part enam belas

410 36 2
                                    

"Ara?" mendengar suara seperti ada yang memanggilnya, Keyra membalikkan badannya dan tersenyum saat mengetahui yang memanggilnya adalah Serly, teman sekelasnya.

"Apa?!"

"Cielah, ngegas banget nyahutnya."

"Iya deh. Ada apa Serly cantik," gumam Keyra dengan suara yang di buat sok imut yang membuat Serly tersenyum menang. Memang karena kejadian Serly melaporkan pembullyan Dinda pada Keyra. Mereka sedikit menjadi dekat, dan bisa di anggap teman baik.

"Pak Angga mana?" tanya Serly dengan tampangnya yang sok imut membuat Keyra rasanya ingin muntah.

"Kak Angga muluh deh di pertanyaan lo. Kenapa gak sama orangnya langsung sih?" ketusnya yang merasa bosan karena di setiap kalinya mereka bertemu atau berbicara lewat via HP pasti yang pertama di pertanyakan Serly adalah kakaknya, Angga.

"Namanya juga naksir, pasti gitulah. Secara kan, pak Angga ganteng, cool, baik ahh, pokoknya semuanya tentang pak Angga mendekati sempurna deh."

"Serah deh serah. Emm, btw sih Dinda dkk mana ya?"

"Ngapa nanya mereka? Mau di bully lagi lo?"

"Gak sih, cuma rasanya gimana-gimana gitu gak ada gangguan mereka."

Pletak!

"Di gaplok guenya njiing," Keyra memegang kepalanya yang perih saat Serly menjitak kepalanya dengan keras. Definisi teman lucnut.

"Loh sih, yang di kangenin yang model kaya gitu. Aneh!!"

Tak terasa selama mereka berbincang sambil berjalan mereka telah sampai di depan kelas dan langsung memasuki kelas.

"Hello guys," sapah Serly pada teman sekelasnya. Ara hanya diam dan jalan saja tanpa memperdulikan tatapan aneh dari teman sekelasnya. Jujur saja, mereka cukup sedikit kesal dengan Keyra. Gara-gara dia, mereka tidak dapat hiburan, hiburan pembullyan maksudnya. Karena Angga sudah mengancam keras bagi pelaku pembully.

Bruk!

Keyra terjungkal ke lantai saat salah satu temen sekelasnya dengan sengaja mendorongnya.
"Ssssh," ringis Keyra memegang lututnya yang berdarah. Bukan menolong, seisi kelas malah menertawakan kesialannya, bagi mereka penderitaan anak culun seperti Keyra merupakan sesuatu Rahmat yang tak bisa di sia-siakan. Serly yang memang sedang memakai headset saat memasuki kelas tak mendengar keadan riuh di dalam kelas, sampai akhirnya Serly membalikkan badannya saat melihat teman-teman di sampingnya sedang tertawa.

"Woi!" teriak Serly saat melihat Linda, teman sekelasnya yang mau menumpahkan minumannya pada Keyra yang tengah meringis memegang lututnya di lantai.
Linda terhenti saat mendengar teriakkan serly kemudian menatap Serly dengan tajam.

"Apa?!" jawab Linda dengan nyolot, Serly adalah tipe yang samasekali tidak suka di bentak. Dan sekarang Linda membentaknya? Oh, tidak bisa dia biarkan.

"Nyolot banget sih, lo!"

"Kenapa? Marah? Woi! ingat ya? Loh juga salah satu dalang gue gak bisa ngeliat Ara di bully. Padahal lo kan tau gue seneng banget liat dia menderita."

Plak

Serly naik pitam dan langsung mendaratkan tamparan di pipi Linda sehingga meninggalkan bekas tangan yang memerah disana. Linda tersenyum miring sambil memegang pipi kanannya yang terasa perih.

"Maksud nampar gue apa? Hah?! Mau berantem lo sama gua? Sini, gue ladenin. Guys," tantang Linda sambil memanggil teman-temannya yang di sahuti oleh mereka dan siap-siap menghajar Serly karena sudah berani-beraninya mengganggu kesenangan mereka.

Broken Girl (Epilog)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang