OO7-PERTEMUAN TERAKHIR?

6.8K 977 43
                                    

Kini Mark sedang mengobati luka pada lengan Haechan. Mark mengoleskan salep dengan hati-hati, dengan tujuan agar Haechannya tidak kesakitan.

Karena Haechan hanya menggunakan kaos lengan pendek yang sedikit kebesaran, bahu Haechan terlihat oleh Mark. Mark yang melihat hal itu hanya bisa menelan ludah kasar. Tapi...

"Haechan... d-di belakang tubuhmu s-sepertinya ada luka juga. Mau k-ku obati sekalian?" Tanya Mark sedikit gugup.

Haechan yang mendengar hal itu hanya menolak dan menggeleng ribut. Ia malu kalau ada yang melihat tubuh bagian belakangnya. Apa lagi ditunjukkan oleh pria yang baru dikenal.

"Aah, ya sudah.. kau disini dulu, aku akan mengembalikan obat-obat ini." Mark berkata sambil berjalan untuk mengembalikan kotak P3K milik keluarga Haechan.

Setelah mengembalikan kotak P3K, Mark di ajak Haechan ke belakang rumahnya. Di belakang rumah Haechan sangat indah. Berbeda dengan bagian depan, dan juga bagian dalam rumah Haechan. Di sini banyak tanaman, ayunan, dan juga ada kolam ikan di pojok halaman.

Halaman belakang Haechan seperti sebuah taman yang sering dikunjungi oleh sepasang kekasih yang sedang menghabiskan waktu berdua.

"WOW Haechan! Disini indah sekali, kenapa kau tidak bilang jika ada taman di rumahmu?"

Sudah dari dulu ayunan dan kolam ikan itu ada di sana, aku hanya memperbaiki dan membersihkannya sedikit. Itu pun karena paman bibi ku yang jarang ke tempat ini. Bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di halaman, semenjak kedua orang tuaku meninggal.

"Wah benarkah? Sayang sekali jika mereka tidak pernah kemari. Haechan, kau mau ke ayunan bersamaku?"

Tanpa persetujuan dari Haechan, Mark sudah menarik tangan Haechan untuk pergi ke ayunan. Mereka duduk berhadapan dan sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Haechanie? Apa kau merasa tertekan saat tinggal di rumah?"

Haechan menggeleng dengan ragu. Bohong kalau Haechan bilang tidak tertekan. Haechan selalu disiksa dan disuruh-suruh layaknya seorang pembantu.

Mark pun hanya mengangguk ragu untuk menanggapi jawaban Haechan. Mark lalu mengangkat kedua tangan kecil Haechan yang berada di paha Haechan.

"Lalu bagaimana dengan luka-luka yang kau dapatkan? Apa itu semua ulah dari paman bibimu?" Mark berkata sambil mengelus tangan Haechan dengan ibu jarinya.

Haechan segera melepas tautan tangan itu dan berusaha menjawab se-masuk akal mungkin.

Sebenarnya luka ini ku dapat karena ulah anak paman bibiku. Dia memiliki sifat pemarah, untuk itu dia melampiaskan kemarahannya padaku.
Tenang kak Mark, kau jangan emosi karena saudaraku itu sudah pindah dari sini, dia dipindahkan ke kota oleh paman dan bibi.

Jawab Haechan panjang, tapi ia berbohong. 100% berbohong. Paman bibinya saja tidak memiliki anak.

Mark yang mendengar itu dari mulut Haechan, mengepalkan tangannya tanda ia tidak suka.

"Sebaiknya kau tinggal bersamaku Haechan, nanti kau bisa ku ajari pelajaran yang selama ini tidak pernah kau pelajari. Ya ya ya, kau harus ke rumahku sekarang."

Ucap Mark sambil menarik-narik tangan Haechan. Namun Haechan menolaknya, ia tidak ingin pergi dari sini. Itu bisa membahayakan dirinya, tentunya juga Mark.

Tidak bisa! Aku harus tetap di rumah, kalau tidak nanti bibiku akan marah, sebaiknya kakak pergi dari sini segera, kau sudah bertemu denganku kan? Ayo ku antar ke depan.

Haechan berjalan mendahului Mark. Setelah sampai depan pintu, Haechan berkata lagi, namun ekspresi wajah Mark menandakan bahwa ia masih ingin belum pergi.

Kak Mark jangan pernah kemari lagi ya kak. Maafkan aku, jika bukan aku yang membukakannya, bisa celaka kita. Dan satu lagi, jangan membahas apapun tentang halaman belakang rumahku pada orang-orang, ini rahasia. Dan hanya kita berdua yang tahu.

Haechan menggerakan tangannya dengan wajah yang ceria pula, agar Mark percaya bahwa Haechan baik-baik saja.

Mark segera memeluk Haechan dengan erat dan mengeluarkan semua kata-kata yang sedari tadi ia tahan.

"Hae-Haechan-ah.... kau jangan seperti ini, aku hanya ingin kau ada seseorang yang menemanimu. Aku tidak ada maksud jahat, aku hanya siswa SMA biasa, aku bukan pengedar narkoba, aku bukan seorang mafia buronan, aku bukan penjahat Haechan, tapi kenapa kau selalu menolak dan menjauh saat aku ingin lebih... lebih dekat denganmu?" 

Mark memeluk Haechan erat. Mark pikir jika Haechan sudah mendengar itu semua, maka Haechan akan mau terus bersamanya, tapi kenyataannya tidak.

"Bukan masalah aku menolak dan selalu menjauh saat kau mendekatiku kak, tapi karena paman dan bibiku yang tidak memperbolehkanku berteman dengan siapapun. Jika aku berteman denganmu, maka bisa saja kau yang akan disakiti oleh mereka. Dan aku tidak mau itu terjadi." Batin Haechan saat masih berada di pelukan Mark.

Haechan membalas pelukan Mark dengan mengelus punggung pria tampan itu. Dan Haechan melepaskan pelukan mereka.

Aku tidak menjauh kak, bahkan aku senang bisa berteman denganmu, namum ada satu hal yang tidak mengijinkan kita untuk tetap berteman. Sudah ku bilang beberapa kali, jika kita masih saja bertemu itu bisa membahayakan kita sendiri. Kakak tidak ingin aku dalam bahaya kan? Untuk itu kita tidak boleh bertemu lagi. Aku akan selalu mengingat kak Mark.

Haechan dengan berat hati pun mendorong pelan tubuh Mark untuk keluar dari pekarangan rumahnya. Setelah Mark pergi dari sana, ia merasa kacau dan tidak tahu harus berbuat apa.

To Be Continued

MUTE BOY [MARKHYUCK]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang