15

26 2 0
                                    

S e l a s a ,  0 7 . 1 5 .

°°°

SARAPAN sudah tersedia di meja makan, tapi Ella belum menampakkan batang hidungnya. Ama-nya bingung, apakah anak tirinya itu pergi tanpa bilang-bilang lagi? Suaranya mulai menggema memenuhi sepenjuru isi rumah dengan panggilan nama Ella. Membuat Ijal yang sudah terbangun dari tidurnya sejak tadi memilih keluar kamar untuk mengetahui apa lagi yang tengah dilakukan oleh Ama-nya. Demi mengetahui lebih jauh apa yang tengah dilakukan anak tirinya atau apakah dia malah pergi lagi? Wanita itu beranjak ke lantai 2, tempat kamar anak tirinya berada. Dia ingin tahu yang sebenarnya.

Wanita itu mengetuk pintu kamar Ella, memanggil-manggil namanya dengan lembut. Dibantu Ijal, dia berusaha membuka pintu kamar anak tirinya yang terkunci dari dalam. Tapi setelah dilihat, ternyata kuncinya tidak tertanggal di pintu. Itu memudahkan mereka membuka pintunya dari luar.

"Jal, ambil kunci cadangan di kamar Ama kayaknya ada," pinta wanita itu, dan langsung dituruti oleh Ijal. Dia juga ingin tahu keadaan adik tirinya yang entah kenapa belum bersiap-siap berangkat sekolah.

Ijal kembali, membawa kunci cadangan kamar Ella. Dengan sabar, wanita itu memasukkan kunci ke dalam lubang kenop dan membukanya. Matanya mengangkap Ella yang terbalut selimut, sangat menggigil dan terguncang. Terburu-buru, langkahnya menghampiri ranjang yang ditiduri anak tirinya. Membuka sedikit selimut yang membalut setengah wajahnya yang nampak memerah juga memucat.

Tangannya dia tempelkan ke dahi Ella, betapa terkejutnya dia. Panas menjalar ke permukaan tangan yang menempel di dahi anak tirinya. Sangat panas, sampai hawanya terasa ke sekitarnya. Perlahan, Ama-nya membelai pipi Ella yang juga terasa panas.

"Astagfirullah, panas banget, Ya Allah." Ama-nya menoleh, hendak memastikan Ijal masih ada di belakangnya. "Jal, beliin obat demam di apotek, Jal!" Seketika dia menjadi panik, menyuruh agar anaknya dengan cepat membeli obat pereda demam di apotek terdekat.

"Ya Allah, Ella ... " Wanita itu meringis setelah mendengar desisan dari mulut Ella. Pastilah dia merasa sangat tidak nyaman dengan panas yang menyerang tubuhnya.

Ada apa dengan anak tirinya itu sebenarnya? Dia memang terbiasa tidak makan malam, tapi kondisi Ella semalam membuatnya khawatir. Apa yang terjadi saat dia di sekolah? Tanpa menunggu lama, badannya beranjak menuju dapur, mengambil air hangat dan kain yang akan dia gunakan untuk mengompres dahi Ella supaya demamnya turun sedikit demi sedikit.

Ijal sampai di rumah begitu Ama-nya selesai memasak bubur untuk Ella. Entah kenapa dia memilih untuk membuatnya sendiri daripada membeli di pengkolan depan perumahan. Sembari mengompres, wanita itu menyuapi Ella yang membuka mulut saja sepertinya tampak sulit. Wajahnya memerah, bibirnya pucat sepenuhnya. Matanya terpejam, dan tidak dapat dia buka karena telah menangis semalaman.

Dengan telaten, Ama-nya menyuapi gadis itu. Sembari menatapnya cemas, berharap semoga dia baik-baik saja. Mulutnya meniupi bubur yang sudah tersendok, dan menyuapinya ke mulut Ella dengan lembut. Setelah habis, obat yang barusan Ijal beli dia gerus dan dia suapi ke dalam mulut Ella. Spontan Ella sedikit mengeluarkan kembali obat yang dirasa-ras pahit oleh lidahnya. Matanya terbuka sedikit, napasnya terasa panas. Sama-samar dia melihat seorang wanita tengah mengelapi selimut juga dagunya yang terkena muntahan obat.

"Pahit, ya? Ayo, ini minum susu, biar pahitnya hilang." Dagu Ella sedikit terangkat, dapat dia rasakan rasa manis hambar dan hangat menyapa bagian dalam mulut serta kerongkongannya.

Napas beratnya dia lepas. Gadis itu merasa seperti, seolah-olah almarhumah ibunya berada disampingnya. Merawatnya dengan telaten dan penuh kasih sayang ketika terserang sakit. Tapi semenjak sang ibu meninggal dunia, Ella tidak pernah jatuh sakit lagi anehnya. Setelah selesai meminum satu teguk susu hangat, Ama-nya membaringkan Ella ke posisi yang benar dan nyaman. Kemudian beranjak untuk mengembalikan nampan berisi bubur obat yang tadi dia bawa.

Cinder'Ella' | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang