Apa? Tidak ada cara lain gitu? Kau tau dia gila  Baim." ujar Iman.

"Tapi tidak ada  cara lain, aku hanya ingin tau apa mau dia denganku. Dan aku yakin dia tidak akan berani menyakitiku, tetapi jika cara ini gagal dan dia tetap ingin menyingkirkan Leo, mau tidak mau aku harus memusnahkannya." ujar Baim.

Mereka semua tampak diam, tetapi ada benarnya juga rencana ini. Untuk saat ini hanya ide dari Baim yang mengalir, ide itu juga sebenarnya dari Omar. Baim juga sudah mengatakan kalau sebaiknya Kakek, nenek, dan Leo harus tinggal di markas Omar. Lalu Bima dan Mario tinggal di rumah Anton dan Iman. Semua bekerja sama saat ini, Leo tidak keberatan jika Baim harus melakukan hal itu. Menyerah dan berusaha Baik dengan Glen. Leo, kakek, nenek, dan Baim sudah sampai dimarkas Omar. Omar senang bisa berkumpul dengan kakek dan nenek Baim.

"Kakek dan nenek, anggap saja ini rumah sendiri." ujar Omar.

"Terimakasih nak," ujar Nenek dan Kekek Baim.

"Terimakasih tuan, anda sudah melindungi kami." ujar Leo.

"Tidak perlu sungkan, ya sudah hari sudah malam lebih baik kalian istirahat dulu." ujar Omar.

Leo, Baim, kakek, dan nenek sudah berada di kamar masing-masing. Kamar yang nyaman berada di ruang bawah tanah, sebagai tempat perlindungan mereka. Omar sendiri selalu berjaga dab tidur di ruangannya, karena di ruangannya itu tersedia kamar untuknya tidur. Apapun akan dia lakukan untuk menjaga Baim. Karena Omar berhutang nyawa kepada Baim. Saat itu, saat Baim dan tim sedang melakukan Misi satu tahun silam, Omar hampir saja tertembak oleh musuh mereka, tetapi dengan sigap Baim langsung menembak orang yang hampir membunuh Omar. Sejak saat itu, Omar merasa berhutang budi kepada Baim. Makanya sekarang ini Omar dan tim berusaha semampunya untuk menjaga Baim dari Glen. 

Leo dan Baim seperti biasanya dulu, tidur di pelukan Leo membuat Baim bisa tidur nyenyak selama ini ketika tidak ada Leo, ia tidak bisa tidur. Leo melihat jari Baim, lalu Leo menanyakan dimana cincin itu. "Cincinmu mana?"

"Ada, ini..." sahut Baim sambil menunjukan tangan kanannya.

"Aku pikir kau tidak memakainya, panggil aku suami lagi. Aku merindukan itu," ujar Leo.

"Gak mau," sahut Baim.

"Pilih panggil suami atau...." ujar Leo.

"Atau apa?" ujar Baim dengan wajah datarnya.

"Ayolah kekasih tuaku, aku mau kau memanggilku suami." ujar Leo.

"Udah ah, ngantuk mau tidur." sahut Baim.

"Kau ini, setelah sepuluh tahun kenapa kau berubah? Kau tega sekali," ujar Leo.

Baim merubah posisi tidurnya dan menghadap ke arah Leo, ia memandangi wajah Leo yang berubah jauh lebih tampan dan Baim semakin imut saja. Baim menyentuh bibir Leo dengan jarinya yang mulus, lalu.... Cuuupppsss

Baim mencium bibir Leo lembut. "Suamiku,"

"Iya istriku, aku mencintaimu." ujar Leo.

Baim tersenyum lalu merekapun tidur, Baim membuka matanya kembali, lalu Leo pun terbangun, mereka sama-sama tidak bisa tidur, seperti ada sesuatu yang tidak beres. Baim dan Leo bangun dan keluar dari kamar, lalu ia mereka melihat Omar dan tim sedang bersiap siaga. Baim pun menanyakan hal apa yang terjadi.

"Ada apa tuan?" ujar Baim.

"Mereka ada diluar, orang-orang Glen ada di luar mengepung markas ini." ujar Omar.

BL- PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang