44 - Break

243K 22.2K 6.7K
                                    

❗Kita klarifikasi dulu yuk🤗

1. Cerita ini belum tamat kok😉
Kamu kena prank dari VZ (bagi yang merasa cerita ini sudah end wkwkwk) Padahal VZ gak ada bilang end loh di chapter kemarin.

Atau kalian mau end aja?

2. VZ terharu melihat antusias kalian hingga cerita ini bisa nembus 1M reads😭.
Makasi kalian semuanya❤️

3. VZ gak gantungin cerita ini kok. Tenang, tenang. VZ hanya butuh waktu yang banyak untuk membagi tugas di dunia oranye dan dunia nyata.

4. Intinya VZ mau bilangin makasih banyak-banyak untuk kalian, karena sudah mendukung cerita Dosen Bucin ini. Jangan lelah untuk semangatin VZ ya🤗

VZ tunggu nih spam komennya🤩
Maap juga baru bisa update sekarang🤞

Happy reading😍😍😍

*****

Sarah Annara

Entah sudah berapa lama aku menangis sesenggukan di taman yang ada di belakang resort, tapi hingga saat ini Pak Gian tidak mencariku.

Bangsat.

Kenapa aku jadi berharap dia mengejarku.

Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat karena aku merasa tidak terima diputuskan. Harusnya kan aku yang minta putus. Aku tidak mau dicampakkan, harusnya aku yang mencampakkan, dia pikir dia doang laki-laki ganteng di dunia ini.

Huhh.

Hati perih, mata perih, suara juga habis, tenggorokanku sakit. Sial, aku akan menuntut Pak Gian untuk perawatan.

Aku menatap layar ponselku yang sudah menampilkan pukul 11 malam. Dan tak ada satupun panggilan telepon atau WhatsApp dari Pak Gian.

Bener-bener minta dijual emang ginjalnya.

Aku menutup mataku sebentar untuk menenangkan diri, tarik napas, terus buang. Aku melakukannya berkali-kali hingga aku mulai merasa sudah tenang dan baikan dari sebelumnya.

Tanganku mulai bergerak lincah di layar ponselku, berniat meminta tolong pada siapapun yang bisa menjemputku kesini. Biarkan saja Pak Gian disini, ia pasti sedang berduaan dengan si Denita pelakor itu.

Aduh, jangan nangis lagi dong Ra.

Aku meyakinkan hati dan pikiranku untuk tidak lagi memikirkan mereka, walau mataku sudah berkaca-kaca lagi.

Jadi ingat lirik lagu Bangun Cinta

Lebih baik bangun cinta

Dari pada jatuh cinta

Jatuh itu sakit.....

Sakit banget woy. Kurang ajar memang si dosen satu itu. Awas aja nanti, bakal kubalas perbuatannya.

"Ini kenapa lagi sih semua orang, gak ada yang balas chat," rutukku sebal karena pesanku tak kunjung centang biru. Aku hanya menghubungi Bang Refan.

Apa ini namanya double sial. Kutukan? Mendapat masalah bertubi-tubi di hari yang sama. Eh, apa putus juga termasuk masalah?

"Gak. Itu bukan masalah. Itu takdir," tekadku dalam dalam hati.

Aku gak enak kalau menghubungi Tante Renata. Pasti Tante Renata lagi sibuk jaga sekarang. Jadi aku harus gimana?

"Please, Bang Refan. Read chat ku dong," gumamku lirih sembari sesenggukan.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang