15. DON'T CLICK ! DESAK

546 142 2
                                    

Nevan ke luar dari ruangan dengan wajah yang susah diartikan, banyak sekali pertanyaan di dalam benaknya tentang Lucas, kecurigaan, ketidak percayaan nya dengan apa yang baru saja dia lihat. Bagaimana mungkin semua benda-benda itu ada di dalam? Untung saja Nevan sudah bergerak cepat untuk mengambil gambar ruangan itu.

Tapi, pada saat dia akan pergi dari sana, Frans lewat di hadapannya membuat Nevan seketika menunjukkan senyumnya.

"Kau tidak masuk ke kelas?" tanya Nevan basa-basi karena Frans berhenti tepat di hadapannya dengan wajah penuh tanda tanya, "Oh ... aku tidak sengaja masuk ke ruangan itu," ucap Nevan yang seolah sudah tahu kalau Frans ingin menanyakan hal seperti itu.

"Bukankah hanya Lucas saja yang boleh masuk ke sana? Kenapa Bapak berani masuk?" tanya Frans heran.

"Tentu aku boleh masuk. Aku guru," jawab Nevan. "Mmm ... apa Lucas selalu datang ke tempat ini?" tanya Nevan penasaran.

"Hampir setiap hari dia masuk ke sana, jika ada yang ketahuan masuk tanpa seizinnya, dia akan marah besar," jawab Frans.

Inilah saatnya Nevan bertanya-tanya lagi, "Apa Lucas selalu marah tanpa alasan?" tanya Nevan.

"Tidak selalu. Tapi dia cukup pemarah."

"Di dalam ruangan itu ... banyak sekali foto wanita."

"Ah ... itu ... Lucas memang sedikit playboy."

"Kau memangnya dekat dengan Lucas?"

"Tidak, tapi aku satu kelas dengannya."

Nevan hanya mengangguk, "Baiklah terima kasih, silakan masuk ke kelas," ucap Nevan sambil menepuk bahu Frans pelan.

Saat Nevan akan pergi ke kantor, dia melihat bu Joanna ke luar dari ruang kantor dengan membawa buku.

"Bu Joanna!" panggil Nevan sambil menghampiri perempuan itu.

"Ada apa?" tanya Joanna bingung.

"Kau ... akan mengajar?"

Joanna mengangguk. Mata Nevan melirik sesuatu di jari Joanna, yaitu sebuah cincin, "Kau sudah tunangan?" tanya Nevan to the point.

"Apa?" Joanna terkejut karena Nevan menanyakan hal yang cukup sensitif bagi Joanna. "Aku tidak bertunangan dengan siapa pun," jawab Joanna yang menyadari kalau Nevan terus melihat cincin di tangannya.

Joanna yang merasa tidak nyaman akhirnya memutuskan untuk melepaskan cincin itu membuat Nevan terkejut, "Bukan itu, maksudku ... aku hanya bertanya saja ... maaf," ucap Nevan sambil tersenyum canggung.

"Apa cincin nya jelek?" tanya Joanna.

Nevan menggelengkan kepalanya, "Itu bagus untukmu, kau cocok memakai nya," jawab Nevan. "Oh ya, apa kau bisa memasang lembar jadwal ujian di mading?" tanya Joanna dan Nevan mengangguk menyetujui.

"Aku akan memasangnya." Joanna memberikan beberapa lembar kertas kepada Nevan.

"Terima kasih sudah membantu," ucap Joanna ramah lalu dia tersenyum pada Nevan.

"Tunggu Bu Joanna," tahan Nevan membuat perempuan itu menoleh dengan penuh tanda tanya, "Apa aku diperbolehkan mengawas saat ujian?" tanya Nevan memastikan.

"Tentu saja kau mengawas ujian di kelas khusus laki-laki," jawab Joanna membuat Nevan mengernyitkan dahinya bingung.

"Apa maksudmu?"

"Tiap sekolah akan mengadakan ujian, kami selalu memisahkan kelas antara laki-laki dan perempuan," jawab Joanna membuat Nevan terdiam. Lalu, bagaimana dia menjalani rencananya?

Don't Click [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang