O12-WAKTU YANG PAS

6.8K 972 133
                                    

Setelah bibi dan paman Haechan mengunci 2 onggok manusia di gudang dan ruang bawah tanah, kembali mereka membicarakan sesuatu di ruang tamu.

"Sayang, bagaimana ini? Kau sudah menjual rumah ini, bukan? Dan besok kita sudah harus meninggalkan rumah ini. Lalu 2 orang itu bagaimana?"

"Aku sudah menjualnya dengan harga tinggi. Hanya saja anak sialan itu belum mati."

"Kau tidak usah membunuh orang lagi sayang. Itu akan menambah dosamu kepada yang di atas. Lebih baik kita tinggalkan saja mereka, paling-paling mereka akan mati kelaparan."

"Hm yaaa, kita akan meninggalkan rumah ini. sekarang juga. Ayo kemasi barang-barangmu."

.
.

Paman dan bibi Haechan sudah mengemasi barang-barang mereka, namun saat ingin keluar dari rumah itu...

"ANGKAT TANGAN!" Teriak seorang kepala polisi sambil menyodorkan pistol seakan ingin menembak.

Paman dan bibi Haechan yang terkejut pun akhirnya mengangkat kedua tangannya ke udara.

Disana terdapat banyak pasukan polisi bersenjata lengkap seperti ingin berperang. Juga disana terdapat laki-laki tampan, tinggi, tegap, dan sangat berwibawa. Ternyata sosok itu adalah Jung Jaehyun, selaku orang yang melaporkan.

"P-pak, saya tidak bersalah... tangkap saja suami saya. Dia yang menyuruh saya untuk melakukan semua ini."

"YA! APA MAKSUDMU! AKU TIDAK MELAKUKAN APA PUN ISTRI SIALAN! AKU HANYA MENURUTI PERINTAHMU AGAR AKU SELAMAT! TAPI KENYATAANNYA TIDAK."

"Sudah, obrolan omong kosong kalian kita lanjutkan saja di pengadilan nanti." Kata kepala polisi.

"Dan tunggu! Dimana kau kurung anakku?" Tanya Jaehyun.

"Di ruang bawah tanah dan gudang. Kalau bisa buka saja. Kuncinya sudah ku bawa." Begitu kata bibi Haechan.

"Apa lagi rumah ini sudah ku jual, dan uangnya sudah ku pakai untuk foya-foya... hahahaha." Sambungnya. Sepertinya bibi Haechan mulai gila, karena dia malah berkata yang sebenarnya.

"Pasukan! Segera selamatkan 2 korban! Sebagian lagi ikut ke kantor polisi!"

"SIAP KOMANDAN!"

.
.

Mark berhasil di keluarkan dari ruang bawah tanah yang tidak ada oksigen untuk bernapas itu.

"Daddy?! Daddy kemari Dad?! Kau menyelamatkanku!" Kata Mark sambil memeluk Daddynya itu.

"Yaaa... seperti yang kau lihat. Kau pemberani Mark, kau menyelamatkan temanmu itu dari 2 iblis serakah."

"HAECHAN! AYO BAWA AKU KE HAECHAN SEKARANG!"

"Stay calm bruh, ayo kita kesana."

Mark dan Jaehyun naik menuju gudang, tempat dimana Haechan dikurung oleh paman dan bibi.

"H-HAECHAN! KAU BAIK-BAIK SAJA?!" Kata Mark sambil memeluk erat tubuh Haechan.

Haechan mengangguk dan masih menangis.

"Hei, tak apa Haechan. Kau bersamaku. Jangan takut. Jangan menangis lagi ya? Aku tidak ingin mendengar tangisanmu. Aku ingin lebih banyak mendengar suaramu sekarang. Okay?" Kata Mark memegang kedua pipi Haechan, dan menghapus air mata Haechan menggunakan ibu jarinya.

"Te-terima kasih k-kak Mark."

"Aigoo suaramu indah sekali Haechanie." Mark kembali membawa Haechan ke pelukannya.

Sedangkan yang menonton?

"EKHEM! Sudah selesai? Ayo kita pulang sekarang." Ajak Jaehyun pada Mark dan Haechan.

"Oh ya nak? Kau sekalian kemasi barang-barangmu, karena rumah ini sudah dijual oleh mereka. Kau tinggal bersama Mark saja ya?" Begitu kata Jaehyun pada Haechan.

Haechan sangat terkejut, ini adalah satu-satunya peninggalan dari kedua orang tuanya. Tapi malah dijual oleh orang lain.

"B-baik paman. Terima kasih banyak."

.
.


Saat perjalanan menuju ke rumah Mark, Haechan kembali bertanya kepada Mark.

"Kak? Kenapa bisa ada polisi dan ayahmu? Kenapa bisa pas sekali kejadiannya?" Tanya Haechan.

"Hahaha, tidak mungkin pas begitu saja kalau tidak ku rencanakan kemarin, sayang... lucu sekali!"

Pipi Haechan langsung memerah karena malu dipanggil sayang. Ia hanya tersenyum dan arah matanya tidak bisa diam di satu tempat.

"Apa kau malu? Ahahaha Haechanieeee kau sangat menggemaskan!!"

To Be Continued

MUTE BOY [MARKHYUCK]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang