Lima

8.4K 116 5
                                    

PAGI Harinya setelah Adiwidya menyiapkan makanan untuk Pak Lek dan Bu Leknya, ia bergegas ke sungai untuk mencuci pakaian kotor. Ia berjalan bersama dengan Nining dan kedua anaknya.

Masih banyak rumah penduduk desa yang belum memiliki kamar mandi pribadi dikarenakan belum adanya sambungan pipa air, termasuk rumah yang dihuni oleh Adiwiya.

Tapi bukan berarti yang telah memiliki kamar mandi pribadi, mereka mempunyai sambungan pipa air. Karena nyatanya, mereka masih harus berjalan dari rumah mereka ke sungai untuk mengambil air dan mengisi bak mandi mereka.

Di desa, hanya rumah Juragan Hasan yang mempunyai kamar mandi pribadi, lengkap dengan sambungan pipa air yang terhubung langsung dengan air sungai. Rencananya, Juragan Hasan juga hendak memasangkan rumah penduduk desa sambungan pipa air agar memudahkan mereka semua, tapi entah kapan rencana itu akan terealisasi.

"Hari ini kamu ada kegiatan apa?" tanya Nining.

"Di rumah aja, Mbak. Kenapa?" Adiwidya bertanya balik.

"Oh. Hari ini tidak ke balai desa ngajar anak-anak?"

"Belajarnya dilanjut lusa, Mbak. Hari kamis." Nining mengangguk.

"Kalau gitu boleh titip anak-anak tidak? Kemarin kan mereka tidak ikut belajar dengan anak-anak lain, kamu ajari mereka, ya."

"Boleh, Mbak. Tapi Mbak mau ke mana?" Biasanya kalau Mbak Nining menitipkan anak-anaknya, hanya ada dua alasannya. Pertama, karena ingin menghabiskan waktu bersama dengan suaminya dan kedua, ingin mendatangi rumah mertuanya yang berada di desa sebelah.

"Biasa, aku dengan Mas Karyo mau ke rumah orang tuanya. Kalau bawa anak-anak, takutnya sampai sana malah repot." Adiwidya menganggukkan kepalanya.

"Mbak di sana bermalam atau langsung pulang?" tanya Adiwidya.

"Belum tahu, tapi kayaknya langsung pulang. Aku gak enak merepotkan kamu terus," jawab Nining.

Adiwidya tersenyum. "Apa sih, Mbak ini, kayak sama siapa saja."

"Kalau Mbak bermalam di sana, aku tidak apa-apa kalau harus jagain anak-anak, Mbak," lanjut Adiwidya.

"Kalau bukan kamu lagi, ke mana lagi aku harus titip anak-anak. Sudah jagain anak susah, gak dapat apa-apa lagi." Adiwidya tertawa.

"Hitung-hitung kalau Mbak menginap di sana, Mbak bisa habiskan waktu berdua dengan Mas Karyo tanpa gangguan dari anak-anak." Nining memukul pelan lengan Adiwidya.

"Sudah ah, lebih baik kita segera ke sungai, nanti kita kesiangan pulang ke rumah." Adiwidya tertawa melihat tingkah Mbak Nining yang malu karena digoda olehnya.

Sesampainya di sungai, sudah banyak orang yang sedang mandi dan mencuci pakaian kotor masing-masing. Adiwidya dan Nining mencari lokasi mereka sendiri, kemudian segera mencuci pakaian mereka. Sedang anak-anak Nining telah berbaur dengan anak-anak lainnya yang telah sampai duluan di sungai.

Waktu berlalu dengan cepat, satu persatu orang-orang akhirnya selesai dengan kegiatan mereka masing-masing, sama halnya dengan Adiwidya dan Nining.

"Aku kasih makan anak-anak dulu supaya kamu gak repot sebentar," kata Nining setelah mereka sampai di depan rumahnya.

"Iya, Mbak. Aku juga mau bantu Bu Lek dulu untuk bersih-bersih rumah," balas Adiwidya.

Menjelang siang, Nining dan Karyo, beserta kedua anak-anaknya datang ke rumah Adiwidya.

"Tole, Nduk, nanti jangan nakal ya kalau emak sama Bapak gak di rumah, jangan repotkan Budhe Adiwidya," kata Nining menasehati anak-anaknya.

"Iya, Mak," sahut keduanya patuh.

AdiwidyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang