O11-FLASHBACK pt2

6.1K 869 94
                                    

Sehari setelah pemakaman anak dari ibu-ibu waktu itu, sekarang ia kembali lagi untuk menjalankan rencana yang sudah ia pikirkan matang-matang bersama suaminya.

Ibu-ibu tadi datang ke kamar rawat Haechan kecil. Haechan masih dirawat karena ia masih membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. "Pe-permisi, boleh saya masuk?" Ucap ibu itu.

"Ahh tentu, silahkan masuk..."

".... anda ibu yang kemarin, bukan? Terima kasih karena sudah mau mendahulukan Haechan kami." Sambungnya.

"Eu-eum, y-ya sa-sama-sama. Ta-tapi, bolehkah saya kemari setiap saat untuk melihat keadaan anak ibu? Anak ibu sudah seperti anak saya." Jawab ibu-ibu tadi.

"Tentu saja boleh! Siapa yang melarangnya? Anda boleh kemari kapan pun. Ajak putra ibu juga saat kemari." Ujar ibu Haechan dengan ceria.

"Masalahnya itu, anak saya sudah meninggal. Untuk itu saya ingin kemari setiap saat agar saya masih bisa merasakan kalau saya mempunyai seorang putra, yaitu Hae-?"

"Namanya Haechan, saya turut berduka mendengar hal itu. Tapi anda jangan terlalu larut dalam kesedihan terlalu lama. Anda bisa menganggap Haechan seperti putra anda sendiri." Ibu Haechan menenangkan ibu tadi dengan cara memeluknya hangat.

"Anakku mati juga karenamu sialan! Tidak sudi aku menganggap anak bodohmu itu menjadi anakku." Begitulah batin dari si ibu.

"Terima kasih."

.
.

Pada pukul 21.00 sudah waktunya semua untuk tidur. Namun si ibu masih saja berada di rumah sakit. Ibu Haechan dan ayah Haechan juga masih belum tidur.

"Ini saatnya menjalankan rencanaku."

"Bapak ibu, ini saya bawakan jus. Diminum ya, supaya badan tetap vit. Kalian harus menjaga Haechan, bukan?"

"Ah baik ibu, terima kasih. Ibu tidak minum juga?"

"Tidak, saya harus cepat pulang, pasti suami saya sudah di rumah."

"Ah ya, terima kasih ibu, hati-hati di jalan."

Akhirnya si ibu pulang ke rumahnya. Dan kedua orang tua Haechan meminum jus yang sudah diberikan racun yang jika diminum, orang tersebut akan lemas lalu mati perlahan.

.
.

Keesokan harinya, Haechan kecil terbangun dari tidurnya. Saat pagi, ia pasti selalu buang air kecil. Jadi Haechan berinisiatif untuk membangunkan ibunya.

"Ibuuu... bisa bangun sebentar tidak? Haechan ingin buang air kecil." Namun tidak ada jawaban dari ibunya.

"Ibuu! IBUU!?~~ IBUU BANGUN! AYAH!! AYAH BANGUN SEBENTAR HAECHAN MOHON!" Haechan mengguncang kuat tubuh ibunya yang tertidur di kursi dengan kepala yang berada di kasur Haechan. Sedangkan ayah Haechan, ayahnya tidur di sofa rumah sakit. Untuk itu Haechan berteriak.

"IBUUU!! HIKS HIKS IBUU BANGUNN... AYAH!! AYAH BANGUN... HIKS KENAPA KALIAN TIDUR TERUS? AYO BANGUN INI SUDAH PAGI!!"

"DOKTER!! SUSTER!! SIAPAPUN TOLONG HAECHAN! YANG DI LUAR TOLONG BANTU HAECHAN PANGGILKAN DOKTER UNTUK AYAH IBU HIKS..."

Tiba-tiba datanglah suster sekaligus dengan dokternya. Juga disana ada ibu-ibu tempo hari.

"Nak... tenang dulu ya, jangan menangis... ayah ibumu akan diperiksa dokter dulu." Si ibu memeluk Haechan.

Sementara itu, dokter tadi memeriksa ayah dan ibu Haechan.

"Apakah anda keluarga dari anak ini?" Tanya dokter pada si ibu.

"Ya, aku bibinya. Ada apa dengan saudaraku dok?"

"Maaf, sepertinya saudara ibu mengalami keracunan pada makanan atau minuman yang dikonsumsinya. Sesuatu yang dikonsumsi oleh mereka terdapat racun yang sangat mematikan. Bahkan seekor tikus percobaan pun akan mati jika disuntikkan racun ini."

"TIDAK!! AYAAAH!! IBUUU!! HIKS.. AYAH IBU, JANGAN TINGGALKAN HAECHAN, NANTI HAECHAN MERAYAKAN ULANG TAHUN DENGAN SIAPA? HIKS HIKS.."

"Sudah Haechan, kan ada bibi yang akan mengurus Haechan. Haechan anggap bibi sebagai ibu ya?" Ucap si ibu, yang diduga bibi Haechan.

"Seongjun-ah... kematianmu sudah terbalaskan nak. Kau yang tenang disana. Ibu tidak akan membiarkan anak ini hidup bahagia."

.
.


Hari-hari cepat berlalu. Si ibu, yang mengaku-ngaku sebagai bibi Haechan sekarang tinggal di desa Hahoe.

Haechan awalnya baik-baik saja. Ia tumbuh sebagai anak laki-laki yang ceria. Namun lama-kelamaan Haechan merasa bahwa bibi dan pamannya malah memperlakukan Haechan seperti layaknya budak.

Suatu malam di desa Hahoe.

"YAK! HAECHAN! KEMARI KAU! DASAR ANAK NAKAL! KEMANA SAJA KAU HA!?"

"Ma-maaf bibi, tadi Haechan baru melipat baju."

"Mulai saat ini! Kau tidak boleh mengeluarkan suaramu itu! Kau harus menjadi bisu di depan semua orang! MENGERTI?!"

"Ke-kenapa bibi? Aku tidak bisu, aku bisa bicara."

"BERANI KAU MELAWAN BIBIMU HA?! APAKAH DIDIKAN AYAH IBUMU SEPERTI ITU?! BESOK AKAN KU PANGGILKAN GURU BAHASA ISYARAT DARI KOTA! MULAI BESOK, AKU TIDAK INGIN MENDENGAR SUARAMU ITU LAGI! INGAT ITU! huh dasar anak sialan!" Teriak bibi Haechan dengan kasar, lalu meninggalkan Haechan.

Haechan hanya bisa menangis dan menerima takdir.

~Flashback end~





"Ja-jadi bibi bukan bibiku?" Tanya Haechan pada bibinya.

"TIDAK BODOH! AKU BUKAN SIAPA-SIAPAMU! TIDAK SUDI AKU MEMILIKI HUBUNGAN DARAH DENGANMU!"

"Lalu kenapa waktu itu bibi tidak meninggalkanku saja saat ayah dan ibu meninggal? Atau jangan-jangan bibi yang membunuh mereka? KATAKAN BIBI!"

"BERANI KAU MEMBENTAKKU! YA BENAR AKU YANG MEMBUNUH ORANG KAYA ITU! AKU JUGA MENDEKATIMU KARENA INGIN HARTA KEDUA ORANG TUAMU ITU! PAHAM KAU! MENYUSAHKAN SAJA!" Ucap bibi Haechan final, lalu meninggalkan Haechan di gudang, dalam keadaan pintu terkunci.

To Be Continued

MUTE BOY [MARKHYUCK]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang