01

164 14 5
                                    

S e n i n , 0 7 . 3 5

◻◻◻

LANGKAH kakinya bergerak cepat, tergesa-gesa dan terburu-buru. Nafasnya sudah tercekat di tenggorokan. Bayangkan saja, Ella yang baru selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya pagi-pagi dengan cepat yang disuruh oleh ibu tirinya dan harus langsung pergi ke sekolah juga.

Sepeserpun uang dari tangan sang ibu tak diterimanya, padahal ia sangat butuh itu untuk sarapan atau sekedar beli camilan dikantin sebagai pengisi perutnya yang kosong sedari malam.

Ella berlari dari rumahnya yang berjarak lumayan jauh dari sekolah. Ia tak memilih naik angkutan umum karena ia tahu bahwa jalan raya jam segini pasti macet parah, tak bisa bergerak. Makanya, gadis yang dielu-elukan sebagai "Cinderella Zaman Now" itu berinisiatif untuk berlari saja supaya lebih cepat sampai SMA GARUDA.

Sesampainya di depan gerbang SMA GARUDA, gadis berambut cokelat itu dikejutkan oleh kehadiran pak Karyo yang berada didepan gerbang, menunggu dan mengawasi siswa yang telat. Untungnya, beliau sedang menghadap kearah lapangan Upacara yang sekarang sudah terisi dengan beberapa siswa yang telat.

Perlahan dan dengan mengendap-endap, Ella berjalan menuju tembok samping sekolah yang merupakan jalan masuk rahasia para siswa yang terlambat. Sebenarnya, ia juga baru pertamakali mencoba untuk melihat kesana. Tapi, apa boleh buat? Ia memang sedang sangat terdesak saat ini.

Sesampainya di tembok samping sekolah, seorang lelaki berseragam yang sama dengannya sedang berusaha memanjat dinding kokoh yang terbangun di sana.

Menyadari bahwa dirinya tidak sendirian, lelaki itu menoleh. Wajah kusamnya terlihat jelas oleh Ella, tapi ia masa bodoh. Si pemanjat tembok langsung tergagap dan gugup karena ketahuan melakukan hal kriminal kecil disekolah.

Posisinya masih nemplok didinding, tangannya mencengkram erat tembok paling atas. "L-lu mau masuk juga?" tanya dia sambil menunjuk gedung putih dihadapannya.

Ella mengangguk.

Detik selanjutnya, Ella memanjat tembok paling awal dengan dibantu oleh lelaki yang juga terlambat itu. Gadis berambut cokelat itu berusaha sekeras apapun supaya tidak terlalu merepotkan teman yang membantunya naik dibawah.

Tak cukup lama, Ella telah memijakkan kakinya didalam area sekolah. Tangannya bergerak menepuk-nepuk rok almamaternya yang penuh dengan pasir.

"Woi, cepetan! Gue tungguin didalem!" ujar Ella setelah teringat akan teman laki-laki satu sekolahnya yang masih berada diluar tembok samping.

"Lu ke kelas aja paol! Ntar malah kena omel guru lu. Biarin gua usaha sendiri," sahutnya dengan suara yang berat karena dirinya sedang berusaha keras memanjat tembok samping sekolah.

Ella ragu, "Gapapa, nih?" tanyanya berusaha meyakinkan laki-laki yang baru saja membantunya.

"Iye!"

Jawaban terakhir dari luar sana membuat Ella langsung melesat ke kelasnya sembari merapal do'a semoga pak Parman belum mengisi jam kelasnya.

Sial.

Sayangnya, pak Parman sudah ada didepan kelas tengah menerangkan pelajaran Matematika yang tidak ia suka bahkan ia benci. Dengan segenap hati tanpa ragu, Ella memunculkan diri didepan pintu kelas.

Cinder'Ella' | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang