part satu

1.2K 80 1
                                    

Plak!

"Anak biadab! Sudah berapa kali ayah katakan? Hah?! Jangan bertengkar lagi. Apa kau tidak puas dengan meninggalnya temanmu gara-gara berantem, hah?!"

Keyra hanya menutup matanya menahan sesak di dadanya yang tak kunjung hilang. Rival? Keyra butuh dirimu, kenapa kau pergi?

"Ara di bully Ayah! Ara hanya membela diri sedikit, salahkah?"

"Berani sekali kau membantahku? Sudah jelas-jelas gurumu memanggil ayah tadi. Dasar anak tak tau malu! Seharusnya kau tidak lahir saja di dunia ini."

Jleb!

Hati Keyra mencelos, kenapa begitu sakit saat mendengar perkataan pedas yang keluar dari mulut sang ayah? Begitu buruk kah ia di mata Ayahnya?

Wijaya berlalu dihadapan Keyra dengan perasaan amarah yang begitu besar. Entah mengapa ia maupun istri beserta putranya sangat membenci anak bungsunya itu.

Melihat kepergian ayahnya dari hadapannya, Keyra memilih bangkit dari posisinya yang tengah tersungkur di lantai setelah mendapatkan sedikit pembelajaran dari amukan ayahnya.

Keyra pergi ke kamarnya yang terletak di lantai dua rumah ini, masuk perlahan, rasanya begitu hancur saat orang tua kita sendiri tak menginginkan kehadiran kita. Di dalam kamar inilah yang menjadi saksi bisu hancurnya hati seorang keyra menghadapi kehidupan pahit setelah kehilangan sosok penyemangat.

Membanting tubuhnya ke atas kasur, Keyra menangis, rasanya hidupnya sangat kacau, tidak bisakah hidupkan sosok yang selalu bersamanya dahulu?

"Argh!" Keyra berteriak frustasi dengan menjambak rambutnya.

Rasanya hanya itulah yang membuatnya sedikit tenang. Menyiksa diri yang rapuh, membuatnya semakin kacau dan kembali seperti tak terjadi apa-apa adalah kebiasaan Keyra selama kurang lebih dua tahun belakangan ini.

Keyra meraih pil di atas mejanya kemudian meminum tiga butir pil itu. Setidaknya dia akan tertidur setelah ini.

"Selamat malam Rival," ucapnya tersenyum kemudian matanya mulai terpejam dengan perlahan.

***
Langit mulai menunjukkan cahayanya, sepertinya sebentar lagi matahari akan muncul. Namun, gadis berwajah polos itu tak samasekali terusik dari tidurnya. Matanya masih terpejam polos, sepertinya dunia mimpi memang lebih menyenangkan untuknya.

Tok tok

Tok tok

Sudah berapa kali Rini mengetuk pintu guna membangunkan putri sialnya itu, tapi, tak kunjung di bukanya. Menyebalkan!

"Ara?! Hey? Ara?!" Entah sudah berapa kali Rini mengetuk pintu bahkan berteriak memanggil Keyra. Namun, seakan tuli, akan itu juga tak mendengarkannya.

Rini kesal bukan main, lihat saja Keyra, dia akan mengadukan ini pada suami dan putra sulungnya.

Setelahnya Rini bergegas mencari suaminya dan putranya untuk menyuruh mereka mendobrak pintu kamar anak bungsunya. Rupanya Keyra sedang bermain-main dengan singa, liat saja apa yang akan terjadi setelah ini.

"Angga? Mas Jaya?"

"Ada apa?"

"Apa ma?"

Karena orang yang dicarinya sudah ia temukan Rini bergegas menghampiri mereka berdua.

"Tasya udah berangkat ke sekolah?" Wijaya dan Angga mengangguk kompak. Karena benar, Tasya anak kedua mereka sudah berangkat sekolah pagi-pagi ini.

"Ara belum bangun," turur Rini dengan santainya membuat dua lelaki di hadapannya ini mengeram kesal.

"Sudah dibangunkan?" Rini mengangguk.

"Udah Yah, Bun, biar Angga yang kasih pelajaran buat anak pemalas itu," ucap Angga kemudian beranjak dari duduk manisnya. Berani sekali adik bungsunya itu bermalas-malasan, untung saja dia sekolah di tempat Angga mengajar. Jadi, Angga bisa sedikit meringankan hukuman untuk adik bungsunya itu ketika berbuat ulah disekolahnya.

Braak

Angga berhasil mendobrak pintu kamar Keyra kemudian langsung menatap tajam gadis yang tengah tertidur dihadapannya itu.

"Dasar anak pemalas!" dumelnya kesal kemudian menggendong Keyra dan menghempaskan tubuhnya di kamar mandi.

Keyra yang memang sedang tertidur nyenyak terkejut bukan main saat tubuhnya tiba-tiba menyentuh lantai dengan tidak elitnya.

Byuuur

Sudah badannya tiba-tiba jatuh kelantai, tiba-tiba tubuhnya diguyur air lagi. Keyra menggeram kemudian menatap siapa pelaku yang telah melakukan hal menyebalkan ini padanya.

"Akh! Abang lepasin! Sakit bang." Belum sempat Keyra melihat pelakunya tiba-tiba rambutnya sudah di tarik hingga ia dapat melihat sang pelaku, ternyata Angga yang melakukannya.

Bukannya menghentikan tarikannya pada rambut Keyra, Angga malah makin memperkuat tarikannya dan sesekali menampar adik bungsunya itu.

Plaak!

"Sshhh," rintihnya saat perih yang kembali ia rasakan.

"Aaaaaahhh!"

"Ampun bang, ampun ... Ara salah apa? Ara minta maaf," ia meringis meminta ampun saat mendapatkan perlakuan kasar kakak sulungnya.

Sakit sekali, Tuhan.

"Brengsek! Berani nunjukin air mata palsu itu? Cuuh! gak guna anj*ng!" Dengan tak berperasaan Angga meludahi wajah polos adiknya itu kemudian menendangnya hingga tak sengaja kepala Keyra terbentur pada dinding kamar mandi. Keyra menjerit ketakutan saat melihat darah mulai muncul dari kepalanya. Ia takut darah.

Angga yang sudah di balik pintu mendengar jeritan Keyra langsung masuk ke kamar mandi kembali untuk melihat apa yang terjadi pada adik bungsunya itu.

Hati Angga mencelos saat melihat kepala adiknya yang sudah di penuhi oleh cairan kental berwarna merah itu. Dia memilih untuk tidak peduli dan kemudian meninggalkan Keyra yang sedang gemetar ketakutan.

"Cepat mandi kemudian pakai baju sekolah. Kamu udah hampir telat!" ucap Angga berteriak di balik pintu.

Keyra hanya menangis sambil menggigit bibirnya guna menahan sesak didadanya. Kenapa keluarganya begitu kejam padanya? Kenapa? Apa salah Ara?

Walaupun dirinya sedikit trauma saat melihat darah, ia mencoba untuk melawan traumanya itu. Dengan perlahan ia mulai membersihkan badannya walaupun sesak dihatinya tak kunjung redah.

"Semangat Ara, Ara gadis kuat. Gak boleh lemah, nanti Rival marah nanti," ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Kenapa rasanya sesakit ini? Tuhan? Tidak adakah secercah bahagia untuk Keyra? Kalau ada tolong berikan sekarang. Keyra butuh itu.

Broken Girl (Epilog)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang