Intinya sekarang aku benar-benar bahagia. Makasih tuhan....*****
"Bang?"
"Iya? Key butuh apa?"
"Mmm, gak jadi deh," Alan mengerutkan keningnya, bingung.
"Eh Key, hari ini kamu udah bisa pulang." Keyra mengangguk, aish! Rasanya malas jika harus bertemu dengan orang tuanya di rumah. Dia sedikit muak menerima kenyataan bahwa orang tuanya tak menjenguknya setelah sebelas hari di rawat. Yang datang hanya Angga dan Tasya. Kemana ayah dan ibunya?
"Lah? Ko murung? Harusnya Key itu bahagia karena setelahnya sekian lamanya dirawat Key akhirnya bisa pulang." Ya, mau bagaimana lagi, benar kata Alan, harusnya Keyra berbahagia, bukan malah sebaliknya.
"Key boleh nginep di rumah abang nggak?" Kali ini Keyra sudah berani mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya. Alan melirik sekilas kemudian fokus kembali pada kegiatannya yang sedang menulis beberapa resep obat yang harus Keyra minum.
"Gak boleh!"
"Abang gak seruh ah!" Alan menyelesaikan kegiatannya kemudian menatap lekat wajah Keyra yang kini ia tekuk, kesal.
"Key kan tau, semenjak Rival meninggal abang udah tinggal sendiri karena mama sama papa pindah ke London. Kalo Key tinggal di rumah, entar siapa yang nemenin? Kan Key tau abang sibuk."
Melihat raut wajah Keyra yang sedikitnya murung membuat Alan merasa bersalah. Sebenarnya ia akan senang ketika Keyra tinggal di rumahnya, agar nantinya pas Keyra sakit dia langsung menanganinya. Tapi, disini situasinya berbeda, Alan sangat sibuk. Ia tak mau kalo Keyra tinggal bersamanya, Keyra akan kesepian. Dan, Alan tidak mau itu.
"Ya udah deh, gak apa-apa. Key ngerti," Alan tersenyum kemudian membelai rambut Keyra dan menciumnya.
"Nanti kalo abang ngambil cuti, Key bakal abang ajak liburan," Keyra tersenyum mendongak menatap wajah Alan dengan antusias. "Bener? Abang gak bohong kan?" Alan mengangguk.
"Yeeaa, hore. Abang emang terbaik," Alan tersenyum geli saat melihat raut yang amat bahagia di wajah Keyra. Baginya Keyra adalah titipan Rival yang sangat berharga. Titipan yang benar-benar harus di jaganya layaknya berlian yang takkan ia biarkan terkenah debu barang hanya sedikit.Oh iya, Rival pacar Keyra yang meninggal itu punya kakak. Nah, kakak itu Alan. Dokter yang bersama Keyra sekarang, dia sangat menyayangi Keyra karena selain Rival pernah menitipkan wasiat padanya untuk menjaga Keyra. Alan juga memang sudah menyayangi Keyra sebagai adik kandungnya jauh sebelum mengetahui kalau adiknya dekat dengan Keyra.
Ceklek
"Hai," sapa Angga tersenyum ke arah Alan dan juga Keyra tentunya.
"Udah siap, Ra?" Keyra mengangguk pelan.
"Yaudah, pulang yuk." Angga mengambil barang-barang Keyra yang terletak di atas meja. Angga tersenyum melirik ke arah Alan yang tengah tersenyum menatapnya.
"Titip adek gue, jangan sampai dia kembali lagi di sini dengan keadaan yang sama. Usahakanlah pas dia ngunjungi tempat ini tujuannya mau nemuim gue, bukan karena sakit." Angga mengangguk dan menepuk pundak Alan. "Gue kakaknya. Jadi, tenang aja."
"Ayok, Ra."
Entah, Keyra bingung. Bingung harus berekspresi bagaimana menghadapi kehidupannya sebentar, apakah ia akan bahagia karena kakaknya sudah baik padanya atau? Ah ayolah, Keyra sangat bingung memikirkannya.
Keyra tersenyum canggung saat melihat Angga yang mendadak perhatian bahkan terkesan memanjakannya. Apa Angga benar-benar berubah? Ah entahlah, Keyra cukup ragu tentang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Girl (Epilog)
Ficção Adolescenteprolog keyra Putri Wijaya, gadis enam belas tahun yang memiliki berbagai masalah dalam hidupnya. hidup tanpa kasih sayang orang tua dari ia berusia anak-anak hingga saat dia menginjak usia remaja. bagaimana kisahnya? lanjut baca aja kalau mau:)