11. Buruk Rupa

419 14 0
                                    

TAMARA_POV

****

Buatku, Arya Hadikusumo adalah pria tampan dan kaya raya, tapi bodoh! Karena dia terlalu mencintaiku dan mau saja menjadi budak cintaku.

Cinta juga tidak ada dalam kamus hidupku. Harta dan kekayaan itu adalah kunci utama kebahagiaan buat aku. Entahlah kalau kalian.

Secara, memangnya bisa tampil cantik dengan cinta saja? Beli skincare juga, emangnya bisa pakai cinta? Please deh, pikiran yang logis-logis saja.

Aku termasuk primadona di kampusku. Ya iyalah, secara biaya perawatanku sebulan saja bisa menghabiskan jutaan rupiah.

Kenapa aku pilih, Arya? Karena, selain dia ganteng, kaya raya, dan juga royal. Setiap jalan-jalan ke mall, pasti shopping. Dan tentu saja dia yang bayar dong.

Sampai akhirnya, tagihan kartu kreditnya membludak dan mendapat amukan dari papinya. Dan dia dikirim ke kampung sebagai hukuman dan kehilangan semua fasilitasnya.

"Sayang, aku pamit ya. Aku dihukum papi karena tagihan kartu kreditku over limit. Jadi aku harus berangkat ke kampung saudara mami di Lembang," ujarnya hari itu. Wajahnya ditekuk sedih.

"Ya ampun, sayang. Jadi kamu gak balik ke Jakarta lagi?" tanyaku pura-pura simpati. Hari itu kami ketemuan di taman dekat kampus. Ish, aku kesal. Soalnya panas dan membosankan. Biasanya dia selalu mengajakku ke mall. Ini malah ke taman.

"Enggak tau. Mungkin enggak atau bisa jadi dalam waktu lama aku baru balik lagi." Tatapannya nanar lurus ke depan.

"Ya udah kamu yang sabar ya, sayang. Aku pasti nungguin kamu kok," hiburku sambil mengusap punggungnya.

"Beneran kamu mau nunggu aku?"

Aku mengangguk. "Iya, aku bakalan nungguin kamu kok. Ya udah, sebagai perpisahan, kita jalan ke mall, yuk. Aku laper nih. Sekaligus aku mau beli sesuatu yang udah lama aku pengen. Yaahh," rayuku pada Arya.

Pria itu menghela napasnya berat.

"Maafin aku ya, sayang. Kali ini aku bener-bener enggak punya uang. Semua fasilitas ditarik papi. Mulai ATM, kartu kredit, mobil," keluhnya getir. Kepalanya menunduk menatap jari yang dipermainkannya di atas pangkuan.

Pantes, aku tidak melihat mobilnya. Aku pikir, dia menggunakan mobil yang lain. Karena terkadang dia bawa mobil papi atau adiknya.

Gantian aku yang menarik napas berat dan menghembuskannya dengan kasar. Berarti dia jatuh miskin dong. Ogah banget gue sama cowok miskin, rutukku dalam hati.

Sepatuku kugesekkan ke tanah. Mempermainkan batu kecil atau pasir.

"Tam ...," panggilnya memecahkan kebisuan yang semenit sempat tercipta.

"Hum ...."

"Kamu beneran mau menungguku kan ... walaupun dengan keadaan seperti ini?"

Bibirku mencebik.

"Eng, Arya, sorry aku harus balik ke kampus. Tadi aku ada janji sama dosenku mau membereskan tugas deadlineku yang kemarin." Aku mengalihkan pertanyaannya tadi. Malas banget.

"Tapi ...."

"Aku pergi dulu ya, sayang. Bye," pamitku dengan mendaratkan cepat sebuah kecupan di pipinya lalu melesat pergi.

Aku cewek matre? Ya, aku tidak pungkiri itu. Males banget sama cowok tampan kalau kere.

Entah berapa lama, Arya berada di desa tempat saudara neneknya. Dan selama itu pula aku sudah menambatkan hati pada beberapa pria. Dan kaya pastinya.

Gadis Buruk RupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang