19 | Persiapan

30 4 0
                                    

10/06/14 , 0 9 . 0 5 .

°°°

AULA SMA GARUDA dipenuhi beberapa siswa-siswi terpilih dari kolaborasi kelas XI IPA dan Bahasa. Kemarin, sudah diberitahu oleh pak Diman kalau pada tanggal 26 Juni mereka akan mengadakan Pentas Seni dan Perpisahan kelas XII. Murid kelas 11 ditugaskan untuk menampilkan pentas drama, dan terbagi ke dalam 3 tim: IPA, dan Bahasa. IPA, dan IPS. IPS, dan Bahasa. Masing-masing dari tim memiliki kewenangan sendiri untuk menentukan teman dan judulnya tergantung pada siapa yang menulis naskah. Setiap tim disutradarai atau dipantau salah satu perwakilan dari OSIS. Seperti:

IPS, dan Bahasa. Drama: Tabir Putih Hasil Juang Merah.
Sutradara: Fiya
Narator: Fandi
Penulis Naskah: Karina dan Zahrin

IPA, dan IPS. Drama: Portal Hubung Zaman Dahulu.
Sutradara: Dion
Narator: Anika
Penulis Naskah: Aryo dan Danang

IPA, dan Bahasa. Drama: Cinderella.
Sutradara: Raihan
Narator: Fathur
Penulis Naskah: Anandhita dan Arin

Dibanding drama milik tim lain, tim IPA dan Bahasa tampak menganehkan. Karena tidak seperti tema yang sewajarnya. Ella dan Ragil pun bingung, kenapa juga harus mereka berdua yang dijadikan pemeran utama.

"Kok gua dipasangin jadi Pangeran sama dia?"

Arin, si penulis naskah menoleh. Kemudian mengacungkan jari telunjuknya ke depan bibir, mengisyaratkan Ragil untuk tidak mengoceh ataupun membantah.

Membuat Galih yang berada di sebelahnya sebagai peran pendukung terbahak-bahak. "Kagak boleh gitu, Gil, sama pacar."

Tangan kanan Ragil terangkat, setelah itu menodongkan sikutnya ke arah wajah Galih. "Gua sama Ella nggak pacaran, paok." Lelaki itu menepis tuduhan yang diberikan.

"Lagian, aneh banget. Dramanya kenapa harus Cinderella? Nggak yang lain, gitu?" Kepala Ragil menoleh, menatapi Ella yang juga menyuarakan aspirasinya.

Pertanyaannya belum terjawab oleh siapapun, seorang perempuan dengan rambut yang dikuncir kuda melongok ke dalam ruang Aula. Memperhatikan keadaan disana kondusif atau tidak.

"Ris? Aman?"

Si empunya nama menoleh ke arah orang yang menongolkan kepalanya saja. "Tuh, tanya ke ketua MPK."

Ella menolehkan kepalanya, "Fid! Kenapa gue harus jadi pemeran utama? Terus, kenapa dramanya harus Cinderella? Nggak yang lain gitu, yang lebih waw."

"Oh, sorry, sorry. Gue belum ngasih tau." Fida memasuki ruang Aula, membuat setiap pandangan mata tertuju ke arahnya. "Jadi, tema drama tim PABa itu udah ditentuin sama pak Parman. Beliau yang maksa gue buat nerapin itu, terus nyuruh Arin sama Anandhita buat nulis naskahnya. Emang kenapa, La? Ada masalah?"

Mendadak kikuk, Ella tidak bisa menjawab pertanyaan nyalang dari Fida. "Ya, nggak, sih."

"Ada, Fid!" Bram mengangkat tangannya.

Gadis yang mengemban tanggung jawab sebagai ketua MPK itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Apa?" Dagunya terangkat.

"Beneran gua meranin tikus?"

Seketika, tawa semua orang yang berada di ruangan itu meledak dan menggema. Membuat Aula itu penuh dengan sahut-sahutan suara bahakkan. Hingga Fida pun ikut tergelak bersama.

"Tanya sama sutradaranya, tuh," sahutnya dengan tawa yang masih belum selesai.

Bram menolehkan kepalanya ke arah Raihan yang berdiri di podium yang juga tengah menatapnya datar, membuat Bram memasang wajah memelas.

Cinder'Ella' | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang