OO8-NEKAT

6.5K 998 103
                                    

Sudah berjalan 5 hari semenjak pertemuan terakhir Mark dengan Haechan. Tidak bisa disangkal lagi bahwa Mark kini sudah jatuh dalam pesona polos nan baik hati milik Haechan.

Mark sering kali melamun dan tidak fokus saat mengerjakan sesuatu. Mark selalu saja memikirkan Haechan. Bagaimana keadaannya disana? Apakah dia baik-baik saja? Bahkan... Kenapa Haechan memliki luka-luka di tangannya?

Mark memutuskan untuk pergi ke rumah Haechan. Dia akan menanggung semua resiko saat pergi kesana.

"Bibi, aku mau main ke rumah Haechan. Besok kalau aku tidak ada di rumah, berarti aku masih di rumah Haechan."

Mark meminta ijin pada bi Nina sebelum ia pergi ke rumah Haechan. Dan bi Nina mengijinkannya, toh bi Nina sebatas tahu kalau di seberang rumah, hanya ditinggali oleh pemuda bisu bersama paman dan bibinya.

"Iya Mark, hati-hati ya."

.
.


"Haechanie tunggu aku, setelah ini aku akan menyatakan perasaanku padamu." Ucap Mark saat di tengah perjalanan.

Setelah sampai di depan pintu rumah Haechan, Mark belum juga masuk. Mark masih mengingat apa kata Haechan terakhir kali.

"Aku tidak boleh masuk lewat pintu depan. Aku harus lewat dari belakang kalau begitu." Batin Mark.

Kebetulan sekali Mark bisa memanjat pagar belakang rumah Haechan, jadi Mark sama sekali tidak kesusahan. Kita doakan saja Mark tidak ketahuan oleh paman dan bibi Haechan.

Mark mengendap-endap seperti seorang pencuri yang tidak ingin tertangkap oleh pemilik rumah. Mark mencari Haechan di seluruh penjuru rumah dengan hati-hati. Mark sedikit tenang karena di sini gelap, jadi kemungkinan besar ia tidak akan kelihatan.

Mark menemukan Haechan masih meniriskan piring yang sudah dicuci di tempat cuci piring tentunya. Dan....

PUKK

Mark menepuk pundak Haechan. Haechan yang terkejut langsung menengok ke belakang. Haechan memasang wajah yang kagetnya bukan main.

"Haechan-ah.. kenapa kau ada disini?" Ucap Mark pada Haechan. Lebih seperti berbisik sepertinya.

Haechan mencuci tangannya sebentar, lalu ia lap kan ke bajunya.

Bukankah aku yang seharusnya bertanya? Kenapa kak Mark ada disini?

"Aku ingin bertemu denganmu, dan main ke sungai tentunya..." Ucap Mark dengan antusias.

Tiba-tiba...

"HAECHAN... APA ADA ORANG DI BELAKANG?" Teriak paman Haechan dari arah ruang tamu.

Haechan langsung menarik Mark dan bersembunyi di pojok ruangan. Tentunya sangat gelap di bagian sini.

Mark terkejut akan perlakuan Haechan, jadi ia hanya menurut yang diperintahkan Haechan. Haechan dan Mark sembunyi dengan ekspresi Haechan ketakutan dengan jari yang ia tempelkan ke mulutnya dengan maksud menyuruh Mark diam.

"Baguslah.. dia sudah mencuci piringnya." Ucap paman Haechan yang berjalan ke arah dapur, lalu kembali lagi ke ruang tamu.

Ayo ke kamarku saja. Disini tidak aman.

.
.

"

Haechan! Kamarmu rapi sekali, disini terlihat sangat nyaman."

Hm ya, aku suka bersih-bersih.

"Haechan aku ingin mengatakan se-" Ucap Mark rumpang dan kembali mendengar panggilan dari bibi Haechan.

"HAECHAN! CEPAT KEMARI!"

Aku harus turun. Kak Mark jangan keluar dari sini ya. Jangan membuat suara juga.

"Yeah, okay." Balas Mark setelah Haechan pergi dari kamarnya.

.
.


"HAECHAN! KAU ITU BAGAIMANA SAAT BEKERJA HA?! KENAPA LANTAI DISINI BELUM KAU BERSIHKAN?! INI RASAKAN! LAIN KALI KALAU KERJA ITU YANG BENAR!"

Bibi Haechan kembali menghajar Haechan, ia dipukul menggunakan gagang kemoceng, ditendang, dan dicambuk menggunakan sabuk yang tergeletak di meja.

"RASAKAN ITU! SALAH SIAPA KAU TIDAK BECUS DALAM BEKERJA! SETELAH INI, KAU BERSIHKAN! AKU TIDAK MAU MELIHAT ADA NODA SEDIKIT PUN!"

Haechan hanya menangis dan dan mengerjakan apa yang disuruh oleh bibinya itu. Padahal saat dibersihkan, tidak ada kotoran satupun. Tapi kenapa bibinya sangat marah?

Setelah selesai mengerjakan semua, Haechan kembali ke kamarnya. Saat sampai di kamar, Mark malah langsung memeluk Haechan. Yang sakit adalah Haechan, tapi disini yang menangis adalah Mark.

"Hae-Haechan.... kenapa kau tidak jujur padaku? Sebenarnya luka itu kau dapat dari bibimu kan?" Mark menangis karena sudah mengetahui asal luka-luka Haechan.

Haechan melepas pelukan Mark dan berusaha menenangkan Mark.

Tidak apa-apa kak, aku tidak merasa sakit. Itu sudah biasa, mungkin bibi sedang lelah, jadi bibi melakukan itu padaku. Kau lihat? Aku tidak menangis, kan? Malah kau yang menangis.

Kata Haechan yang diakhiri dengan ejekan didalamnya.

Tidak Haechan, kau berbohong. Aku melihat kebohongan di matamu, kau tidak pandai berbohong. Mengacalah Haechan, kau bahkan menahan agar kau tidak menangis.

Mark menjawab Haechan dengan bahasa isyarat, ia belum mau bicara karena masih dalam keadaan sedikit menangis.

Kalau kau ingin menangis, menangislah... ada bahu yang akan menjadi sandaranmu.

Haechan tersenyum sekilas, lalu menghambur ke pelukan Mark dan akhirnya ia menangis. Mark dengan senang hati pula membalas pelukan Haechan.

"Haechan... aku tidak pernah mendengar suaramu, tapi saat ku dengar kau menangis, aku bisa membayangkan bagaimana indahnya suaramu saat berbicara."

Degg...

To Be Continued

MUTE BOY [MARKHYUCK]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang