Bab 18

41.3K 8.5K 1.2K
                                    

Disuguhi pemandangan orang berpelukan membuat Seza merasa seperti obat nyamuk. Namun, kalau dilihat-lihat memang hanya Monika saja yang menempel seperti ulat bulu pada Deva, sedangkan laki-laki itu berusaha untuk melepaskan cekalan si nenek lampir.

"Dokter ada telepon nih," kata Seza berusaha bersikap biasa saja, untung tegurannya itu membuat Monika segera melepaskan diri dan memandang Seza dengan tatapan tidak suka. "Kamu ngapain di sini?" tanyanya ketus.

Seza mengabaikan tatapan nenek lampir itu, dia fokus memandang majikannya yang segera menjaga jarak dari Monika. Ingin sekali Seza berbisik di telinga nenek lampir ini. Tuh lihat, Deva gak suka lo peluk. Nyadar dong, Nek.

"Telepon nih, Dok." Seza mengulurkan ponsel milik Deva dan laki-laki itu langsung mengambilnya kemudian menjauh untuk mengangkat panggilan itu.

"Ngapain kamu di sini," ulang Monika karena Seza tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Kerja Mbak. Saya lagi nyuci piring, mau ikut nggak?" jawab Seza semanis mungkin walaupun aslinya dia sinis. Karena Seza alergi pada perempuan seperti Monika dia cepat-cepat kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.

Seza bersyukur perempuan itu tidak menyusulnya ke dapur. Namun, Seza jadi menebak-nebak apakah nenek lampir itu akan kembali memeluk Deva? Bagaimana bisa perempuan yang sudah memiliki suami memeluk laki-laki lain. Kalau dia bertanya pada Pak Ustad pasti jawabannya adalah "Harom."

Seza merasakan perasaan tidak enak, dia sendiri bingung kenapa timbul perasaan seperti ini. Kenapa ada perempuan tidak tahu diri yang langsung memeluk Deva seperti itu, tetapi kan Deva tidak membalas pelukan si lampir, bisik hati kecil Seza.

Setelah selesai mencuci piring Seza berjalan ke ruang tamu. Dia sih ingin pulang, tetapi membayangkan apa yang akan terjadi kalau dia membiarkan Deva berdua saja dengan wanita gila ini membuat Seza khawatir. Monika bisa saja menerkam Deva, dia kan persis singa bunting yang sedang kelaparan.

Saat sampai di ruang tamu terdengar perdebatan antara Deva dan Monika. Si nenek lampir sedang merengek agar Deva mengizinkannya tinggal di rumah ini.

Gelo sia!!! Maki Seza dalam hati.

Untungnya majikan Seza ini selain tampan juga terlahir waras. Dia berusaha menjelaskan pada Monika kalau dirinya tidak bisa membiarkan Monika menginap di sini. "Kamu itu istri Andre, Mon. Kamu nggak boleh kayak gini."

"Tapi aku mau cerai sama dia."

"Bukan berarti kamu bisa seenaknya tinggal di rumahku."

"Deva kamu nggak sayang aku?"

Seza ingin sekali muntah tapi akan lebih baik kalau muntahannya langsung mengarah ke wajah Monika yang benar-benar tidak tahu diri. Dia pikir perempuan seperti ini hanya ada di sinetron, ternyata dia melihat wujud aslinya. Tetapi kalau dipikir-pikir perempuan seperti ini memang banyak, itu kenapa banyak yang dicap pelakor dan tukang selingkuh, kan? Karena sifat mereka yang terlalu ganjen.

"Aku anterin kamu ke apartemen."

"Deva..." rengek Monika.

Deva memandang perempuan itu. "Aku anterin kamu ke apartemen atau aku telepon Andre sekarang."

Mendengar ancaman itu membuat Monika langsung terdiam.

"Za," panggil Deva.

"Ya?"

"Temenin saya anter Monika ya."

"Eh?"

"Kenapa dia harus ikut?" protes Monika.

Gara-gara Corona (TERBIT DI GOOGLE PLAYBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang