04

76 9 2
                                    

°°°

"KESIAN lu, Wal. BWAHAHAHAHAHHAHA."

"APES-APES,"

Tawa kedua kelas yang jam pelajarannya sedang dipegang pak Reno pagi itu pecah. Salah sendiri, siapa yang suruh Awal menyeletuk hal yang menyulut emosi pak Reno yang sudah lebih dulu emosi karena gaduhnya anak-anak.

Yang dihukum hanya pasrah dan memasang wajah datar. Eka adalah siswi perempuan yang menertawai lelaki itu paling kencang. Terbahak-bahak, dan mungkin dipikir Eka kapan lagi bisa mentertawakan Awal se-ngakak ini?

Ella, Alma, dan Ratri juga ikut tertawa dan terbahak-bahak karena mendengar suara bahakan Eka yang gurih SEKALI.

Setelah puas mentertawakan Awal, mereka semua kembali mengambil posisi di kubu kelas masing-masing. Akan ada pengambilan nilai akhir bulan, yaitu praktek basket. Tim nya dibentuk sendiri, keinginan sendiri, dan bebas.

Pastilah, Harris, Latif, dan Awal yang sudah selesai dengan hukumannya berkumpul dengan Ratri, Eka, dan Ella. Tapi, Alma tidak ikut karena pening yang kambuh menyerang kepalanya lagi.

Dua tim antar kelas sudah siap. Harris, Latif, Awal, Ratri, Eka, dan Ella melakukan "Tos" terlebih dahulu untuk menunjukkan ke-solid-an tim mereka.

Di depan mereka sekarang, ada Ragil, Lintang, Gama, Hani, Amel, dan Tirta. Lawan yang akan mereka hadapi.

PRIIIIITT

Suara peluit yang ditiup berdering keras, menggema di gendang telinga setiap anak-anak. Permainan dimulai.

Pertamakali, bola basket dalam kendali Harris. Lelaki itu sangat mahir dalam mengontrol bola basket dalam genggamannya. Kemudian, passing ke Awal. Lelaki berambut spike ini juga tak kalah hebatnya dari Harris.

Setelah mengelabui lawan, Awal mem passing bola basket ke Ella yang sedari tadi ikut waspada mengikuti gerakan Harris dan Awal. Sekarang, waktunya Ella beraksi. Gadis berambut cokelat wavy yang biasanya terkenal dengan sebutan princess itu akan mempertontonkan sifat tomboy nya walaupun hanya sedikit.

Dengan mudah, ia melewati hadangan Amel dihadapannya. Namun, mimpi buruk telah tiba. Seseorang bertubuh tinggi tiba-tiba saja muncul dihadapannya. Ella yang tidak melihat tanda-tanda kehadirannya terpaksa harus menubruk keras dada bidang lelaki yang entah siapa itu.

Disaat Ella dalam keadaan buyar, lelaki itu dengan mudahnya merebut bola basket dari genggaman kedua tangan Ella.

"Tang, ambil nih!"

Suara bariton Ragil terdengar sangat keras. Ella yang tidak sudi bola basketnya direbut langsung lari secepatnya mengejar Ragil yang tidak jauh dari tempatnya berada.
Belum sempat Ragil melempar bola basket kepada Lintang, perempuan itu sudah berada hadapannya. Kedua tangannya berusaha keras merebut kembali sesuatu yang sebelumnya ada ditangannya.

"IH, gue duluan!"

"Nggak usah rebut-rebut, dong!"

Ragil terbahak-bahak keras, "OMG BETINA SEKALI WAHAHAHAHAHA,"

Karena sudah terlanjur kesal, Ella menginjak kaki Ragil dengan sepenuh hati karena benci. Yang terinjak kakinya hanya bisa mengerang kesakitan. Tak lupa, Ella menambah luapan emosi nya itu dengan menendang tulang kering Ragil. Yang terkena tendangan menambah erangannya semakin besar.

"SIT PELANGGARAN, SIT. Wadoooh, sakit banget ini, Pak!"

Ragil memegangi tulang keringnya yang terasa sangat nyeri.

Cinder'Ella' | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang