🍇7

15.8K 2.3K 261
                                    

Kepala Jungkook mendadak terasa begitu nyeri, seolah tengah terikat oleh sebuah tali tak kasat mata dengan sangat-sangat kuat tatkala memori dimasa lalu mulai terpampang dengan nyata dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepala Jungkook mendadak terasa begitu nyeri, seolah tengah terikat oleh sebuah tali tak kasat mata dengan sangat-sangat kuat tatkala memori dimasa lalu mulai terpampang dengan nyata dihadapannya.

Lalisa Hwang, seorang gadis yang tengah menatapnya dengan dahi berkerut itu adalah gadis yang sama. Gadis yang benar-benar sama seperti seorang gadis yang keperawanannya ia renggut secara paksa lima tahun yang lalu.

"Sajangnim.. Kau baik-baik saja?" Lisa bertanya-tanya dengan penuh rasa bingung, mendapati bosnya memasang wajah tegang disertai bulir-bulir keringat sebesar biji jagung yang mengaliri sekitar dahi.

"A-ah, y-ya. Aku baik-baik saja."

Lisa mengangguk-angguk, mengerti. Mencoba memahami ekspresi wajah dari pria dihadapannya. "Kau tidak perlu berpikir terlalu keras, Sajangnim. Bisa saja, pemuda brengsek yang telah memperkosaku itu hanya kebetulan memiliki wajah yang mirip dengan temanmu. Jadi, bukan berarti dia yang melakukannya."

Tidak, Lisa. Kau salah. Kau sudah salah besar. Pemuda brengsek yang memperkosamu waktu itu justru tengah terduduk disisimu saat ini. Seseorang yang telah mengantarmu pulang dengan selamat. Seseorang yang kau bukakan pintu dan biarkan masuk tersebut merupakan pemuda bajingan yang telah merenggut kehidupanmu yang semula begitu indah.

Melihat senyuman tulus yang ditunjukkan oleh gadis itu, setidaknya mampu membuat hati Jungkook berdenyut ngilu. Astaga, apa yang sudah kau lakukan, Jung? Kau sudah menghancurkan hidup seorang gadis dan membuatnya terjebak dalam kesulitan selama bertahun-tahun. Ditambah lagi, kau membiarkan gadis itu mempertahankan dan merawat darah dagingmu seorang diri.

Jungkook benar-benar ingin menitikkan air mata. Perasaan bersalah serta penyesalan itu mencekiknya kuat-kuat hingga menghasilkan rasa sesak yang begitu luar biasa. Pria tersebut nyaris mengangkat kedua tangannya, hendak memeluk Lisa dan membisikkan kata maaf berulang kali sebelum niat tersebut cepat-cepat ia urungkan. Masih pantaskah dirinya memohon ampun atas kesalahan fatal yang pernah dilakukannya? Bahkan kalau ia harus bersujud pada kedua kaki Lisa hanya untuk mendapatkan ampunan, ia sungguh akan melakukannya.

Namun Jungkook menyadari bahwa sekalipun ia memohon maaf pada Lisa, gadis itu belum tentu akan mengampuninya. Ia benar-benar takut kalau Lisa takkan mengizinkannya untuk bertemu dengan Aera--darah dagingnya, seumur hidup.

Ya, benar. Aera. Jeon Aera. Gadis kecil yang kini sedang melangkah keluar dari kamarnya sembari mengucek mata dengan menggemaskan itu. Seharusnya Aera menyandang marganya. Jeon.

"Ibu.. Aku tidak bisa tidur.." Aera menghampiri Lisa. Sangat jelas terlihat kalau sebenarnya gadis kecil itu sudah lelah dan mengantuk. Hanya saja, dunia mimpi masih enggan menyambutnya dan membiarkannya terlelap dengan nyaman.

"Kenapa, hm? Apa penghangat ruangannya mati? Biar Ibu periksa dulu, ya." Lisa segera mendudukkan Aera diatas sofa, sementara dirinya sendiri segera berlalu untuk memeriksa mesin penghangat ruangan tua yang berada dikamar Aera.

Jungkook balas menatap gadis kecil itu yang kini tengah memandangnya dengan kelopak mata yang berkedip lambat. Netra hazelnya sangat mirip seperti milik Lisa, sementara bentuk hidung dan bibirnya sangat mirip dengan Jungkook. Sungguh perpaduan yang sempurna. Seketika, jantungnya benar-benar terasa seperti diremas kuat dan dihancurkan begitu saja.

Benar, Aera benar-benar putrinya. Seharusnya sejak awal Jungkook bisa memfasilitasi kehidupan Aera dengan lebih baik lagi. Ia bisa memberikan tempat tinggal yang besar dan makanan yang enak serta bergizi untuk putrinya. Namun lagi-lagi, penyesalan hanya tinggalah penyesalan. Kini Jungkook hanya bisa memandangi darah dagingnya sembari menahan lelehan air matanya sekuat tenaga, tak membiarkannya meluncur begitu saja sebab tak ingin menimbulkan kecurigaan.

Tapi disana, si kecil Aera malah merapatkan posisinya dengan Jungkook. Pria itu tak pernah menyangka kalau gadis mungil tersebut akan mengulurkan tangan kanan untuk kemudian memberikan usapan lembut pada pipinya. "Paman.. Jangan bersedih.."

Jungkook menggigit bibir bawahnya yang bergetar, mati-matian menahan tangis. Ia yakin kalau Aera sama sekali tidak mengetahui mengenai penyebab mengapa bola matanya mendadak mulai memerah seperti ini. Hanya saja, gadis itu memiliki feeling yang kuat bahwa saat ini pria tersebut sedang dirundung pilu. Iya, pria yang tak pernah ia duga sebagai Ayah kandungnya sendiri.

Melihat Jungkook yang masih terdiam dan tak memberikan jawaban apapun, membuat Aera lantas bangkit dan memeluk tengkuk si pria--merengkuhnya dengan hangat menggunakan tubuh kecilnya. "Ibu bilang, kesedihan bisa hilang kalau mendapatkan pelukan. Jadi Paman jangan sedih-sedih lagi, ya?"

Hancur..

Pertahanan Jungkook nyaris hancur ketika mendapatkan pelukan yang begitu menenangkan dari putrinya. Ia membalas rengkuhan itu, mengusap puncak kepala serta punggung Aera secara bergantian--melampiaskan kerinduan yang tiba-tiba datang menyerbu jiwanya secara membabi-buta.

Ayah. Seharusnya Aera bisa memanggilnya dengan sebutan Ayah. Jungkook mendongak, berusaha untuk menahan air matanya agar tidak tumpah begitu saja.

Jungkook tahu bahwa kehadiran Aera hanya dilatarbelakangi sebuah insiden menyakitkan yang dialami oleh Lisa, bukan diawali dengan sebuah momen manis dimana mereka melakukannya dengan penuh cinta. Tapi entah mengapa, saat mengetahui bahwa Jungkook memiliki seorang putri, hatinya begitu teriris pedih--berada diantara bahagia dan kepiluan, nyaris serupa dengan apa yang dirasakan oleh Lisa.

Perbedaannya terletak pada faktor rasa sakit. Lisa mengalami luka yang mendalam karena ia telah diperkosa dan dibuat menderita setelahnya, sementara Jungkook mengalami kepedihan akibat penyesalan dan juga kenyataan bahwa darah dagingnya sama sekali tidak mengenali dirinya sebagai sosok Ayah.

Namun, jauh didalam lubuk hati masing-masing, baik Lisa maupun Jungkook sama-sama merasakan kebahagiaan yang tak terhingga berkat kehadiran Aera.

Lisa terkesiap tatkala mendapati momen Aera dan Jungkook yang sampai saat ini masih saling memeluk dengan hangat. Entah bagaimana bisa hatinya menjadi ikut menghangat dengan nyaman seperti ini.

Lisa... sama sekali tidak mengerti.

To Be Continued

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
summer light | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang