part sembilan

540 50 6
                                    

Terlepas dari semuanya, kalian tetap yang terbaik

Myfamily~

***

Raka tersenyum merekah saat mendapatkan notif dari Alan yang baru saja mengabarkan bahwa Keyra sudah sadar dan kondisinya sudah baik-baik saja.

"Setelah delapan hari akhirnya loh sadar Key." Raka mengeser layar ponselnya hendak mencari kontak seseorang untuk ia hubungi. Dan, ketemu.

"Sya? Key udah sadar, kalo lo  mau jenguk datang aja bentar."

Setelah mengirimkan pesan itu kepada Tasya, Raka meletakkan kembali HP-nya ke dalam tasnya kemudian mengemas sumua barang-barang belajarnya. Ia akan pulang sekarang.

"Dit? Ham?"

"Iya?" Jawab mereka barengan.

"Gue mau jenguk Key dulu, kalian izinin gue ya?"

"Gue pengen ikut Rak, loh pikir loh aja yang khawatir sama Key? Kita ikut! Kan Ham?" Ilham mengangguk mendengar ucapan Adit, walau bagaimanapun Keyra adalah sahabat mereka yang berpisah dengan mereka dua tahun lalu. Dan dengan brengseknya Raka bertemu dengan Keyra dan samasekali tidak memberitahukan kepada mereka. Kejam ko bambnk!

"Yaudah deh," pasrah Raka.

"Woi, gue udah iznin kalian bertiga. Kita berangkat sekarang," timpal Tasya yang secara tiba-tiba muncul dari balik pintu yang membuat ketiga orang yang menjadi lawan bicaranya tergolak kaget.

"Buset Sya! Tuh suara cempreng nya kelewatan amat," keluh Ilham yang di balas kekehan oleh Tasya.

"Berangkat yuk."

***

"Bang?"

"Mm?"

"Pengen makan seblak, beliin lah." Alan menoleh ke arah Keyra yang tengah menunjukkan puppy eyyesnya berharap agar Alan luluh. Namun, sepertinya sekarang Alan memang tidak memperbolehkannya, itulah yang membuat Keyra menatap Alan dengan sebal. Ah ayolah, ia ingin seblak dan hanya seblak.

"Beli roti atau susu aja ya, Key?"

"Yaelah bang, tega kau sama dede. Huaaaa, abang Alan kejam."

Keyra menghelah nafas berat, kalau seperti ini ia malas melihat Alan, ia palingkan wajahnya ke arah lain.

"Key?" ucap Alan dengan lembut, Keyra tak menyahut, hanya menengok Alan sekilas kemudian mengalihkan pandangannya kembali menatap tembok.

"Ceritanya sebel nih?"

"Auh ah!"

Alan menghembuskan nafasnya gusar. "Yaudah, abang keluar dulu deh,"

"Kan lagi gak ada pasien, kok mau keluar sih?"

"Soalnya Keyra ngambek, jadi abang gak betah," oh ayolah, ekspresi wajah Alan sangat lucu. Kenapa dokter dihadapannya ini memiliki wajah yang sangat polos ketika sedang sebel? Hehe.

"Yaudah deh, Key udah gak ngambek. Peluk dong." Alan tersenyum kemudian memeluk Keyra sesuai dengan permintaannya, sedangkan orang yang di balik pintu ruang rawat Keyra hanya melihat pemandangan itu dengan tersenyum nanar. Kenapa bukan dia yang memberikan pelukan, ciuman, serta ketenangan seorang kakak? Saat adiknya sedang keadaan terpuruk? Kenapa harus Alan? Kenapa ia malah menjadi alasan adik perempuannya itu untuk selalu menangis, tersiksa dan kesakitan? Brengsek! Hanya kata itu yang pantas untuknya sekarang ini. Dia gagal menjadi seorang kakak, dia mala menjadi monster menakutkan di hadapan adiknya.

Broken Girl (Epilog)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang