Diusianya yang baru menginjak angka tiga puluh dua, Jungkook sudah menjelma menjadi seorang pengusaha muda yang cukup sukses.
Ia tidak dilahirkan ditengah-tengah keluarga kaya raya. Ayah dan Ibunya hanya memiliki perkebunan jagung yang luasnya tidak seberapa. Setelah menempuh jenjang sekolah menengah atas, Jungkook berjuang untuk mendapatkan beasiswa di kota dan lulus dengan predikat terbaik.
Pemuda bermarga Jeon itu juga pernah bekerja dibeberapa perusahaan guna mengumpulkan modal, sampai akhirnya ia bisa mengelola beberapa cabang restoran dan kafe hanya dalam kurun waktu empat tahun saja.
Perjuangan memang tidak pernah mengkhianati hasil. Jungkook tidak hanya pernah jatuh sekali atau dua kali saja. Namun berkat tekad dan kerja kerasnya, sampai pada detik ini ia nyaris mampu membeli apapun yang diinginkannya.
Jungkook bahkan membangun sebuah rumah didesa untuk ditinggali oleh kedua orang tuanya. Ia juga membeli perkebunan atas nama orang tuanya, dan membayar banyak petani untuk mengelolanya (yang tentunya seluruh keuntungan panen akan diberikan langsung kepada sepasang paruh baya itu).
Kini kedua orang tua Jungkook hanya tinggal bersantai, menikmati masa tua mereka dengan tentram dan damai.
Namun kendati hidupnya nyaris sempurna, Jungkook tetap hanya akan melemparkan senyum kaku, lengkap dengan sekelumit getir didalam dada tatkala Ayah dan Ibunya berujar, 'Kapan kau akan menikah, Nak?'
Oh, ya ampun! Ini benar-benar terasa sulit. Selama ini Jungkook hanya fokus pada pendidikan dan pekerjaannya sampai lupa bagaimana caranya mencari pasangan hidup.
Bak laki-laki pada umumnya, Jungkook juga pernah melakukan one night stand dengan seorang gadis yang ia temui di bar. Jika dipresentasikan, mungkin hanya terhitung satu atau dua kali saja dalam kurun waktu beberapa bulan. Ia akan melakukannya jika memang sedang berada dalam fase stress dan frustrasi akan problematika kehidupan.
Tak sedikit pula gadis-gadis yang bersedia menawarkan diri secara cuma-cuma untuk dipersunting oleh Jungkook. Yah, memangnya siapa yang tidak mau dengan laki-laki tampan dan mapan seperti Jeon Jungkook?
Tapi untuk mencari seorang gadis yang akan ia cintai dan mencintai dirinya sepenuh hati, bersedia berjuang serta menghabiskan masa tua bersamanya--tentu hal itu bukanlah persoalan yang mudah.
Semalam Ayah dan Ibunya kembali menghubungi Jungkook dengan membahas hal yang sama. Untuk sejenak, pemuda itu jadi merasa bersalah sekaligus tertekan. Pasalnya, bahkan sampai detik ini belum ada tanda-tanda kalau Tuhan akan mengirimkan calon istri yang cocok untuk Jungkook.
"Selamat datang, Sajangnim.."
Seluruh karyawan restoran ini menyambut kedatangan sang Tuan kendati pemuda itu hanya memasang wajah setengah frustrasi plus sedikit tarikan dikedua sudut bibir. Jungkook memang sedang mengunjungi satu dari belasan cabang restorannya yang tersebar di negara ini.
Namun belum sempat kakinya melangkah masuk ke dalam ruang kerja pribadinya, tiba-tiba--
PRANG!!
"Dasar bodoh! Kau ini bisa kerja, tidak, sih?!"
Jungkook menahan napas sembari memejamkan mata sejenak saat suara-suara keributan itu mendobrak masuk ke dalam rungunya. Demi Neptunus! Ini bahkan masih pagi dan suasana hatinya sedang tidak terbilang bagus.
Jungkook segera memutar langkahnya untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa ini?"
Suasana ditempat kejadian cukup mencekam dengan lantunan suara Jungkook. Ada beberapa karyawan yang hanya bisa tertunduk, satu orang sedang membereskan serpihan kaca dengan raut wajah takut, sementara satu orang lainnya melangkah mendekat pada Jungkook.
"Maafkan saya, Sajangnim. Saya tidak becus mengajari karyawan baru itu. Hukumlah saya.." ucap karyawan wanita bernama Jung Hyemi itu.
Jika ditilik dari perangainya, gadis bermarga Jung itu merupakan leader karyawan dari cabang restoran ini. Namun bukannya terpukau akan cara kerja Hyemi yang menunjukkan seberapa besar tanggung jawabnya, Jungkook justru malah memasang sekelumit senyum miring.
Merendah untuk meroket? Oh, Jungkook sudah terlampau sering bertemu dengan manusia semacam ini.
"Iya, benar. Kau memang belum mampu mendidik seluruh karyawan disini. Apa kau pikir berteriak kasar seperti itu akan membuat seluruh bawahanmu mengerti? Kau hanya perlu mengajarinya, bukan merendahkannya." ucap Jungkook pada Hyemi. Pemuda itu lantas mendekati si karyawan baru yang masih memunguti sisa-sisa serpihan kaca di lantai, dan ikut menunduk untuk membantunya.
Hyemi menatapnya dengan sekelumit rasa kesal didalam dada, sementara seluruh karyawan disini diam-diam bersorak senang dalam hati.
"Apa kau terluka?"
Seorang gadis berambut hitam yang tak lain adalah karyawan baru itu hanya menggeleng ragu, setengah cemas dan takut. "T-tidak, Sajangnim.." sungguh, ia sangat takut akan kehilangan pekerjaannya karena tak sengaja memecahkan dua buah gelas hari ini.
Jungkook menghela napas pelan tatkala mendapati aliran darah kecil yang mengalir dari ujung jari telunjuk si gadis. "Kau terluka, Nona. Kau boleh istirahat atau pulang saja kalau--"
"A-ah, tidak! Tidak, Sajangnim! Aku baik-baik saja. Aku masih bisa bekerja dengan baik. Tolong maafkan kesalahanku!" gadis itu segera berdiri dan membungkuk berulang kali sembari memohon maaf pada Jungkook.
Jujur saja, Jungkook sempat terkejut. Ia segera menyapu pandangannya ke arah seluruh karyawan dan menyuruh mereka untuk meninggalkan ruangan ini, dengan memberikan kode melalui matanya.
Kini hanya tinggal dirinya beserta karyawan baru itu ditempat ini. Dengan perlahan, Jungkook memegang pundak si gadis dan membuatnya kembali berdiri tegak. "Kau tidak akan dipecat hanya karena memecahkan dua buah gelas, Nona. Kau tidak perlu khawatir. Tapi tolong jangan memaksa dirimu sendiri."
Gadis berusia dua puluh tahun itu masih menundukkan pandangannya, sama sekali tak berani untuk menatap sang lawan bicara meski hanya sepersekian detik saja. Tapi, sungguh. Ia merasa sedikit lebih tenang karena ia benar-benar tidak kehilangan pekerjaannya kali ini. "T-terima kasih, Sajangnim.."
"Siapa namamu?" Jungkook mengangkat dagu si gadis untuk menatapnya.
"Lisa." gadis itu berkedip lambat, berusaha memberanikan diri saat balas menatap sang Tuan, kemudian melanjutkan. "Namaku Lalisa Hwang, Sajangnim.."
Jungkook sedikit terkesiap. Hey, mengapa ia baru menyadari kalau gadis ini memiliki netra hazel yang sangat berkilau dan terlampau indah? Ada ceruk rasa takut sekaligus kemurnian yang terpancar nyata di dalamnya.
Dan lagi... Mengapa mata Lisa seakan mengingatkan Jungkook pada seseorang?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
summer light | lizkook✔
Fanfic[M] Hanya sepenggal kisah tentang Jeon Jungkook yang tak pernah menyangka kalau ternyata dirinya sudah berstatus menjadi seorang Ayah. Started : 250920 Finish : 301120