0.6 teman kecil, hendery

1.2K 178 57
                                        

"Jisoo pelan pelan dong! kalo jatoh tadi gimana?" umpat Chanyeol marah.

Setelah Jisoo turun dari atas motor, tak memperdulikan Chanyeol yang mengomel. Jisoo sendiri asik membenahi beberapa anak rambutnya.

"Biasa aja keles." ucapnya biasa. "Lagian lo kan tinggi si bang, kaki lo panjang, kuping lo lebar. Udah kelebihan banget."

"Sialan, ga usah lo bawak bawak kuping gua dong bancet. Abang lo ini udah kelebihan banget dikasih tuhan. Udah gitu pakek plus gantengnya."

"Cih, jinja. Kamoeyo ga usah percaya diri sekali eohh ..." mengubah sedikit logatnya.

Chanyeol mendecak sebal, tanganya langsung main memukul kepala sang adik. Hingga sedikit maju, membuat keduanya saling tertawa lepas didepan lingkungan sekolah Sma Perjuangan.

"Ga usah sok bahasa korea anjir. Lo orang lokal, jangan bek gaya jadi orang korea."

"Kamuneun bikin saya emosi yapeo!"

Plak.

"Cabot lo gua tendang sampe planet ekso baru tau rasa lo."

Bahagia. Selalu terlintas diantara keduanya. Walaupun sering berkata yang tidak enak satu sama lain, tapi tak membuat Chanyeol dan Jisoo merasa tidak enak diri. Mereka selalu berbahasa yang seperti ini. sama halnya kek orang lain. So, itu membuat mereka selalu tersenyum tanpa adanya kesedihan.

"Yaudah sih yaa. Ga usah marah marah juga. Ntar gantengnya hilang lagi." puji Jisoo.

"Sebelum cabot, cium gue dulu." Chanyeol memberikan pipi kirinya didepan wajah Jisoo.

"Idih. Tumben tumbenan minta dicium sama gue, biasanya mah lo selalu bilang kata 'ogah'."

"Udah lama ga dicium sama adek kecil gue. Waktu lo kecil, lo selalu minta dicium sama gue. Nah sekarang gantian, gue pengen dicium sama adek kecil gue, yang sekarang tumbuh menjadi dewasa."

"Tapi gue udah pakek liptint bang."

"Kalo gitu dibibir aja."

"Anjing! Kesempatan dalam kesempitan lo mah." marahnya, sekilas pelan menampar wajah Chanyeol.

"Yaudah cium pipi gua."

Spontan gadis itu mencium lama pipi sang kakak. Jujur saja, perbedaan waktu kecil dan besar terasa sangat beda Jisoo rasakan. Mengingat betapa manjanya Jisoo terhadap Chanyeol. Kemana-mana selalu minta ditemani, hingga tidur harus dibacain dongeng. Yah, meskipun lucu untuk didengar. Tapi nyatanya Chanyeol menuruti selalu kemauan adik kesayangannya itu. Dan mengingat bahwa mereka berdua adalah saudara yang saling mencintai.

Jisoo mendekati tubuh besar Chanyeol. Merengkuh tubuh kekar, menenggelamkan wajahnya didada bidang sang kakak.

"Gua sayang banget sama lo bang."

"Gua juga sayang sama lo Jis. Sampai kapanpun, ga akan ada yang bisa ngegantiin posisi adik gue dihati gue Jis. Sekalipun itu orang adalah kekasih gue." kata Chanyeol, mengusap pelan surai hitam rambut panjang Jisoo.

"Tetap jadi abang yang selalu sayang gue yaa. Tetap jadi prioritas didalam hidup gue." ucapnya semakin memperkuat pelukannya.

"Iyaa Jisoo. Yaudah, sekarang kamu masuk sana. Belajar yang bener, gue mau adik gue sukses untuk kedepannya. Sekalipun tanpa bantuan dari gue."

Chanyeol melepaskan pelukannya pada Jisoo. Menatap lekat-lekat wajah sang adik. Ia menunjukan setengah tersenyum, lalu mencium dahi Jisoo dengan rasa kasih sayangnya. Sosok adik kecil yang manja, hingga saat ini terus ada pada diri Jisoo. Sifat lucu, keras, tak pernah hilang darinya. Kemauan yang ia inginkan, harus selalu tercapai. Kalau tidak, Jisoo bisa ngambekan hingga tidak akan makan selama beberapa hari.

PRANADIPTA ; jaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang